Chereads / PROMISE (a way to find a love) / Chapter 34 - Jangan membencinya

Chapter 34 - Jangan membencinya

Rosie ku...

Nama itu sejak kapan menjadi milikku?

"Aku hanya akan menikah dan menua bersamamu."

Seperti angin yang berhembus menerpa kulit membawa sejuta kesejukan lalu kemudian menghilang. Janji itu menguap seperti gelembung embun di pagi hari.

"Aku tidak dapat menepatinya, maafkan aku."

Baik William ataupun Rose, hanya dapat menghela nafas berat di tempat mereka masing-masing.

William telah berpakaian rapih, saat ini ia tengah mencari Mark sementara Rose masih belum selesai berhias.

Beberapa panata busana penggantinya tengah menata gaunnya yang ternyata sedikit kebesaran sehingga Rose harus mengganti gaunnya dengan gaun yang lebih pas namun gaun yang ia gunakan sekarang terlalu terbuka di bagian punggungnya.

Gaun yang berbentuk seperti jam pasir dengan lengan panjang dan bahu Sabrina namun di bagian punggungnya terbuka tanpa tali pengait sama sekali.

Gaun yang sangat indah, bermotif brukat sederhana namun anggun dengan manik-manik berbubuhkan kristal Swarovski.

Rambut Rose yang panjang telah ditata dengan sedikit sanggulan dan jaring penutup serta ikat rambut yng terbuat dari mutiara berwarna merah muda yang berkilau lembut, Rose dapat bersyukur karena rambutnya cukup panjang untuk menutupi punggungnya yang terbuka sementara riasan wajahnya sangat sempurna, Rose merasa tampilannya saat ini adalah tampilan terbaiknya.

Semuanya sempurna kecuali ia tidak bisa menarik garik senyumannya karena ia tidak dapat tersenyum, hatinya diliputi kegundahan serta rasa pedih tapi meskipun begitu Rose juga tidak dapat menangis, sepertinya dua hari kemarin ia terlalu banyak menangis sehingga air matanya mengering dan tidak dapat menetes walaupun perasaannya berkecamuk.

"Cantik sekali."

Rose menoleh kearah suara itu, Jane berdiri diambang pintu sambil tersenyum hangat padanya. "Boleh aku masuk?" Tanya Jane.

"Tentu saja." Jawab Rose sopan.

para pelayan serta penata rias dan busana Rose kemudian segera pergi meninggalkan Rose dan Jane berdua.

"Menantuku sangat cantik sekali, itulah sebabnya William ku tidak berhenti tersenyum sejak tadi?" Puji Jane sambil menatap wajah Rose dari pantulan cermin, Jane bahkan tidak sungkan untuk membetulkan posisi jaring yang menempel di belakang rambut Rose.

Rose tidak tahu harus menjawab apa selain hanya tersenyum, ia tidak dapat bersikap dingin kepada Jane yang sangat hangat padanya.

"William... dia suka menyembunyikan kesedihannya, dia jarang tersenyum karena merasa bahagia, senyumannya kebanyakan untuk menutupi luka dihatinya." Ucap Jane menceritakan.

Luka? Pria yang seperti tidak memiliki hati itu memiliki luka?

"Apapun yang terjadi, aku tidak memintamu untuk memahaminya karena ia memang sangat membingungkan, tapi aku hanya meminta agar kamu tidak begitu membencinya." Rose begitu terkejut mendengar ucapan Jane, apakah kebenciannya kepada William terlihat sangat jelas?

Jane kemudian menyentuh kedua tangan Rose dan menyapukan ibu jarinya di punggung tangan Rose dengan hangat sambil menatapnya penuh harap dan berkata lirih "William ku sudah banyak menahan rasa sakit karena dia selalu mementingkan kebahagiaan orang lain dari pada dirinya sendiri, tolong jangan tambahkan luka di hati putraku. Dia sangat berharga." Pinta Jane yang tidak kuasa menahan air matanya.

"Maafkan aku, ku tidak bermaksud mendesakmu untuk mencintai William. Apapun perasaanmu padanya aku tidak akan marah padamu, tapi jangan benci William ku." Lanjut Jane.

"Aku..." Rose tidak bisa menjawab, ia tidak bisa berjanji untuk tidak membenci William karena itulah yang ia rasakan.

William merusak kebahagiaannya jadi bagaimana ia tidak membenci William?

Hatinya tidaklah sebaik itu...

Jane menarik nafas dalam sebelum menyeka air matanya, ia lantas meletakan sebuah kotak perhiasan diatas meja rias dan membukanya.

"Ini adalah kalung pemberian ibuku ketika aku menikah dengan ayah William." Seperti tidak mempermasalahkan jika Rose tidak mengiyakan permintaannya, Jane masih bersikap lembut padanya bahkan ketika ia menyerahkan kalung berbubuhkan berlian dengan liontin berbentuk bunga mawar dan satu permata merah Ruby berada di pusatnya.

"Seperti namamu, Rose. Sangat indah dan anggun." Ucap Jane, ia tersenyum sambil membuka kalung berinisial R pemberian Rayhan yang terpasang di leher Rose lalu memakaikan kalung pemberian miliknya.

"Kamu terlihat seperti seorang ratu." Puji Jane.

Rose mengakuinya, kalung yang di pakaikan oleh Jane menambah kecantikan yang terpancar dalam dirinya.

Sungguh indah dan pastinya harganya fantastis terlebih kalung ini telah ada sejak lama dan Rose merasa sangat terharu.

"William pasti tidak dapat berkedip ketika melihatmu." Ujar Jane, dia sangat murah senyum di setiap kalimatnya yang diucapkannya Jane selalu tersenyum dan nada suaranya sangat lembut dna anggun seperti keluarga bangsawan.

"Aku tidak berjanji untuk dapat mencintai William tapi aku akan berusaha untuk tidak membencinya." Ucap Rose yang merasa sedikit bersalah kepada Jane yang sudah sangat baik padanya jika ia tetap keras untuk tetap membenci William.

"Terimakasih banyak sayangku..." Ucap Jane tersenyum seraya memeluk Rose hangat.

"Tapi jika William tidak menggangguku terkadang dia terlalu menyebalkan." Sambung Rose yang terdengar menggerutu tapi malah membuat Jane tertawa.

"William memang menyebalkan, katakan padaku kapanpun William mengganggumu maka ibu akan memarahinya."

"Ibu?"

"Kamu ingin memanggilku mommy?"

"William dan Mark memanggilku ibu, itu adalah panggilan yang Jackson ajarkan karena ibunya lahir dan di besarkan di Indonesia."

Oh pantas saja William tidak memiliki mata berwarna biru seperti Jane pasti ia terlihat mirip dengan ayahnya yang belum Rose temui.

"Kamu akan menjadi istri William putraku, artinya kamu akan menjadi putriku juga jadi anggaplah aku seperti ibumu sendiri. Aku sudah lama sekali ingin memiliki anak perempuan dan akhirnya William menikah dan istrinya tentunya adalah anakku juga."

Bahkan ibunya sekalipun tidak pernah bersikap sehangat apa yang Jane yang lakukan padanya.

Rose menjadi sangat terharu dan memeluk Jane sekali lagi.

"Ibu..." Panggilnya malu-malu.

"Oh putriku sayang."

.....

Acara pernikahan akan segera dimulai tapi William masih sibuk mencari Mark dna akhirnya ia menemukan Mark yang sibuk bermain air laut di temani dua ornag pengawal.

"Kamu tidak ingin melihatku menikah?" Tanya William menghampiri.

"Air lautnya dingin, Mark suka." Jawab Mark yang masih berlari mengejar ombak yang surut lalu kemudian berlari menjauh saat ombak kembali mengejar bibir pantai.

"Mark, bisa kita bicara sebentar?"

Mark segera menghampiri William sambil berlari.

"William mau bicara apa? Mark akan mendengarkan, bicaralah Will, Mark mendengarkan, Mark mendengarkan William."

William tersenyum, ia kemudian berjongkok untuk menurunkan gulungan celanan Mark lalu membantunya memakaikan sepatunya.

"Mark bisa mengenakan sepatu Mark, Mark bukan anak-anak. " Tolak Mark ketika William baru akan memakainya sepatu.

William mengerti, ia tidak memaksa lalu memperhatikan bagaimana Mark berkutat dengan sepatunya.

Ia sekulitan memakai sepatunya hingga ia harus duduk diatas permukaan pasir putih dan masih tetap kesulitan memakai sepatu.

"Bicaralah Will, Mark mendengarkan. Bicaralah, Mark bisa mendengar suara William."

William akhirnya berjongkok dan membantu mengikatkan tali sepatu Mark.

"Mark dengarkan aku baik-baik, berjanjilah untuk tidak memberitahu Gwen tentang pernikahanku hari ini." Ucap William, Mark selalu menceritakan apapun pada Gwen, William sangat khawatir jika Mark akan menceritakan tentang acara pernikahannya malam ini.

"Kenapa? Kenapa tidak boleh memberitahu Gwen? Kenapa? William marah pada Gwen? William tidak boleh marah pada Gwen, Gwen akan bersedih, William tidak boleh, tidak boleh marah pada Gwen. Mark tidak suka." Tanya Mark bertubi-tubi, ia menjadi panik karena takut jika William marah pada Gwen, yang ia tahu dulu William sering marah dan mengabaikan Gwen lalu Gwen akan menangis berhari-hari.

"Tidak, Aku sama sekali tidak marah pada Gwen. Gwen sedang sakit, dia tidak bisa menghadiri pernikahan ini pasti Gwen akan sedih jika ia tahu kalau aku menikah tanpa mengabarinya." Jelas William dengan hati-hati memberi pengertian agar Mark mau berjanji padanya.

Jika Mark sudah berjanji maka ia akan menepatinya, William yakin jika Mark tidak akan buka suara ia telah memberinya pengertian dan meminta Mark berjanji padanya.

"Gwen tidak boleh bersedih, Mark tidak suka melihat Gwen bersedih, tidak, tidak boleh bersedih. Gwen harus bahagia agar sembuh dengan cepat lalu menikah dengan Mark." Ucapannya.

'Menikah dengan Mark', hati William terasa tersentak pedih. Mark benar-benar jatuh cinta pada Gwen. Apa jadinya jika Mark mengetahui Bungan asmaranya dengan Gwen mungkin benar apa yang Jackson katakan padanya.

"Jadi kamu bisa berjanji padaku untuk tetap menyimpan rahasia ini dari Gwen?"

Mark mengangguk tanpa ragu "Mark janji pada William. Bila janji tidak boleh ingkar. Mark akan menepatinya seperti pria sejati."

William tersenyum begitu mendengar akhirnya Mark mau berjanji padanya walaupun perkataan Mark tentang pernikahan dengan Gwen mengganjal hatinya.

.....