"Tidak jauh dari tempat yang kita tuju, kita akan melewati desa manusia." Alita menunjuk gerbang masuk yang terbuat dari bata merah itu dari kejauhan.
"Ya sudah, kenapa berhenti?" Tanya Morgan sinis sambil mengendurkan tali kekang kudanya.
Alita mendengus dan membulatkan matanya, ia mencibir. "Kita tidak bisa berpakaian seperti ini. Terutama kau, anjing."
Morgan melotot dengan ganas ke arah Alita, tidak terima dikatai anjing terus menerus oleh gadis vampir itu.
Iris melihat dirinya sendiri, ia mengenakan baju terusan panjang berwarna merah dengan rompi yang mengikat pinggangnya, ia juga memakai celana hitam yang dibungkus dengan sepatu kulit setinggi lutut, ia mendongak memperhatikan Morgan, manusia serigala itu hanya memakai celana pendek dan kemeja biru usang yang kancingnya tidak ada.
Iris menoleh lagi ke arah Alita, gadis vampir itu memakai baju hitam kekuningan, ia lebih menyerupai laki-laki dengan potongan rambutnya, make upnya yang tebal dan terkesan menor, bibirnya bahkan berwarna hitam.
Satu-satunya yang normal dan terlihat seperti manusia hanyalah Thomas.
"Oke, ayo kita ganti baju yang lebih seperti manusia." Iris melompat turun dari kudanya. Ia tidak ingin membuat kegemparan pada manusia dengan kedatangan rombongan yang aneh ini.
Bagaiamanapun vampir, manusia serigala dan penyihir seharusnya tidak pernah berada dalam kelompok yang sama, mereka tidak pernah selaras, mungkin ini baru terjadi pada Iris dan rombongannya.
Manusia akan ketakutan jika mengetahui jati diri mereka.
Alita turun dan mengikat kudanya di pohon, Thomas hanya mendongak menatap mereka bergantian.
Iris mendekati ke arah Morgan, ia mengeluarkan satu setel kemeja warna putih dari kantung ajaibnya, Morgan mengambilnya dan memasangnya dengan serampangan.
"Kau harus mengancingkan bajunya." Iris bergumam pelan, tangannya naik membantu manusia serigala itu merapikan pakaiannya.
Morgan menunduk, ia tersenyum lebar, napasnya menderu mengenai kepala Iris, penyihir itu mendongak dan tersenyum.
Tangannya telah selesai mengancingkan semua kancing baju Morgan, bergerak menuju kepalanya dan merapikan rambutnya yang acak-acakan itu. Morgan jadi terlihat ratusan kali lebih tampan dari biasanya jika seperti ini.
Pipi Iris memerah sempurna, ia merasakan dadanya berdebar tiba-tiba, dengan gugup ia menarik tangannya dari kepala Morgan.
Manusia serigala itu menyeringai lebar, ia menangkap tangan Iris dan membawanya ke bibirnya, mengecupnya dengan pelan.
Wajah Iris memerah sempurna, bahkan sampai ke telinga, ia menarik tangannya dengan gugup. "Kau, apa yang kau lakukan?"
Morgan terkekeh pelan, rambut panjang Iris jatuh ke tangannya. "Sudah lama aku ingin melakukannya padamu, kau kan Lunaku."
Iris mendengus dan memukul lengan Morgan pelan, ia terlalu malu saat ini untuk menanggapi perkataan si manusia serigala itu.
"Cih. Dasar pasangan mesum!" Alita mengumpat dengan suara pelan, ia berbalik dan melihat Thomas yang juga menatap adegan itu, matanya menyipit.
"Morgan, kau pergilah dulu bersama Thomas, aku dan Alita akan mengganti pakaian, tunggu kami di depan gerbang desa."
Morgan yang sedang dalam suasana hati baik, mengangguk penuh semangat, ia melirik Thomas yang masih berdiri dengan kaku. "Ayo, bocah."
Thomas mendengus, ia naik ke kuda bersama Morgan, rasa jengkel semakin menjadi-jadi di hatinya, ia menoleh ke belakang dan mendapati Iris tersenyum pada mereka.
Atau pada Morgan?
Thomas ingin menjambak rambut manusia serigala yang duduk di depannya ini saking kesalnya.
Kuda berjalan dengan pelan, menjauh dari Iris dan Alita, Morgan bersenandung pelan, ia sengaja membuat gerakan lambat, agar Thomas yang berada di belakangnya makin kesal.
"Gerbangnya di sebelah sana, kenapa kita memutar?" Protes Thomas ketika melihat mereka menjauh dari gerbang yang sebenarnya.
"Kita lewat belakang sesekali," sahut Morgan dengan asal, aslinya ia bukan orang yang suka berdiri-diri menunggu, lebih baik ia berputar-putar dulu melihat keadaan baru kembali lagi menemui para wanita itu.
Karena bisanya wanita itu lama berganti pakaian.
Thomas tidak lagi protes dengan Morgan, ia duduk dengan kaku di belakang, matanya bergerak kesana-kemari melihat keadaan sekitar.
Desa yang ditempati manusia ini dikelilingi oleh tembok bata berwarna merah yang sangat tinggi, hampir dua meter, ia tidak bisa melihat seperti apa suasana di dalam desa, hanya pohon dan semak perdu yang tumbuh liar di sekitar tembok, sisanya hanya hutan lebat.
Jalan setapak yang Morgan pilih juga bukan jalan utama yang dipakai manusia, itu adalah jalan baru yang Morgan terobos.
"Kita tidak akan tersesat, kan?" Tanya Thomas dengan khawatir, ia menengok ke belakang dan yang ia dapati hanya semak perdu serta pepohonan hijau.
Jika ia disuruh kembali ia tidak akan tahu jalan pulang, tembok bata merah yang mengeliling desa manusia bahkan tidak terlihat lagi.
"Tidak, aku punya insting yang bagus," sahut Morgan dengan santai.
Angin berhembus pelan, dedaunan saling bergesek mengeluarkan bunyi, Morgan menarik tali kekangnya, ia melihat sekeliling dan mengendus pelan.
"Ada apa?" Tanya Thomas lagi.
Morgan tidak menjawab perkataan Thomas, ia turun dari kudanya dan menatap tajam sekeliling. Thomas masih duduk di atas kuda, ia mengikuti arah pandang Morgan, di depan mereka hanya ada pohon yang lebat.
Ranting pohon berderak, terkena angin. Daun-daunan kering yang jatuh ke tanah beterbangan, Thomas menelan ludah, ia mulai merasakan ada sesuatu yang salah.
Morgan menggeram, taring serigalanya muncul, matanya berkilat-kilat, angin makn bertiup keras, ranting-ranting pohon semakin berderak dan patah, Thomas menyipitkan matanya melihat sumber angin, ia terperangah.
Di antara dua pohon yang bergoyang, ia melihat seekor serigala berbulu putih dengan mata semerah darah tengah menatap mereka berdua dengan tenang.
"Morgan, apakah itu salah satu packmu?" Tanya Thomas lagi, ia menatap dengan lekat.
Serigala itu terlihat berbahaya, auranya mengerikan.
Morgan mengabaikan Thomas, ia melepas bajunya dan dalam sekejap berubah menjadi seekor serigala besar berwarna abu-abu, ia melangkah dengan keempat kakinya, mendekat.
Thomas tidak tahu harus apa, ia hanya duduk dengan kaku di atas kuda, Morgan saat ini bukan dalam suasana hati yang baik, ia sebaiknya menyingkir dan tidak menganggu manusia serigala itu.
Serigala putih itu melolong nyaring, angin di sekitar semakin kencang menerbangkan daun dan membawa debu, Thomas menutup matanya dengan cepat.
Lolongan serigala saling bersahut-sahutan, seolah mereka sedang berkomunikasi, ketika Thomas membuka matanya, ia tidak mendapati Morgan atau serigala putih itu.
Mereka menghilang bersamaan dengan daun-daun yang berjatuhan ke tanah, angin telah berhenti berhembus, suasana menjadi hening.
Thomas memegang tali kekang kuda, ia meringis.
Sekarang ia benar-benar tidak tahu jalan pulang, ia mungkin hanya bisa menunggu Morgan kembali, atau mungkin menunggu Iris menemukannya.
ia benar-benar lemah. Thomas mendongak dan melihat tempat serigala putih tadi berdiri, hatinya bertanya-tanya, kemana Morgan pergi bersama serigala itu?
Dan juga, siapa serigala putih itu?