Setelah kepergian Famrik, tatapan Linda menjadi kosong dan raut wajahnya penuh dengan kekecewaan, "Rendi, apakah harga dirimu lebih penting dari nyawa Kiki?"
Rendi terdiam sesaat dan meletakkan kuenya diatas meja. la berkata, "Aku pergi pinjam uang". "Kamu pergi pinjam uang? Kamu mau kemana pergi pinjam uang? Sekarang selain Pak Famrik
ada siapa lagi yang bisa mengeluarkan enam ratus juta untuk membantu kita?" ujar Linda kesal.
"Aku memiliki caraku sendiri untuk meminjam
uang." Rendi menggelengkan kepalanya dan pergí kearah lorong. la pernah memulai usaha, juga pernah gagal, tapi ia juga memiliki beberapa teman untuk beberapa tahun ini.
"Rendi!" Suara Linda terdengar dari belakang
Kamu jangan membuatku membencimu!" Rendi mempercepat langkah kakiknya. Linda melihat punggung kepergian Rendi yang semakin jau dari dirinya. Seperti tenaga yang
ditarik habis dari tubuhnya, sekujur tubuhnya
terduduk lemas.
la sedikit menyesal!
Menyesal dirinya yang gegabah, menyesal menikah dengan Rendi!
Tatapan Linda tiba-tiba terjatuh ke kotak kue
yang diletakkan di atas meja, lalu sedikit terkejut. Rendi keluar dari rumah sakit dan menyalakan rokok yang berkualitas buruk. la menarik nafas dalam dan tiba-tiba membuatnya terbatuk.
Matanya agak memerah.
Uang!
Uang!!
Semua ini karena uang!
Meskipun uang bukan seluruhnya, tapi kalau
tidak ada uang, nyawa anaknya yang akan
terancam!
Rendi mencari tempat untuk duduk, lalu
menghubungi beberapa nomor. Tapi saat
mendengar ia ingin meminjam uang, semua
penerima panggilan memutuskan panggilan.
Akhirnya ia menghela nafas dan mengeluarkan telepon untuk menghubungi nomor telepon yang asing.
"Ini aku." ujar Rendi dingin. Ternyata Tuan Muda." ujar pría tua di seberang sana dengan semangat, "Tuan Muda menghubungiku, apakah telah memikirkan semuanya dengan baik dan kembali bersamaku?
"Maaf, aku tidak boleh pulang." Rendi berkata, Paman Alex, aku menghubungimu, karena ada suatu hal. Apakah Anda boleh meminjam enam ratus juta kepadaku? Aku sangat membutuhkannya."
"Tuan Muda tidak tahu bahwa seluruh harta kekayaanku merupakan milik Keluarga Lu. Jangan bilang Anda ingin enam ratus juta, bahkan Anda boleh memiliki nyawaku." Seberang sana terkekeh pelan. "Tapi dengan syarat, Anda harus menandatangani surat perjanjian penerus warisan. Setelah tanda tangan, Anda baru bisa mendapatkan uangnya." "Kita bahas nanti untuk tanda tangan. Aku sekarang sungguh membutuhkan enam ratus juta. ujar Rendi. la tidak ingin berkaitan lagi dengan Keluarga Lu, tapi anaknya sudah seperti ini, ia tidak ada jalan lain lagi.
Tidak boleh, Tuan Besar telah menyuruhku,
hanya dengan menandatangani surat perjanjian penerus warisan, Tuan Muda baru bisa menggunakan harta kekayaan keluarga." ujar priatua seberang sana tegas.