Chereads / PACARKU ABDI NEGARA / Chapter 10 - Bab 10

Chapter 10 - Bab 10

Adel merasa sangat puas karena sudah bisa membuat Risa kesal. Biasanya Adel lah yang menjadi bahan percobaan sampai dia tidak lagi mempunyai muka saat bertemu dengan mahasiswa lainnya di kampus.

Terakhir Risa menyiarkan status hubungan Adel dengan mantan asisten tampan, Yusuf. Risa membuat hati para wanita hancur saat mendengar Adel sudah menjadi tunangan dari Yusuf.

Setelah Risa melakukan aksinya, Yusuf menghilang. Apa karena pria itu marah dengan Risa karena sudah membocorkan semua informasi tentang hubungan mereka kepada yang lainnya? Dan Risa adalah sahabat Adel.

Entahlah,

Adel tidak pernah tahu tentang status tunangan yang membuat dia juga bingung sampai sekarang. Kedua orang tua juga tidak tahu, jadi Adel hanya menunggu Yusuf datang dan menjelaskan semua yang membuat dia menghilang selama beberapa hari ini.

Adel hanya perlu menjalani hari - harinya seperti biasa, seperti hidupnya belum terganggu karena kehadiran Yusuf. Adel harus menunjukkan pada semuanya jika dia bisa tetap berdiri meski Yusuf menghilang dengan alasan yang tidak jelas.

"Ris, rasanya enak bukan? Aku tidak salah pilih bukan?" tanya Adel setelah dia selesai dan mendorong piring kosong miliknya.

"Enak, tumben kamu pintar? Biasanya kamu paling tidak bisa kalau diminta mencari tempat yang menjual makanan enak." cibir Risa yang sangat paham dengan kemampuan yang dimiliki oleh Adel.

"Firasat. Firasat ku mengatakan kalau disini menjual makanan enak," jawab Adel menyombongkan diri.

Risa yang biasanya jahil dan paling cerewet sekarang bisa digantikan oleh Adel, Rosa semakin tidak mengerti tentang efek dari tunangan yang menghilang.

"Del, sumpah deh! Kamu ini habis kejedot pintu atau kejedot beton sih? Kenapa sekarang kamu berubah seperti ini? Aku jadi takut berada di dekat kamu." ucap Risa sambil bergidik.

Adel mendengus mendengar ucapan dari sahabatnya ini. Sahabat macam apa yang mengatai temannya sendiri, kalau bukan sahabat gila seperti Risa ini.

"Kamu teman durhaka! Awas kalau kamu mencari aku lagi nanti."

"Adel...!!!" teriak Rosa memancing pengunjung lain melihat mereka berdua.

Adel melotot mendengar teriakan Risa, gemas sendiri dengan apa yang dilakukan sahabatnya ini.

"Bisa diam apa tidak?" geram Adel menatap tajam ke arah Risa.

Risa ya tetap Risa, dia tetap berulah dimana pun tempatnya. Tidak perduli banyak orang atau tidak, dia akan tetap melakukan hal yang dia inginkan.

"Kamu mau meninggalkan aku? Kamu tidak ingin lagi berteman denganku lagi? Huaaaaa..." teriak Risa dengan wajah yang dia buat sesedih mungkin dan berpura - pura menangis.

"Sialan kamu!" gerutu Adel karena mereka sekarang menjadi pusat perhatian pengunjung kedai. Banyak mata yang melihat Rosa dengan tatapan penuh iba sedangkan saat melihat Adel juga tidak sedikit yang terlihat kesal.

Ingin sekali Adel mencekik leher sahabatnya ini, mulutnya benar - benar tidak bisa tenang meski hanya sebentar saja.

"Makanya jangan pernah berani main-main dengan Rosa!" sombong Risa dengan menepuk dadanya kencang.

"Sombong! Tersedak baru tahu rasa!" cibir Adel, matanya menatap kesal ke arah Risa.

Risa tampak tidak perduli dengan cibiran Adel, dia tetap memasukkan makanan yang dia pesan masuk ke dalam mulutnya bergantian.

"Uhuk... Uhuk..." Risa tersedak dan bukannya menolong sahabatnya, Adel malah mengucap syukur karena Risa terkena karma langsung.

"Rasain! Siapa suruh kamu membuat aku ditatap dengan penuh kebencian orang-orang disini? Makan tu tersedak!"

Risa mengambil minumannya dan langsung menegaknya sampai habis, tidak sampai disitu saja. Risa meraih gelas milik Adel dan kembali menegaknya sampai tandas.

"Minumanku! Ih, kamu ya!"

"Sori ya Del, tenggorokanku tersumbat dan aku memerlukan banyak air untuk melancarkan makanan yang berhenti disini." sesal Risa sambil menunjukkan lehernya tetapi Adel sama sekali tidak mendengar penyesalan Risa, yang Adel dengar Risa yang sedang mengejeknya dengan pura - pura memerlukan banyak minum.

"Awas kamu ya! Aku akan membalas semua perbuatan kamu hari ini." ancam Adel dengan jari telunjuk yang berada di depan wajah Risa.

Dengan santai Risa memegang telunjuk Adel dan menyingkirkannya dari depan wajahnya. "Silahkan Adel sayang! Aku akan dengan senang hati menunggu saat - saat itu."

"Lihat saja, aku tidak akan memberi kamu contekan tugas dari prof. Burhan."

Risa melotot mendengar ancaman Adel kali ini, dia akan kembali mendapatkan nilai E jika Adel tidak memberikan tugas itu kepadanya.

"Ih, Del jangan gitu dong. Kamu jahat banget kalau tidak memberi contekan kepadaku." rajuk Risa, wajahnya dia buat se sedih mungkin agar Adel bisa kembali luluh hatinya.

"Jangan merajuk! Kamu sama sekali tidak pantas merajuk seperti itu, dimana Risa yang menantang ku tadi?"

Adel mengabaikan Risa yang berdiri di sampingnya, dengan perlahan dia kembali memakan camilan yang tadi sempat dia pesan untuk mendampingi mie pesanannya.

"Del, please dong Del! Jangan begitu dong Aah...."

Adel tetap mengabaikan Risa yang sekarang menghentak - hentakkan kakinya di samping Adel. Adel hanya mencebik sambil melihat Risa dari atas sampai bawah.

"Mas, pesan minumnya satu lagi ya!" Panggil Adel pada karyawan kedai yang melewati meja Adel.

Risa masih di samping Adel dengan tangan yang memegang lengan Adel dan menggoyang - goyangkannya.

"Ya Tuhan! Ada malaikat turun dari langit!" pekik Risa membuat Adel memutar bola matanya jengkel.

Risa sudah melupakan usahanya untuk merayu Adel setelah melihat seseorang yang bisa di tebak oleh Adel, seorang pria.

"Mata itu di jaga, dosa tau! Itu sama saja dengan Zina mata, masuk neraka baru tau rasa!" tegur Adel dengan ketus. Tapi dasar Risa yang selalu tergoda dengan wajah tampan seorang pria, Risa memilih mengabaikan Adel yang berbicara dengannya dan kembali duduk di tempat duduk miliknya sambil terus menatap pria yang tadi dia lihat masuk ke dalam kedai.

"Hei! Mata itu mata! Di jaga matanya!" ucap Adel sambil menutup wajah Risa dengan telapak tangannya.

"Ih, Adel mengganggu saja!" gerutu Risa sambil menyingkirkan tangan Adel dari depan matanya. "Kita tidak boleh mensia-siakan pemandangan indah seperti ini."

"Ish! Teman siapa sih ini? Aku tidak kenal."

"Kamu lupa ya? Aku ini temannya Adel, Adel tunangannya bang Yusuf yang menghilang tanpa kabar. Jangan-jangan bang Yusuf menghilang karena tidak tahan mendengar ocehan kamu setiap hari, Del?"

"Sialan kamu! Aku tidak pernah melakukan hal yang kamu tuduhkan itu ya," bantah Adel tidak terima dengan tuduhan dari Risa.

Risa bukannya berhenti, dia semakin tertawa bahkan lebih keras sampai mengundang perhatian pengunjung lain, termasuk dengan pria yang dilihat oleh Risa.

"Ya Tuhan! Del, dia melihatku. Kenapa sih tadi tertawaku tidak anggun?" gerutu Risa sambil memukul mulutnya sendiri.

"Syukurin! Itu yang dinamakan karma, ingat zina mata!" tegus Adel sekali lagi saat melihat Risa kembali melihat ke arah pria yang sejak tadi mencuri perhatian Risa.

"Iya ustadzaaaah!"