Chereads / PACARKU ABDI NEGARA / Chapter 17 - Bab 17

Chapter 17 - Bab 17

Adel akhirnya tertidur, tidurnya sangat pulas sampai - sampai telinganya tidak mendengarkan dering ponselnya yang tidak pernah berhenti. Panggilan dari Risa yang sedang mengkhawatirkan Adel karena tidak terlihat di kelas padahal mata kuliah mereka akan segera dimulai.

Tidur Adel sangat lelap, mungkin karena dia sudah melepaskan beban pikiran yang merasuki kepalanya terus – menerus. Perasaan Adel menjadi tenang, dia merasa terbebas dari beban yang membuat dia tidak bisa tidur dalam beberapa hari ini.

Bayangan Yusuf yang sedang berselingkuh atau Yusuf yang menyembunyikan sesuatu yang besar dari Adel, semuanya hilang dan tidak berbekas. Pikiran Adel terasa kosong dan ringan sehingga dia bisa memejamkan mata tanpa beban apapun.

Dering ponsel Adel dari panggilan Risa akhirnya berhenti, bukan mengabaikan tetapi memang Adel tidak mendengar sama sekali panggilan dari Risa di ponselnya meski ponselnya dalam keadaan berdering.

Risa merasa khawatir, tidak seperti biasanya Adel tidak  menjawab saat dia menelepon. Apalagi Adel sedang ada masalah, pertunangannya yang tidak jelas membuat sahabat dari Risa itu terlihat sedih berhari – hari, sama persis saat Adel tidak mendapatkan kabar dari kakaknya saat awal – awal kakak Adel pergi bertugas.

Risa segera mendatangi tempat kos Adel setelah dia selesai dengan maya kuliah hari ini. Apapun yang terjadi, Adel adalah sahabatnya dan dia tidak ingin sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada Adel.

Tok... Tok... Tok...

Risa melihat ke dalam mencari Adel yang tidak segera menyahut saat dia mengetuk pintu dengan cukup keras.

Tok... Tok... Tok...

"Nyari siapa Neng?" Risa menoleh, tetangga kos Adel bertanya saat Risa mengetuk pintu kamar Adel lebih keras.

"Nyari Adel Bu, dia ada di dalam kan ya?" Tanya Risa balik.

"Sepertinya sih iya, ibu belum lihat Neng sama sekali sejak pagi."

Jawaban dari tetangga kos Adel membuat Risa semakin kalut, didalam hatinya dia terus berdoa agar Adel tidak memiliki pikiran buruk atau keinginan yang dan dapat mengancam jiwanya.

"Del! Adel! Buka pintunya Del!" Teriak Risa semakin keras.

Ibu tetangga kos Adel yang tadi sempat berbicara kepada Risa merasa semakin heran, dia juga akhirnya ikut membantu Risa memanggil Adel, sampai – sampai depan kamar Adel sekarang dipenuhi oleh penghuni kamar yang lain.

"Del... Assalamualaikum Del... Buka pintunya Del!"

Klek!

Adel membuka pintu kamarnya dengan mata malas bangun tidur, dia tersentak saat melihat di depan kamarnya sudah sangat ramai. Beberapa tetangga kosnya ada di depan kamarnya sedang menatap penuh kekhawatiran.

"Ada apa ini? Kenapa ramai sekali?" Tanya Adel heran.

"Adel...!" Pekik Risa dan langsung memeluk tubuh mungil yang ada di depannya itu dengan sangat erat.

"Ada apa? Kenapa kamu datang kesini tanpa memberi kabar terlebih dahulu?" Tanya Adel heran.

"Aku sudah menghubungi ponsel kamu dan aku pikir kamu berniat bunuh diri karena tidak ada jawaban dari kamu saat aku telepon." Jawab Risa kesal.

"Ibu permisi dulu ya Neng, neng Adel sudah berdiri disini. Kami semua ijin pamit."

"Terima kasih Bu," Jawab Risa sambil menundukkan kepalanya kepada orang – orang yang sudah membantu dia membangunkan Zanna.

Ibu tetangga kos Adel tersenyum dan satu – persatu mereka pergi meninggalkan Risa dan juga Adel secara bergantian.

"Kenapa kamu bisa membawa massa sebanyak itu?" Tanya Adel setelah Adel menarik Risa menuju kamarnya.

"Aku tidak menarik tapi mereka yang datang karena aku memanggil kamu yang tidak segera membuka pintu. Aku sampaj berteriak – teriak tapi kamu tidak bangun – bangun juga," Gerutu Risa kesal.

"Aku hanya tidur Ris, dan bukan mati. Kenapa kamu sampai setakut ini?" Ejek Adel disertai tawa yang cukup membuat Risa semakin kesal kepada Adel.

"Aku takut saja kamu depresi karena semua masalah yang menimpa kamu akhir – akhir ini. Lingkaran mata yang hitam membuat aku menjadi takut," Jawab Risa perhatian.

Air mata Risa tiba – tiba mengalir, dia sudah mentok merasakan sesal yang ada di dalam hatinya.

"Kok nangis? Jangan nangis Ris, aku minta maaf kalau aku menyakiti kamu. Aku tidak ada maksud untuk menyakiti kamu," Ucap Adel khawatir.

Risa mendapatkan perhatian dari Adel yang seperti itu membuat Risa semakin terharu, inilah alasannya bagi Risa yang tidak akan pernah mendapatkan perhatian seperti itu dari teman yang lainnya.

"Jangan buat aku takut lagi ya? Aku benar – benar takut, takut kamu akan kembali terluka dan mengambil keputusan yang salah, " perintah Risa dengan serius.

Adel menganggukkan kepalanya berkali – kali untuk meyakinkan Risa bahwa dia adalah sosok yang tidak akan melakukan satu hal buruk apapun itu.

"Aku pegang janji kamu! Seberat apapun masalah kamu, kamu tidak diperbolehkan untuk menyakiti diri kamu sendiri!"

"Iya... Iya, aku janji. Kuliah sudah habis? Kok kamu sudah ada disini?" Tanya Adel sambil melihat jam di dinding kamar kos nya.

"Belum sih, malas aja karena kamu nggak ada di kelas. Pusing kepalaku kalau kamu nggak masuk," Jawab Risa dengan tenang sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur milik Adel.

"Alasan saja! Kamunya  saja memang pemalas, jangan jadikan aku sebagai alasan kamu." Gerutu Adel.

Risa meringis mendengar kata – kata Adel, sahabatnya memang selalu tahu tentang apa yang menjadi kebiasaannya.

"Aku mau kencan dulu ya, Del. Jangan ganggu aku," Ucap Risa sambil menunjukkan ponselnya ke arah Adel.

Adel hanya memutar bola matanya melihat tinglah Risa, temannya ini sedang berbunga – bunga karena perkenalannya dengan pria itu berlanjut sampai saat ini. Adel hanya berharap, semogapria yang Adel tahu bernama Alan itu tidak mempermainkan sahabatnya.

Adel kembali berbaring di samping Risa, mencoba untuk memejamkan matanya lagi karena rasa kantuk yang luar biasa dirasakannya saat ini masih mengganggu. MembiarkanRisa yang asyik dengan ponselnya, entah apa yang dia lakukan dengan kekasihnya itu, yang Adel inginkan hanya kembali memejamkan matanya.

Risa menoleh ke arah sahabatnya saat dia mendengar bunyi dengkuran yang cukup keras. Melihat keadaan Adel membuat Risa tahu kalau Adel sudah kembali tidur. Melihat beberapa hari ini keasaan Adel tidak baik, Risa akhirnya membiarkan Adel yang tidur dan menyelimuti tubuh Adel dengan selimut yang selalu digunakan oleh Adel.

"Istirahatlah, aku akan menunggu kamu disini. Jangan memikirkan apapun, lepaskan semua beban yang kamu rasakan dan kembalilah menjadi Adel yang seperti dulu. Kamu wanita kuat dan hebat."

Pujian Risa memang fakta, Adel sosok yng kuat tetapi semenjak dia mengenal sosok Yusuf membuatnya sedikit berubah.

"Kamu pergi tanpa kabar, jangan salahkan aku yang juga ikut menghilang."