Mengagumimu dari jauh sudah membuatku bahagia tanpa harus serakah untuk memilikimu.
Aluna
***
Lonceng pintu cafe berdenting nyaring pertanda ada pelanggan yang datang, Aluna menatap ke arah pintu melihat pelanggan yang datang. Matanya terbelalak, kembaran dari sahabatnya benar-benar datang. Aluna mengagumi pria itu sejak dia melihat Kynan di kampusnya dalam seminar. Kynan adalah pengusaha muda yang sukses datang sebagai pengisi dalam seminar itu.
Mata mereka bersibobrok. Wajah Aluna merona saat dipandang seperti itu. Kynan sendiri memutar bola matanya jengah. "Gadis tidak tau diri!" batin Kynan sambil berlalu melangkah menuju tempat Kendra yang sibuk menikmati hot chocolatenya.
"Kenapa minta dijemput disini? Tumben juga kamu minta jemput." tanya Kynan kepada adiknya sesaat dia duduk di kursi depan Kendra.
"Ayolah kak. Kamu tau apa maksudku. Dia gadis yang baik. Percaya sama aku." Kendra tak henti-hentinya membujuk kakaknya agar sedikit saja melihat ke arah Aluna. Dia itu gadis yang baik, lembut dan sederhana dan yang paling penting gadis itu mencintai Kynan dengan hati yang tulus tanpa memandang status dan kekayaannya.
"Kamu masih ingin aku dengan gadis desa itu? Bagaimana pandangan orang-orang nanti? Gila kamu ya?!" suara Kynan sedikit meninggi, Membuat Aluna yang akan mengantarkan minuman kesukaan Kynan menghentikan langkahnya. Menahan nyeri didadanya Aluna menekan dadanya kuat. Selama ini setiap datang kerumah Kendra, Aluna belajar apapun yang disukai Kynan. Gadis itu ingin membuat hati Kynan benar-benar senang. Tapi, sepertinya usahanya selama ini gagal. Pria itu tetap tidak menginginkannya. Bahkan Violet, ibu Kendra dan Kynan yang sangat menyayangi Aluna tidak meruntuhkan dinding hati Kynan. Violet menyayangi Aluna seperti putrinya sendiri, melihat kesederhanaan dan sifat mandiri Aluna yang akhirnya menular kepada putri manjanya membuat Violet sangat berterimakasih dapat mengenal Aluna sebagai sahabat putrinya.
"Ma'af kak. Ini minumannya." Aluna meletakkan latte didepan Kynan tanpa menatap pria itu. Kendra yang merasa sahabatnya mendengar kata-kata kakaknya menginjak kaki Kynan dan melotot, Kynan terlihat acuh dengan ekspresi yang dikeluarkan adiknya.
"See? Aluna bahkan tau minuman favorit kakak tanpa kakak memesan dulu."
Kynan tetap bersikeras merasa apa yang dikatakannya memang benar. "Kenapa harus merasa bersalah?" Pikir Kynan.
"Duduk sini dulu, Lun!" Ajak Kendra yang diberi pelototan maut oleh sang kakak.
"It's oke. Aku harus kerja. Nanti aku ditegur Toni, nggak enak sama teman yang lain juga." jawab Aluna tanpa melihat ke arah Kynan. Aluna harus menguatkan hatinya. Ingin sekali dia segera beranjak pergi dari hadapan pria yang baru saja merendahkannya. Aluna berusaha keras menahan air matanya yang memaksa ingin jatuh, Aluna tersenyum terpaksa kearah Kendra. Kendra menatap dengan perasaan bersalah.
"Ooohhh oke. Salam sama Toni ya. Kamu jadi pulang sama Toni?" tanya Kendra yang membuat Aluna terkejut, sedangkan Kynan mengeraskan rahangnya menahan gejolak emosi yang tiba-tiba hadir. Kendra tau jika kakaknya itu sudah mulai menaruh hati kepada Aluna. Mungkin memang lelaki dengan ego yang tinggi tidak akan menjilat ludahnya kembali. Tapi, lihat saja apa yang bisa dilakukan seorang Kendra untuk membuat kakaknya menyesal telah mempertahankan ego-nya.
"Ha?" Aluna bingung. Dia tidak membuat janji dengan Toni untuk pulang bersama. Kenapa Kendra bertanya seperti itu?
"Ooh, sekarang gadis jelek ini sudah merayu pria lain?" pertanyaan Kynan membuat Aluna langsung memutar kepalanya menatap kearah Kynan.
"Setelah mencoba merayuku dan gagal, dia beralih ke pria lain?" tanyanya sekali lagi kearah Kendra tanpa menatap lawan bicaranya tetapi wajahnya menatap marah kearah Aluna. Entah sejak adiknya mengatakan kalau Aluna akan pulang bersama dengan Toni hatinya terasa panas, ada nyeri tak kasat mata yang bertengger di hatinya.
Kendra yang melihat kakaknya mulai menunjukkan kecemburuannya kepada Aluna tersenyum penuh arti. Dia bisa mencari cara untuk membuka hati kakaknya yang penuh dengan es balok itu. Mungkin dulu mamanya melahirkan Kynan di kutub utara sehingga pria itu sedingis es balok. Eh, kalau Kynan di kutub utara dia juga lahir disana ya? Hahaha....
"Ya biarlah kak. Dia berhak bahagia. Ada yang mencintainya kenapa tidak dicoba? Lagian dia sudah banyak terluka karena dihina seseorang yang dicintainya. Biarkan Aluna bahagia." ucap Kendra santai memancing emosi kakaknya yang sedikit demi sedikit terbentuk. Aluna melototkan matanya, bagaimana bisa Toni mencintainya? Sedangkan Toni itu sahabatnya dan mereka tidak pernah berhubungan lebih dari seorang sahabat.
"Ken, bagaimana bi..."
"Jangan malu Lun, aku tau selama ini Toni mencintaimu. Terima saja dia, sepertinya dia bisa membahagiakanmu." potong Kendra sebelum Aluna menghancurkan rencana cantiknya itu. Aluna hanya menatap heran kearah sahabatnya itu. Kata-kata Kendra bisa membuat Kynan semakin membencinya.
"Oke sayangku, cintaku, kasihku Aluna, aku pulang dulu ya." Kendra pamit sambil memasukkan laptopnya yang dari tadi bertengger di meja tanpa disentuh. Kendra beranjak dari duduknya tetapi suara pria didepannya itu menghentikannya seketika.
"Tidak! Kita tunggu Luna. Pulang sekalian sama kita." ucapan itu bukan dari orang Kendra melainkan dari Kynan. YASH!! Umpan Kendra berhasil. Tanpa menatap wajah Aluna, Kynan mengatakan itu sebelum menyeruput minuman yang baru saja disuguhkan untuknya.
"Sudahlah kak. Ayo pulang. Biar Luna pulang dengan Toni. Mereka sudah mempunyai rencana sendiri." ucap Kendra memanas-manasi, ucapan Kendra membuat senyum tak samar diwajah Aluna luntur seketika. Sahabatnya itu sudah membuatnya kehilangan kesempatan bersama dengan Kynan.
"Tidak bisa. Dia pulang bersama kita." tegas Kynan. Wajahnya terlihat menahan amarah. kata-kata saudara kembarnya ini membuatnya terasa terbakar. Kendra tersenyum tipis dan itu disadari oleh Aluna. Aluna sadar, Kendra berusaha membantunya. Aluna tersenyum kearah Kendra dan dibalas dengan kerlingan mata nakal Kendra.
"Selesaikan kerjaanmu. Kami menunggu disini." ucap Kynan tanpa menatap lawan bicaranya. Aluna yang merasa kata-kata Kynan ditujukan untuknya menundukkan tubuhnya, undur diri tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Jam pulang Aluna masih sedikit lama, tetapi Kendra dan Kynan masih setia menunggunya, dengan meja yang dipenuhi dengan gelas pesanan mereka.
"Kamu bisa pergi dulu, Lun."
"Benarkah?" Toni menganggukkan kepalanya, mengijinkan Aluna untuk bisa pulang terlebih dahulu.
"Terimakasih, Ton." Aluna langsung bergegas melepaskan seragam kerjanya dan bersiap untuk pulang. Pulang bersama pujaan hati yang selama ini Aluna damba.