William tertidur dengan senyum mengembang di bibirnya sementara Rose bernyanyi dengan malas sambil menepuk-nepuk perut William pelan.
"Oh aku seperti memiliki seorang bayi besar." Gerutunya tapi William seperti sengaja, ia malah berkata menggoda "Suara parau apa itu?"
"Tidur saja jangan banyak protes!" Pekik Rose tidak tahan, tidak lupa ia juga mencubit perut William cukup kuat alhasil William meringis kesakitan.
"Apa kamu pernah mencintai seorang gadis?" Tanya Rose setelah lelah bernyanyi dan William masih tetap terjaga.
"Tentu saja." Jawab William santai.
"Aku adalah pria normal tentu saja aku mencintai seorang gadis bukan seorang pria." Sambungnya tidak terduga dan sedikit bergurau tapi itu sama sekali tidak membuat Rose tertawa.
"Lalu dimana gadis itu sekarang?" Tanya Rose.
"Disuatu ruangan di sudut hatiku."
"Kamu masih mencintainya?"
"Aku tidak mengatakan jika aku telah berhenti mencintainya."
Rose terdiam, ada suatu perasaan tidak nyaman terbersit dalam hati yang tidak ia pahami tapi Rose memilih untuk mengabaikan perasaan mengganjal itu dengan kembali bertanya "Mengapa kamu tidak mengejarnya saja dan malah mengganggu hidupku?"
"Aku ingin tapi jalan hidupku membawaku padamu." Jawab William nada suaranya kembali berubah seiring dengan kedua matanya yang kembali terbuka.
"Jadi bukan karena cinta kamu datang padaku?"
William tidak lantas menjawab, ia beranjak bangun dan menatap Rose dalam.
"Cinta seperti apa yang kamu inginkan?" Tanya William.
Rose tidak dapat menjawab, ia memilih untuk beranjak bangun dan menghindar dari William tapi William menahannya dan mencekal pergelangan tangannya cukup kuat.
"Akan lebih baik jika kamu tidak jatuh cinta padaku."
Rose seperti kehilangan detak jantungnya, kalimat yang William katakan terasa menembus dadanya dan membuatnya terasa sesak seolah William baru saja mengatakan kalimat perpisahan pada awal hubungan.
"Akan lebih baik jika kita tidak menikah." Ucap Rose tegas, ia menarik pergelangan tangannya dengan kasar dan melangkah keluar kamar walaupun harus terpincang-pincang.
William hanya dapat menatap tubuh Rose yang mulai menghilang dibalik pintu.
Hubungan pernikahan apa yang akan terjalin kelak, William hanya ingin semua berjalan sesuai rencananya maka dengan begitu tidak akan ada yang terluka kecuali kekasih Rose karena bagaimanapun ia akan menjadi korban keegoisannya tapi William tidak dapat menahannya, kerinduannya kepada adiknya mendesaknya dari dalam dan menyakitinya setiap detiknya.
Untuk Rose, ia hanya tidak ingin Rose menderita karena kedua orangtuanya yang serakah, William hanya ingin membebaskannya agar kelak Rose dapat berdiri dengan kakinya sendiri, mendapatkan kebebasan dan kebahagiaan yang diinginkannya bukan seperti burung dalam sangkar emas seperti saat ini.
***
Itu adalah percakapan terakhir antara Rose dan William.
William akhirnya telah pindah ke apartemen mewah milik keluarga Alexander yang terletak di pusat kota dan Rose kembali sibuk dengan persiapan konsernya yang akan diselenggarakan lima jam lagi.
William segera pindah begitu mengantarkan Rosie pulang pagi itu dan ini adalah hari ke empat mereka tidak bertemu sama sekali.
Sesekali pikiran Rose terganggu akan William, pria itu menghilang bagai ditelan bumi sepertinya William telah menyerah dan memilih pergi kembali kenegara dimana ia dibesarkan.
Sementara hubungan Rose dan Rayhan, mereka seperti perang dingin. Bila bertemu atau berpapasan tidak ada satupun dari mereka yang menyapa ataupun menatap satu sama lain.
Rayhan masih merasa kecewa pada Rose dan merasa di khianati dan Rose sendiri merasakan rasa kecewa yang sama akan sikap kasar Rayhan.
Rose baru saja menyelesaikan latihan terakhirnya diatas panggung dengan deretan bangku penonton dalam stadion bola yang sudah di sulap menjadi lokasi tempat konser Rose diadakan.
Saat in Rose sudah berada di ruang make-up.
"Kamu terlihat murung belakang ini, apa kakimu masih terasa sakit?" Tanya Rini khawatir.
"Sudah lebih baik, aku akan baik-baik saja saat konser nanti jadi tenanglah." Jawab Rose.
"Jangan paksakan dirimu, aku tahu konser ini sangat penting tapi kesehatanmu seribu kali lebih penting."
"Oh lihatlah, Rini-ku sangat perhatian sekali. Harusnya ibuku mengadopsimu menjadi putrinya juga agar kita dapat menjadi kakak beradik." Gurau Rose.
"Apa yang kamu katakan? Aku sudah menganggapmu seperti kakakku sendiri sejak lama."
"Aku tahu, karena itulah aku menyayangimu."
"Kamu tidak menyayangi ku juga?" Sambar seseorang yang berdiri diambang pintu.
Semua orang yang berada didalam ruangan segera keluar dari dalam ruangan setelah Rayhan memberi kode untuk meninggalkannya berdua dengan Rose.
Rayhan kemudian melangkah mendekati Rose dan bersandar pada dinding sambil menatap Rose yang duduk tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Terlihat Rose masih mengenakan kalung yang ia berikan dulu apa itu artinya Rose masih mencintainya dan tidak berpaling darinya?
"Aku mencarimu dan aku menunggumu seperti seorang pria bodoh di depan rumahmu lalu ibumu datang dan mengatakan jika wanita yang aku tunggu sedang menginap bersama calon suaminya. Hatiku mati rasa pada saat itu." Cerita Rayhan.
Rose tidak pernah tahu jika Rayhan mencarinya pada hari dimana ia menginap bersama dengan William.
"Ponselmu." Ucap Rayhan seraya meletakan ponsel Rose diatas meja rias di hadapan Rose.
"Kamu tidak mau menjelaskan sesuatu padaku?" Tanya Rayhan lagi sambil mengetuk-ngetuk jarinya diatas meja rias Rose.
"Apa kamu akan mempercai ku jika aku menjelaskannya? Jika tujuanmu meneriakiku dan bersikap kasar lagi padaku, kamu tidak akan mendapatkan jawaban apapun." Ucap Rose yang berusaha untuk tenang dan tidak menangis, bahkan Rayhan masih tidak mau meminta maaf padanya lebih dulu dan masih menaruh rasa curiga padanya.
Suasana menjadi hening untuk sesaat sampai Rayhan akhirnya kembali bersuara "Aku cemburu setengah mati."
"Aku takut kamu akan meninggalkanku." Lanjutnya.
"Ketakutanmu justru membuatku berpikir untuk meninggalkanmu." Sahut Rose pelan membuat Rayhan kecewa bercampur sedih.
"Jika saja aku tidak mencintaimu sepenuh hatiku maka aku akan meninggalkanmu." Lanjutnya.
"Maafkan aku." Rayhan akhirnya menyentuh kedua punggung tangan Rose dan menatapnya menyesal.
"Aku tidak akan menyakitimu lagi. Aku berjanji demi hidupku sendiri, aku tidak akan meragukan kesetiaanmu lagi." Lanjut Rayhan menyakinkan.
"Aku juga salah dalam hal ini. Maafkan aku karena sudah membuatmu cemburu." Rose akhirnya membuka hatinya kembali.
Ia memaafkan Rayhan dan memeluknya erat.
"Mari kita menikah dan hidup bahagia." Ucap Rayhan, ia tidak kuasa menahan air matanya.
Hatinya tersiksa karena terus mengabaikan Rose, hingga akhirnya ia menyadari jika ia tidak dapat hidup tanpa Rose disisinya.
***
Akhirnya konserpun dimulai, walaupun kakinya masih terasa sakit tapi Rose tetap berusaha untuk profesional dan menyembunyikan rasa sakit pada pergelangan kakinya.
Sesuai rencana Rayhan, ia akan melamar Rose di penutup konser Rose. Semua hal sudah dipersiapkan dan terorganisir.
Rose sudah menyelesaikan beberapa lagunya, sorak ribuan penonton terdengar riuh redam.
Ini adalah lagu terakhir, Rose menjadi semakin gugup karena acara lamarannya akan semakin dekat.
Orang-orang dibalik panggung telah bersiap karena tepat dipenghujung lagu lampu akan padam dan Rayhan akan datang membawa bunga dan melamarnya.
Ia dan Rayhan akan melawan dunia, dengan membawa publik bersama mereka maka kedua orangtua Rose tidak dapat menentang.
Rose masih bernyanyi saat tiba-tiba lampu padam padahal lagu belum selesai dinyanyikan.
Rayhan sepertinya tidak sabar untuk melamarnya.
Rose hanya dapat berpura-pura bingung dengan situasi yang terjadi sementara penonton telah riuh karena suasana menjadi gelap gulita.
Satu lampu tembak menyala tepat menerpa tubuh Rose, membuatnya bersinar dengan balutan gaun silver yang indah.
Lalu satu lampu tembak kembali menyala dan menerpa tubuh seorang pria yang berjalan dari balik panggung dengan membawa seikat bunga mawar putih ditangannya.
Rose tersenyum geli melihat Rayhan mengenakan sebuah topeng tapi ia berusaha untuk tetap tenang.
Pria itu lantas memberikan bunganya pada Rose lalu mengulurkan tangannya dan membawanya berdansa mengikuti irama musik yang berputar.
Tangan kekar itu terasa merengkuh pinggang kecil Rose dan membawanya dalam dekapannya lalu mengangkat tubuh Rose agar Rose tidak perlu menari dan hanya mengikuti gerakan pria bertopeng yang Rose yankini adalah Rayhan.
Tidak lama mereka berdansa, pria itu menurunkan tubuh Rose perlahan lalu kemudian berlutut sambil menyodorkan cincin dan berkata "Menikahlah denganku, Rosie."
...