Chereads / IMAGINAREAL - ZARREL / Chapter 17 - CHAPTER 17

Chapter 17 - CHAPTER 17

"Riyal, mau kemana kamu?" tanyaku sesaat melihat Riyal yang tidak biasanya kalau hari Minggu bangun pagi. Ia kini tengah memasang sepatu ketsnya.

"Mau jenguk kak Verlyn, Kak! Riyal kangen banget sama kak Verlyn," sahutnya sambil membenarkan topi kupluknya yang mulai kebesaran menutupi mata. Aku segera mengambilnya lalu beranjak ke dalam kamar dan kembali dengan membawa topi bisbol koleksiku. Lalu kupakaikan ke kepalanya.

"Kakak antar, ya,"

"Yaialah, Kakak, yang antar, masa Riyal pergi sendirian," ujarnya dengan sedikit memajukan bibirnya yang membuatku gemas melihatnya.

"Ya sudah, tunggu kakak di bawah ya, kakak ganti baju dulu!" ucapku sambil menoel pipinya lalu pergi ke kamar.

___

Sesampainya di rumah sakit, kebetulan aku melihat Verlyn yang saat ini tengah duduk santai di kursi roda di taman samping rumah sakit. Syukurlah, sepertinya keadaannya semakin membaik. Aku segera berjalan mengampirinya dengan Riyal yang kugandeng. Semoga kali ini Verlyn mengenaliku, aamiin.

"Kak Verlyn!" teriak Riyal dengan berhambur berlarian saat melihat sang kakak yang sangat ia rindukan sudah kembali bangun. Aneh, sama aku nggak ingat, tapi sama adiknya ingat. Duh, yaiyalah Zarrel mereka, kan, kakak adik, pula Riyal itu sudah lama dekat sama Verlyn bahkan sebelum Verlyn koma, wajarlah. Kalau sama aku kan beda, oke maklumi dia Zarrel. Kulihat mereka kini berpelukan dengan sangat erat dan saling melepas rindu satu sama lain. Andai aku juga bisa memelukmu Ver. Aku mendekati keduanya, kuberikan senyuman terbaikku pada mereka. Hatiku sesak saat melihat ekpresi yang diberikan Verlyn padaku. Dingin lagi.

"Hay, Ver!" sapaku pada Verlyn yang menatap datar padaku.

"Kakak, kenapa kayak gitu natap kak Zarrel? Kak Zarrel, kan, teman, Kakak. Kakak, nggak boleh jahat sama kak Zarrel, dia sudah baik banget sama Riyal, Kak," ucap Riyal yang rupanya sedari tadi sudah memperhatikan sikap Verlyn padaku.

"Sejak kapan kamu kenal sama dia, Dek?" tanya Verlyn pada Riyal, okey sepertinya mereka butuh waktu berdua untuk bicara.

"Riyal, kakak ke sana dulu, ya. Nyari jajanan," ucapku pamit meninggalkan kakak beradik itu mengobrol. Lagi-lagi Verlyn mengabaikanku. Sabar.

Sekarang masih cukup pagi, aku tidak pergi membeli jajanan melainkan ke tempat rahasiaku. Danau biru. Meski tempatnya lumayan jauh, tapi masih bisa ditempuh dengan cepat dalam waktu setengah jam. Yeah, aku ngebut. Sesampainya di danau biru aku segera berdiri ke atas rakit sambil menikmati hawa sejuk nan menenangkan di sini. Aku masih ingat bagaimana pertama kalinya roh Verlyn menciumku, rasanya begitu dingin dan lembut. Juga, aku masih ingat bagaimana kami membuat sebuah harapan dengan menggenggam seekor kunang-kunang melalui tanganku. Tangannya yang dingin ikut menggenggam tanganku, dan bibir pucat itu juga begitu dingin menyentuh punggung tanganku. Kuakui aku telah jatuh hati pada Verlyn, entah sejak kapan itu bermula. Aku yakin saat itu dia juga memiliki rasa yang sama untukku. Tapi, ketika dia tersadar dari tidur panjangnya, kenapa semuanya begitu cepat selesai? Apa kamu nggak ngerasain deja vu saat melihatku Verlyn? Aku tidak tahu bagaimana cara membuatmu ingat padaku. Aku tidak--- tunggu! Sepertinya aku melupakan sesuatu. Ah! Iya, papa Verlyn, beliau pasti punya rekaman saat mengawasi Verlyn dengan kamera khusus itu. Tapi, di mana beliau sekarang? Ini rumit sekali.

__________________________

Pagi ini tidak seperti biasanya, padahal baru beberapa minggu Riyal tinggal bersamaku. Sekarang dia sudah tinggal lagi bersama Verlyn yang dinyatakan telah sehat total. Berarti nggak berapa lama lagi Verlyn bakal kembali masuk sekolah, dong. Aku masih heran, Verlyn itu kan sudah setahun koma, berarti waktu itu masih kelas satu semestar pertama. Sekarang sudah semestar dua kelas dua, kok dia bisa naik kelas, sih? Pintar banget apa gimana itu, ya?

Ah! Tau ah, mending aku berangkat sekolah sekarang dari pada mikirin hal-hal yang bikin pusing begitu.

Sesampainya di sekolah, aku langsung menuju kantin untuk membeli bakpao dan susu coklat buat sarapan ---lagi. Kulihat ada penampakan Verlyn di pojok kantin. Eh, Verlyn kan sudah sehat. Itu berarti manusia dong. Dia ngapain coret-coretin tem---

"Verlyn, graffiti kamu dari dulu bagus banget! Gimana kalau nanti kamu bikinin mural di tembok kantin ini? Kan, keren gitu, dari pada polos begini dimakan lumut, kan, sayang." ucap seorang cewek ----yang tidak aku tahu namanya---- sambil menaruh tangannya di pundak Verlyn.

"Boleh, sih. Tapi, mau bayar berapa dulu, nih?"

"Urusan begitu mah tinggal minta sama ketos aja, ya nggak, Thir?" tanya cewek itu kepada temannya satunya.

Aku beranjak meninggalkan mereka yang sibuk membahas gambar-gambar mural apalah itu. Aku sudah berada di dalam kelas sekarang, segera kuambil headseat untuk mendengarkan lagu sebelum bel berbunyi. Tak berapa lama Verlyn masuk kelas bersama dua temannya tadi yang ternyata sekelas denganku. Kenapa mereka tidak antusias saat melihat Verlyn kembali, ya? Malah seakan seperti Verlyn itu cuma libur sehari. Verlyn juga kenapa masih ramah nanggepin mereka. Ralat, cuma sama mereka. Sama aku mah ketus, tau kenapa. Benar kata papa Verlyn, kalau Verlyn itu terlalu baik sama orang sampai nggak nyadar kalau cuma dimanfaatin doang.

"Heh, kok lo duduk di sini, sih?" Ni orang nanya apa ngajak ribut, sih. Haduh, mana Verlyn yang dulu, sih? Yang ngomong pakai aku-kamu, itu mana? Ya, Tuhan tolong ingatkan Verlynku ketika ia dalam wujud roh.

"Heh! Anak baru! Gue tanya sama lo! Lo ngapain duduk di sini?! Malah bengong lagi," tukas Verlyn menatap tajam padaku.

"Aku emang dari awal sudah disuruh duduk di sini, Ver. Lagian juga kamu kan baru masuk, jadi aku yang lebih dulu duduk di sini," sahutku.

"Gue mau duduk di sini! Pindah lo sana!" serunya lagi, kali ini dengan mendorong tasku yang ada di atas meja.

"Tap---"

"Nggak ada tapi-tapian, pindah nggak lo!"

Argh, kalau saja nggak ada guru yang stand by di depan sudah aku hantamkan tuh kepalanya ke dinding biar ingat sama aku. Aku nggak mungkin lapor guru kalau Verlyn ngusir aku duduk, guru pasti bakal bilang 'kayak nggak ada kursi kosong saja kamu,' percuma.

Jam istirahat

"Verlyn, buatin nama aku pakai art yang keren dong!" pinta seseorang yang membuat Verlyn tadinya sudah berdiri kembali duduk. Ia segera mengerjakan permintaan orang itu, tapi ternyata tidak hanya satu orang, malahan semakin banyak yang minta dibuatin bahkan ada anak dari kelas tetangga. Istirahat kedua pun sama, Verlyn dipintai buatin hand lettering nama-nama mereka di kertas origami. Kasihan Verlyn, dia pasti lapar dan haus.

"Eh, pinjam Verlynnya sebentar, ya!" ucapku yang langsung menarik Verlyn ke luar kelas menuju belakang sekolah dengan sedikit berlari.

"Lo ngapain, sih, tarik-tarik gue? Nggak lihat gue lagi sibuk apa tadi?" Ngomong begitu pas sudah sampai, kenapa nggak dari tadi aja, sih, ni, anak.

"Kamu sibuk ingat diri juga dong. Muka kamu tuh pucat banget, kamu pasti belum makan, kan, dari pagi? Nih, aku beliin roti sama susu tadi buat kamu!" sahutku dengan menyodorkan roti isi coklat dengan susu full cream.

"Nggak usah sok baik, deh, lo! Lo sebenarnya siapa, sih? Sksd banget sama gue!"

"Aku tem---"

"Gue nggak kenal sama lo, apalagi temenan sama lo!"

"A-aku te-teman kamu saat kamu dalam wujud----"

Verlyn merampas roti dan susu dari tanganku, "Thanks buat yang ini. Tapi, kalau ngomong, tuh, pakai nih akal!" ucapnya mendorong pelan kepalaku sembari berlalu meninggalkanku begitu saja.

"Verlyn! Aku sayang sama kamu!" teriaku sebelum dia lebih jauh.

Verlyn berbalik padaku dengan mulutnya yang masih menyedot susu kotak, " Cewek sinting!" serunya kembali dengan telunjuk di dahi.

Drrrrtttt!

Drrrrtttt!

"Hallo, Ma?"

"...."

"Mama ditangkap polisi?! Dalam kasus apa, Ma? Mama nggak mungkin berbuat kriminal kan, Ma?"

"...."

"What?! Nggak mungkin! Mama pasti bercanda, Mama pasti bohong!"

...