Chereads / WITCH'S LOVE / Chapter 52 - Hari Pembantaian 1

Chapter 52 - Hari Pembantaian 1

Mereka berasal dari Pack Red Moon.

Morgan tidak mengerti apa yang terjadi, ia sudah lama tidak mendatangi packnya, ia sama sekali tidak tahu mengapa Red Moon membantai packnya.

Dua serigala berbulu hitam menghalangi Morgan, mereka menggeram dan seorang laki-laki berkulit gelap menyeret rambut panjang Giselle dengan kasar, wanita itu menjerit dan meronta-ronta memegangi rambutnya.

"Mengapa kalian melakukan ini?" Morgan menatap sekeliling yang tidak ada ubahnya seperti neraka, rumah-rumah kayu yang tadinya berdiri dengan gagah kini rusak seperti diserang oleh angin kencang, api berkobar di setiap sudut dan orang-orang yang Morgan kenali telah terbaring di tanah dengan genangan darah yang menggenang dimana-mana.

Laki-laki berkulit gelap itu melirik Giselle yang masih berteriak di bawahnya, ia lalu menatap Morgan yang berusaha bertahan dari serangan dua serigala hitam itu, laki-laki itu menyeringai lebar.

Dua orang ini adalah orang terakhir yang ada di pack Blue Moon, mereka harus mengakhiri salah satunya dan salah satunya harus menjadi kambing hitam atas semua masalah ini.

Morgan terhempas ke belakang, ia tidak bisa konsentrasi. Suara jeritan kesakitan Giselle membuatnya lemah, ia marah dan mulai tidak bisa mengendalikan dirinya.

"Dia terlalu merepotkan," komentar laki-laki berkulit gelap itu, ia mendengkus dan melemparkan Giselle ke tanah, menginjak punggung wanita itu dengan keras hingga suara retakan antara tulang-tulang itu terdengar dengan jelas.

KRAK!

"Giselle!"

Morgan merasakan waktu berjalan dengan lambat, ia bahkan masih bisa melihat dengan jelas bagaimana tubuh Lunanya itu terhempas ke tanah, matanya yang berkaca-kaca dipenuhi dengan kabut air mata dan tangannya yang menggapai dan mulutnya yang terbuka ingin meraih oksigen itu.

Giselle selalu menjadi orang yang lembut, ia bahkan tidak pernah menyakiti seekor kelinci pun seperti manusia serigala lainnya, ia selalu tersenyum dan mendukungnya, menunggunya di teras sambil merajut pakaian untuk persiapan musim dingin atau sekadar membuat hiasan untuk dipasang di atas jendela.

Tapi mengapa ia harus mendapatkan akhir yang begitu kejam?

Morgan merasakan tubuhnya dihempas ke tanah, ia terbatuk dan kembali menatap Giselle, Lunanya itu meregang nyawa, matanya menatap Morgan untuk yang terakhir kalinya.

"Tidak, tidak!" Morgan bangkit dan tidak memedulikan yang lainnya, ia meraih Giselle yang mulai memuntahkan darah segar dari mulutnya, tubuh itu mengejang dan perlahan-lahan, napasnya yang tersisa mulai menghilang.

Morgan meraih tangan Giselle, tangan itu lunglai jatuh ke tanah, mata yang tadi bercahaya itu mulai meredup.

Gisellenya telah tiada.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Morgan menangis. Ia memeluk erat tubuh Giselle yang tidak berdaya itu dengan erat, menciumnya dengan penuh kasih dan menutup matanya, hatinya sangat sakit, lebih sakit daripada saat ia diasingkan oleh packnya.

Morgan tidak peduli dengan orang-orang yang mati di packnya tapi ia peduli dengan Giselle, ia tidak peduli dengan siapa yang akan menjadi Alpha di pack Blue Moon, ia juga tidak peduli dimana ayah kandungnya dan mengapa ibunya meninggal karena sakit, ia tidak peduli.

Ia hanya peduli mengapa Giselle harus merasakan kesakitan yang sangat mengerikan seperti ini?

Laki-laki berkulit gelap itu tidak memedulikan Morgan, ia melirik rekan-rekannya yang lain dan memanggilnya, berencana untuk kembali dan menyampaikan bahwa misi mereka sudah selesai. Mereka melolong penuh dengan rasa angkuh dan bersiap untuk pergi meninggalkan semua kekacauan mereka.

"Kalian pikir bisa pergi begitu saja?"

Suasana mendadak menjadi hening. Laki-laki berkulit gelap itu menoleh dan menyunjingkan senyuman sinis.

Terlalu merepotkan meninggalkan kambing hitam ini secara utuh, ia setidaknya harus mematahkan satu atau dua bagian tubuhnya.

"Benar, aku hampir melupakanmu."

Morgan meletakkan Giselle dengan lembut, ia menutupi tubuhnya dengan pakaiannya, lalu berdiri dengan wajah yang penuh kemarahan, kedua tangannya mengepal dengan erat.

"Noah, kita tidak harus meladeninya." Seekor serigala hitam langsung berubah menjadi manusia dan ia menyentuh bahu laki-laki berkulit gelap itu, matanya yang berwarna hijau itu menyipit ke arah Morgan.

"Aku hanya perlu lima menit," sahut Noah dengan angkuh, ia kemudian berubah menjadi seekor serigala hitam dan mulai mengelilingi Morgan.

Morgan yang sedari tadi belum mengeluarkan bentuk serigalanya itu menarik napas, ia dapat merasakan semua mata orang yang membantai packnya ini menatapnya dengan pandangan meremehkan.

Noah merasa di atas awan, ia merasakan tidak ada perlawanan yang berarti dari Morgan, ia juga tidak merasakan hawa mengintimidasi dari seorang Alpha, ia memperkirakan kalai Morgan pastilah anggota pack yang belum lolos dari upacara kedewasaan.

Noah melesat ke arah Morgan, ia melompat dan berniat menggigitnya. Namun yang didapatnya justru dirinya yang terlempar ke tanah oleh sebuah kibasan yang besar, ia bangkit dan melihat asap mengepul dan tanah yang ia pijak terasa panas.

Di dalam kabut, pelan tapi pasti seekor serigala yang besarnya tiga kali lebih besar dari dirinya memamerkan giginya. Noah tersentak dan ia mundur secara tidak sadar.

"Apa-apaan ini? Bagaimana mungkin ada manusia serigala sebesar ini?!" Orang yang tadi hendak menghentikan Noah berseru, rekan-rekannya segera mengelilingi serigala raksasa Morgan dan menyerangnya.

"Dia tidak normal! Serigala itu tidak normal, bunuh dia!"

Morgan tidak tinggal diam, dengan tubuhnya yang besar ia dengan mudah mengayunkan cakarnya dan melempar para serigala sialan itu, suhu di sekitar semakin naik dan terasa membakar, seakan-akan mereka berada di dalam oven.

Morgan melihat Noah yang dengan gesit menghindari cakaranya, serigala hitam itu melompat menaiki punggungnya dan berniat mengigitnya, tapi Morgan dengan cepat menghempaskan tubuhnya sendiri dan berguling ke tanah, tubuh serigala hitam itu terlempar dan membentur sebuah rumah.

Suasana dengan cepat berbanding terbalik, Morgan yang sekarang berada di atas angin, ia tidak segan menghantamkan kakinya ke serigala lain hingga mereka benar-benar tidak lagi bergerak dan diam kaku menyambut saat-saat terakhir mereka.

Noah terbatuk, darah segar keluar dari mulutnya. Ia berubah kembali menjadi bentuk manusianya dan mendongak melihat serigala abu-abu itu menghancurkan rekan-rekannya tanpa jeda, ia mendengar suara jeritan dan bunyi tulang yang patah bersahutan, Morgan seakan balas dendam tentang perlakuan yang telah ia lakukan pada wanita yang bernama Giselle tadi.

Noah terduduk dengan kaku, ia bahkan melihat bagaimana darah dari rekan-rekannya itu menciprati tanah dan mulai merembes ke sekitar kakinya, ia ingin mengangkat tangannya dan memohon agar Morgan berhenti, tapi melihat mata yang berkilat-kilat penuh dengan kegilaan itu membuatnya kehilanganan nyalinya.

"Tolong … biarkan aku hidup."

Noah mundur ketika serigala abu-abu besar itu mendekat, lidahnya menjilat noda merah yang ada di pipinya, bulu abu-abu yang tadinya bersih kini berwarna merah kecoklatan dan dipenuhi dengan aroma tembaga yang kuat.

Noah sadar, ia telah berurusan dengan orang yang salah, serigala di depannya ini adalah seorang monster yang tidak lagi memiliki akal sehat, dia terlalu gila dan mengerikan!