Chereads / PACARKU ABDI NEGARA / Chapter 15 - Bab 15

Chapter 15 - Bab 15

Risa mendorong Rania dengan kedua tangannya hingga terjerembab, ada beberapa helai rambut Rania yang tersangkut di tangannya sehingga Rania merasa sangat kesakitan.

"Yak! Sialan kamu!" Teriak Rania keras. Rambutnya yang berantakan membuat Rania terlihat seperti wanita yang tidak waras.

"Mau apa kamu? Kamu mau lagi jambakan dariku? Iya?" Tantang Risa dengan kedua tangan di pinggang.

Rania mundur perlahan, rasa sakit di kepalanya masih belum hilang dan jika Risa menarik rambutnya lagi, tidak ada jaminan kalau rambutnya tidak tercabut lagi.

"Awas kamu! Kamu akan menyesal karena sudah melakukan semua ini kepadaku! Aku akan membalasnya nanti!" Ancam Rania, jari telunjuknya menunjuk ke arah Risa yang melihat Rania dengan pandangan meremehkan.

"Kamu mau melakukan apa? Ayo, sekarang saja dan tidak perlu menunggu untuk besok. Aku ada disini, kamu mau menunggu apa lagi?"

"Sudahlah Ris, ayo kita pergi! Dia sudah mendapat apa yang seharusnya dia dapatkan," Ajak Adel dengan menarik tangan Risa kembali.

Adel sebenarnya juga sama saja dengan Risa, hanya saja semenjak dia memakai hijab, Adel lebih mengontrol segala hal yang akan dia lakukan. Adel tidak ingin membuat malu hijab yang dia gunakan akhir - akhir ini."

Risa akhirnya mengikuti kemana Adel membawa dia, keluar dari area kanti dan kembali ke dalam kelas yang sudah sepi. Semua mahasiswa memilih untuk istirahat di luar kelas daripada di dalam, itulah yang membuat Adel sangat suka di dalam kelas, sepi dan juga damai.

BRAAKKK!!!...

Risa melempar tas miliknya di atas meja sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

"Kamu banting - banting tas, memangnya di dalam tas milik kamu ini tidak ada barang penting?" Tanya Adel yang kaget dengan ulah Risa yang melempar tas di meja.

Satu,

Dua,

Ti...

"Astaga Aku lupa, Del! Bagaimana ini? Ponsel ku! Rusak dong ponsel milikku ini?" Teriak Risa histeris, dia baru saja ingat kalau ponselnya dia masukkan ke dalam tas sebelum dia berangkat tadi.

Risa langsung berlari ke arah tas miliknya yang dia lempar dan langsung membukanya, memeriksa apa yang ada si dalamnya sampai semua buku yang ada di dalam tas itu keluar semua.

"Ceroboh sih, makanya jangan suka marah - marah. Tidak baik marah - marah seperti itu, cepet keriput tuh muka!"

Risa semakin cemberut mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Adel. Sahabatnya ini suka sekali membuat dia marah dan kesal, hatinya terlalu baik sampai - sampai membuat Risa heran. Adel selalu membiarkan apa yang selalu Rania katakan padahal semua tuduhan Rania tidak pernah ada bukti, hanya omong kosong saja.

"Ya... Rusak ini ponselku, Del. Bagaimana kalau Alan menghubungi aku?" Teriak Risa semakin histeris sedangkan Adel menaikkan alisnya sebelah saat mendengar nama pria yang baru saja keluar dari bibir Risa.

"Alan? Siapa Alan?" Tanya Adel penasaran.

Risa melihat ke arah Adel saat mendengar pertanyaan dari Adel, menyesal Risa saat menyadari kecerobohannya dan mengatakan tentang Alan.

"Siapa Alan, Ris?" Tanya Adel sekali lagi.

Risa tidak berani menjawab dan hanya diam seribu bahasa sambil memainkan ponselnya.

Adel menyandarkan punggungnya untuk mendengar jawaban Risa tentang sosok bernama Alan. Nama dari pria yang ada di dalam pikiran Risa.

"Ehm, Alan itu... ah, dia teman ku dari kampung. Dia yang setiap hari menghubungi nomerku untuk bertukar kabar," Bohong Risa.

Adel menatap Risa dengan tatapan yang cukup tajam dan mengintimidasi membuat Risa merasa semakin terpojok. Risa semakin gemetar karena Adel melihatnya sangat dalam tanpa mengeluarkan suara. Hening dan terasa dingin.

"Dia... Dia pria yang ada di restoran waktu itu," Jawab Risa lirih. Dia tau kalau dia bersalah, makanya Risa memilih menundukkan kepalanya daripada melihat ke arah Adel.

"Kalian sudah berkenalan?" Tanya Adel heran. Adel sama sekali tidak mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh Risa dibelakangnya.

"Sudah, saat aku pergi ke kamar mandi waktu itu. Dia mengejar ku dan meminta berkenalan," Bohong Risa karena bukan Alan yang mengejar Risa melainkan Risa yang pura - pura jatuh dan dari sanalah mereka berkenalan.

"Sudah sejauh mana hubungan kalian?"

"Hubungan? Kami masih dalam tahap berteman, Del. Tidak secepat itu juga kali..."

"Iya, kan kita tidak tau, Ris. Siapa tau kamu sudah mengharapkan sesuatu yang lebih dari semua ini, aku tidak akan melarang kamu untuk berpacaran hanya saja kamu harus berhati-hati dengan seorang pria. Kamu harus menjaga tubuh dan harta kamu sendiri, jangan terlalu pasrah dan menerima apa saja yang dilakukan seorang pria."

Adel memberikan nasehat yang cukup panjang, bukannya ada maksud tertentu hanya saja Adel takut kalau sampai Risa terbawa arus pergaulan bebas. Risa baru mengenal seorang pria dan Adel takut Risa akan menyerahkan semua uang dia miliki hanya untuk bisa bersama dengan laki - laki itu.

"Kenapa kamu ini cerewet sekali? Tidak biasanya kamu secerewet ini, salah makan yan tadi waktu sarapan?"

"Kamu ini kalau di kasih tau selalu seperti ini. Kamu tau kalau aku menyayangi kamu, dan aku seperti ini karena aku tidak mau melihat kamu mendapatkan luka dari pria pertama yang masuk dalam kehidupan kamu," Jawab Adel panjang lebar. Dia sebenarnya merasa kesal kepada Risa yang terlihat tidak perduli sama sekali.

"Semua juga terserah kepada kamu, jika nanti ada sesuatu jangan pernah mencari aku karena semuanya sudah kamu putuskan sejak awal." Imbuh Adel dengan kesal.

Adel membiarkan Risa kembali melihat ponselnya yang bisa dibetulin, Adel kembali sibuk dengan apa yang ada di atas meja miliknya dan membiarkan Risa yang sibuk juga dengan ponselnya.

Adel melirik ke arah Risa saat telinganya mendengar bunyi dari ponsel Adel yang terus memberikan notifikasi pesan masuk.

"Kamu mengubah dengan mode silent bisa kan? Telingaku sakit karena terganggu dengan apa yang masuk di ponsel kamu," Ketus Adel.

"Kamu ini merusak kebahagiaan ku saja sih , Del? Bantu aku dong untuk dapetin Alan, bukan malah membuat aku semakin ilfill kepada dia," Keluh Risa pada Adel.

Adel memang berusaha untuk memperlihatkan seperti apa pria bernama Alan itu untuk Risa. "Aku akan mendukung kamu tapi jika pria yang kamu incar adalah pria yang bener. Bukan pria seperti Alan itu."

"Ayolah Del, kamu adalah temanku satu - satunya. Kalau bukan kamu yang mendorong aku untuk maju dan bisa lalu siapa lagi?"

Adel memutar bola matanya setelah mendengar suara Risa yang mendramatisir keadaan yang dialaminya.

"Akting kamu sangat bagus, kamu bisa mengikuti casting sinetron lalu jadi artis deh,"

"Ide kamu bagus juga, aku sudah bosan untuk kuliah."