Chereads / PACARKU ABDI NEGARA / Chapter 21 - Bab 21

Chapter 21 - Bab 21

Adel bangkit, dia tidak mau terpuruk hanya karena memikirkan seorang Yusuf di dalam hatinya. Adel ingin menunjukkan pada semua, bahwa dia bisa melakukan semuanya.

Setelah pertemuan yang tidak sengaja dengan bunda Anita dan Adel tidak menyapa wanita itu membuat hari Adel menyesal. Tidak seharusnya dia melakukan hal itu, seharusnya dia menghampiri wanita yang sudah sangat baik kepadanya itu dan setidaknya mengucapkan salam.

"Kamu ini kenapa sih Del? Sejak ikut denganku menerima orderan, kamu jadi banyak diamnya. Kamu kesambet ya?" Tanya Risa yang penasaran.

Saat ini mereka berdua masih berada di kantin kampus. Menikmati sarapan yang sudah mereka pesan sejak beberapa saat yang lalu.

"Kesambet apa? Kesambet mas Alan?" Goda Adel kepada Risa.

"Ish, jangan dong! Mas Alan itu punyaku dan tidak untuk direbutkan dengan wanita lain," Jawab Risa tidak suka.

"Iya... iya, mas Alan punya Risa dan Adel punya apa atuuhh...?"

"Ya punya masa depan yang indah dengan mas Yusuf." Kedua gadis itu tertawa dengan suara yang cukup menarik perhatian mahasiswa lain di sekitar mereka, termasuk dengan Rania.

Rania yang kalah setelah pertikaiannya dengan Adel dan juga Risa semakin tidak menyukai Adel dengan alasan apapun. Bagi dia, Adel tidak layak mendapatkan seorang Yusuf. Adel hanya seorang wanita yang tidak tahu diri bagi Rania, sedangkan Yusuf adalah pria tampan dengan penuh kharismatik yang harus menjadi pendamping Rania.

"Del, kamu tidak merasa ada sesuatu yang panas menusuk gitu?" Tanya Risa sambil mendekat ke arah Adel.

"Menusuk? Apa yang menusuk?" Tanya Adel kebingungan.

"Itu... sesuatu yang terasa panas dan menusuk. Kamu benar - benar tidak merasakannya ya? Aduh, kamu ini kebal sekali sih?"

Adel semakin kebingungan. Dia sama sekali tidak bisa menangkap kode yang diberikan oleh Risa kali ini, otaknya masih belum bisa langsung tahu apa yang dimaksud oleh Risa.

"Coba deh kamu nengok ke kiri, ada mata yang setajam silet sedang melihat kesini."

Adel mengikuti perintah Risa, dia menoleh ke arah kiri dan di sana terlihat Rania sedang menatap ke arahnya. Mata dengan penuh kebencian dilihatkan Rania dengan sangat jelas sekali.

"Sudah deh, aku capek melayani dia terus. Kamu tidak capek ya?" Tanya Adel bosan.

Risa mengangkat bahunya untuk menjawab pertanyaan dari Adel, kalau dibilang capek dan bosan itu sudah pasti karena Rania selalu membuat masalah dengan mereka berdua tapi kalau Rania tidak diberi pelajaran, dia tidak akan kapok dan berhenti.

"Sudahlah, abaikan saja apa yang diinginkan dia. Jangan diladeni orang seperti itu, dia tidak akan pernah sadar dengan kesalahan yang dibuatnya selama itu belum membuat dia kena karma."

Risa setuju dengan apa yang dikatakan oleh Adel, lebih baik memang membiarkan apa yang akan dilakukan oleh Rania karena orang yang seperti itu tidak akan pernah merasa kalau dirinya bersalah dan akan terus merasakan dia lah yang tertindas.

"Setelah jam kuliah kamu mau pergi kemana?" Tanya Risa kepada Adel.

"Biasa, aku mau ke penerbit sambil menyerahkan naskah yang sudah aku buat. Kamu mau ikut? Siapa tahu kamu tertarik menjadi penulis naskah seperti aku," Seloroh Adel menggoda.

"Kamu ini sedang memuji aku atau menghina? Sudah tau kalau aku ini paling anti menulis, kalau seandainya ada pekerjaan lain di sana boleh lah. Siapa tahu nanti jodoh dengan ku."

"Baiklah kalau begitu kita pergi bersama saja nanti, kita cari pekerjaan sampingan lagi buat kamu. Semangat ya kawan! Aku yakin kamu pasti bisa!" Adel memberi dukungan semangat dengan apa sedang terjadi pada hidup Risa.

Mereka berdua memilih untuk pergi dari kantin. Permusuhan antara Adel dan Rania tidak akan bisa selesai dengan begitu saja. Semua permasalahan dimulai dari Rania yang selalu merasa iri dengan apa yang dimiliki oleh Adel, apapun itu termasuk kepandaian Adel yang membuat Adel bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliahnya.

Adel sejak memutuskan untuk melepaskan semua beban di dalam hatinya kini menjadi lebih bijak dalam menanggapi apapun. Melihat Rania yang selalu mencari keributan tentang Yusuf, permintaan bunda Anita untuk datang ke rumahnya, dan juga Prof Burhan yang berkali - kali memanggil Adel hanya untuk menanyakan keadaan Adel, semuanya sudah menjadi suatu hal yang biasa bagi Adel.

Tiga bulan ditinggalkan Yusuf tanpa kabar sudah membuat tekad Adel untuk mengembalikan cincin pertunangan mereka berdua semakin bulat. Adel hanya menunggu saat dimana Yusuf datang menemuinya dan semua akan Adel kembalikan kepada Yusuf.

"Del, kamu tidak merindukan tunangan kamu?" Tanya Risa hati - hati.

Selama ini mereka berdua berusaha untuk tidak membahas tentang Yusuf karena Risa juga paham, Adel selalu mengalihkan pembicaraan mereka saat Risa mulai bertanya tentang sesuatu yang menyangkut tentang Yusuf.

"Tidak, aku sudah semakin bulat dengan apa yang selama ini aku minta pada Tuhan," Jawab Adel santai.

"Memangnya apa yang kamu minta pada Allah? Kamu masih baik - baik saja bukan?"

"Baik... aku sangat baik. Kamu kam bisa lihat sendiri dengan keadaanku saat ini, apa yang kamu lihat? Aku sakit atau baik?" Tanya Adel balik.

"Kamu baik, semakin baik dari yang aku lihat saat bang Yusuf awal - awal tidak ada kabar."

"Nah itu kamu tahu! Aku baik - baik saja, semua sudah bisa aku atasi dengan baik. Sekarang aku hanya fokus pada ujian karena aku tidak mau mengulang pelajaran di semester ini," Ucap Adel menyindir Risa.

Risa semakin lama semakin jarang berada di kampus. Dia lebih memilih menerima orderan ojek onlinenya daripada masuk kuliah. Kebutuhan ekonomi yang mendesaknya melakukan semua itu dan Adel tahu. Adel ingin sekali membantu kondisi keuangan Risa tapi ditolak mentah - mentah oleh orangnya langsung karena merasa tidak enak dengan Adel sudah terlalu banyak merepotkan.

"Aku juga tidak mau Del, ih ngeri... dosen di semester ini galak - galak semua termasuk mertua kamu itu!"

"Mertua? Siapa? Enak saja, aku belum nikah ya... Jangan menghalangi jodohku dengan mengatakan kalau aku sudah punya mertua."

"Ups lupa aku! Maaf...." Risa menutup mulutnya dengan telapak tangannya manja membuat Adel tertawa hanya melihat tingkah sederhana yang dilakukan oleh Risa.

"Boleh tidak ya kamu ini bersikap normal? Kenapa semua yang kamu lakukan membuat aku tertawa?"

"Karena aku ini memang imut dan sangat menggemaskan. Apa kamu perlu bukti?" Tantang Risa tapi bukannya marah Adel malah tertawa melihat tingkah Risa yang super gemas.

"Uuuhhh... Gemaaasss....." Tangan Adel mencubit pipi Risa dua - duanya.

"Adel sakit!" Teriak Risa saat merasakan kedua tangan Adel menarik pipinya dengan mencubitnya keras.

"Sakit Sayang? Aduh ... aduh... yang mana yang sakit Sayang?"