Chereads / PROMISE (a way to find a love) / Chapter 29 - Mimpi indah terasa buruk

Chapter 29 - Mimpi indah terasa buruk

Langit yang cerah, gumparan awan putih terlihat bergerak pelan mengikuti arah angin yang berhembus.

Sangat indah, Rose bergumam dalam hatinya begitu ia membuka mata dan langit biru yang cerah langsung menyambutnya.

"Langit terlihat damai tapi kenapa hatiku gelisah?"

Rose bertanya dalam hati, kesedihan apa yang mengusiknya sehingga ia merasa ingin menangis walaupun ia berada di tengah hamparan taman bunga yang indah.

Rose mengedarkan pandangannya kesegala arah, tidak ada siapapun kecuali dirinya tapi dimana ia berada? Tempat ini sangat indah tapi terasa asing sehingga Rose memutuskan untuk melangkah melewati deretan pohon bunga matahari yang menjulang tinggi berharap ia dapat menemukan seseorang dan bertanya dimana dia sekarang.

Rose terus bergerak menembus tangkai-tangkai serta dedaunan bunga matahari yang sangat besar dan tinggi tapi semakin ia bergerak, pohon-pohon bunga matahari itu semakin terasa menghimpitnya.

Seseorang tolonglah aku...

Rose bahkan tidak dapat bersuara dan hanya mampu berdoa dalam hatinya agar seseorang datang menyelamatkannya.

"Bunga-bunga merasa iri karena kamu lebih indah dari pada mereka semua."

Suara itu, Rose mengenali suara hangat itu.

"Rayhan!" Rose memanggil Rayhan dengan berteriak, akhirnya ia bisa kembali bersuara tapi tidak ada jawaban sementara bunga-bunga itu semakin menghimpitnya sehingga ia sulit bernafas.

"Aku sudah bilang bukan, jangan pernah melepaskan tanganku maka kamu akan tersesat." Suara itu lagi, Rose menoleh mencari kearah sumber suara itu sampai akhirnya menemukan Rayhan berdiri tersenyum kearahnya.

"Pegang tanganku." Ucap Rayhan mengulurkan tangannya, Rose tersenyum dan segera menyambut tangan Rayhan lalu Rayhan menuntunnya dan membawanya melewati pohon-pohon bunga matahari itu dengan mudah.

Akhirnya Rose dapat kembali lega, ia tersenyum senang sambil menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.

"Disini sangat indah, aku suka berada disini." Ucap Rose sambil menghirup dalam-dalam udara segar yang merasuki rongga paru-parunya.

"Tapi kita akan terlambat."

"Terlambat? Memangnya kita mau kemana?"

"Entahlah, aku hanya ingin membawamu pergi bersamaku. Tempat ini indah tapi bunga-bunga disini begitu iri padamu. Aku tidak ingin mereka menyakitimu." Jawab Rayhan, senyumannya yang lembut membuat Rose langsung menganggukkan kepalanya dan kembali mengikuti langkah Rayhan.

"Di dunia ini kita hanya saling memiliki, jadi jangan pernah lepaskan tanganku." Ucap Rayhan sambil terus melangkah kearah sebuah pintu berbunga yang berada di tengah taman itu.

Mendengar ucapan Rayhan, hati Rose kembali menjadi gelisah. Kesedihan itu muncul lagi lalu kemudian sepatu yang dikenakan Rose terlepas dan membuat sebelah sepatunya tertinggal.

"Sepatuku..." Ucap Rose, ia menjulurkan tangannya untuk menjangkau sepatunya yang terlepas tapi Rayhan terus melangkah tanpa memperdulikan Rose yang tidak dapat menjangkau sepatunya.

"Tunggu sebentar Ray, aku tidak mungkin pergi hanya dengan satu sepatu. Aku ini bukan Cinderella." Ucap Rose menghentikan langkahnya lalu melepaskan tangan Rayhan untuk kembali meraih sepatu heels berwarna merahnya itu.

Rose berlari kecil agar cepat menjangkau sepatunya lalu memasangnya kembali tapi kemudian sepatu itu mendadak tidak muat.

"Bagaimana bisa sepatunya menciut?" Celotehnya yang masih susah payah memasukkan kakinya kanannya kedalam sepatu heelsnya tapi tetap tidak muat.

"Benar ini kan pasangannya?" Rose akhirnya merasa jengkel dan membuka sebelah sepatunya lagi yang tersisa dikakinya dan menyandingkan sepatunya dengan sepatu yang tadi tidak muat di pakainya.

"Ukurannya sama, bagaimana bisa mendadak tidak muat?" Rose tidak mengerti mengapa sepatunya menjadi tidak muat, ia kemudian menoleh kearah Rayhan yang masih menunggunya.

Rose sudah hampir frustrasi, ia berniat meninggalkan sepasang sepatu itu tapi seseorang tiba-tiba berlutut dihadapannya.

Rose mencoba melihat wajah pria itu namun pria itu terus menunduk sehingga Rose tidak dapat melihat siapa pria itu.

Masih dengan rasa penasaran, Rose terus memperhatikan pria itu hingga tiba-tiba terasa ada yang menyentuh pergelangan kakinya.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Rose ketika pria itu memakaikan sepatu heels berwarna putih pada kakinya.

Rose merasa tidak nyaman dengan perlakuan pria yang tidak dapat ia kenali karena memakainya sepatu sementara ia melihat Rayhan semakin melangkah menjauh.

"Rayhan!" Pangill Rose namun Rayhan sama sekali tidak menghiraukannya.

"Rayhan tunggu aku!" Terika Rose sekali lagi tapi Rayhan semakin melangkah menjauh, mendekati pintu berbunga itu.

Rose tidak perduli lagi dengan pria yang memakaikannya sepatu, iapun berlari mengejar Rayhan tapi langkahnya menjadi berat, sepasang sepatu itu telah terpasang di kakinya lalu seolah memiliki akar merambat yang bergerak mengikat langkahnya sehingga tidak dapat mengejar langkah Rayhan lagi.

"Aku sudah mengatakan untuk tidak melepaskan tanganku." Ucap Rayhan tersenyum pedih, Rose dapat melihat air mata Rayhan menetes lalu kemudian Rayhan menghilang dibalik pintu berbunga itu.

"Rayhan!" Teriak Rose menangis.

"Kamu adalah milikku sekarang dan selamanya."

Tangis Rose terhenti seketika, Rose menoleh kearah suara yang berbisik padanya dengan hati-hati dan seperti apa yang ia takuti, suara itu adalah suara William yang sudah berada disebelahnya dengan wajah dinginnya.

Rose hanya dapat kembali menangis, ia terjatuh lemas tidak berdaya sementara akar yang menjeratnya telah menghilang tapi pintu dimana Rayhan pergi juga sudah tidak terlihat seolah dimakan kabut.

"Bahkan dalam mimpi pun aku membencimu William." ~

"Aku membencimu William..."

William tertegun mendengar Rose yang mengigau dan mengatakan jika ia membencinya.

William memang berniat membangunkan Rose karena ia sudah terlalu lama tertidur tapi ia mendapati Rose terlihat gelisah dalam tidurnya jadi ia duduk di tepi tempat tidur untuk menyeka keringat yang menetes pada kening Rose.

"Perrgilah dari hidupku William." Rancau Rose lagi dengan air mata yang semakin deras mengalir disudut matanya yang terpejam.

William tidak tahu harus bagaimana sekarang tapi yang pasti ia merasa marah pada Rose yang bahkan membencinya dalam mimpinya.

Sekali lagi perasaan itu kembali muncul, apa yang salah dengan dirinya? Apa ia seburuk itu sehingga Rose begitu membencinya? Dan ada apa denganmu William? Kamu harusnya merasa senang karena Rose membencimu jadi Rose tidak akan terluka jika pada akhirnya kalian berpisah.

Tapi kenapa? Kenapa rasa kesal dan marah itu tidak mau menghilang dan malah memengaruhinya seperti ini?

Mungkinkah diam-diam Rose memasuki hatinya?

Bahkan William tidak pernah merasa sekesal ini bahkan bila Gwen terang-terangan di dekati oleh pria lain di hadapannya.

William masih berada disisi Rose dan bertanya-tanya dalam hatinya tentang sumber kekesalannya ketika Rose perlahan terbangun.

Awalnya pandangan Rose terlihat samar-samar tapi kemudian semakin jelas sampai Rose akhirnya menyadari jika William berada sangat dekat dengannya.

"Aaaaaaa!!!" Jerit Rose membuat William terkejut hingga menarik dirinya menjauh.

Rose segera bergingsut menjauh seraya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang sebenarnya masih berpakaian seperti sebelumnya.

"Apa yang kamu lakukan padaku?" Tanya Rose penuh curiga.

"Aku tidak melakukan apapun padamu!" Jawab William yang masih merasa syok karena jeritan Rose yang sangat kencang, mungkin itulah salah satu alasan kenapa Rose disukai menjadi seorang penyanyi karena suaranya sangat kuat sekaligus melengking.

"Bohong!"

"Sungguh, lihat saja kita masih berpakaian rapih!" Jelas William dengan bodohnya, ia malah menunjukkan sisi polosnya yang tidak pernah menyentuh wanita.

Rose kemudian mengangkat selimut yang menutupi tubuhnya dan ia masih menggunakan gaun yang sama dan cukup rapih.

"Lalu mengapa kamu berada sedekat itu padaku? Pasti kamu berniat melakukan hal diluar batas bukan?" Sergah Rose penuh curiga setelah sebelumnya William dapat mematahkan rasa curiga nya.

William mulai merasa kesal karena dicurigai jadi dia membuka jasnya dan juga dasinya laku membuka beberapa kancing kemejanya dan menggulung lengan kemejanya dengan jantan.

"Kamu curiga atau sengaja memancingku? Aku tidak perlu menunggumu tertidur untuk melakukannya, aku dapat melakukannya bahkan saat ini juga."

Rose menelan salivanya yang terasa seperti batu kerikil di tenggorokannya dan kini merasa menyesal karena telah membuat William kesal.

"Ok... Ok... Aku percaya padamu jadi jangan mendekat seperti itu." Ucap Rose menyerah.

"Rosie ku sayang, sayang sekali aku sudah ingin melakukan sekarang." Ucap William dengan sekali hentakan ia menyibak selimut yang menutupi Rose lalu merangkak mendekati Rose.

"Baiklah-baiklah, aku salah karena telah mencurigai mu. Maafkan aku. Tolong tetaplah ditempatmu." Pinta Rose.

"Pesawat ini adalah milikku jadi dimanapun itu, semua ini tetaplah tempatku termasuk kamu adalah milikku juga."

Rose kembali menelan salivanya yang membuatnya merasa teracuni karena ia malah menjadi tidak bisa bergerak sementara William semakin mendekat.

Wajah William sudah sejajar dengannya kini, deru nafas William terasa sangat hangat menerpa wajahnya, Rose hanya dapat pasrah.

Mungkinkah ini adalah akhirnya keperawanannya?

.....