Chereads / Sentuhan Dendam Penuh Gairah / Chapter 18 - Cukup Bodoh

Chapter 18 - Cukup Bodoh

Han Ke menutup telepon, lalu menatap Gu Xiaoran dengan tajam, namun tunangannya itu sama sekali tidak balas menatapnya walau hanya sedikit saja. Dia pun mendengus kesal, merapikan pakaiannya, lalu melompat ke dalam mobil dan bergegas pergi. Ketika mobilnya melewati mobil silver yang terparkir manis itu, hatinya menjadi sangat geram. Sekilas dia melihat siluet seseorang di dalam mobil itu.

"Wanita jalang!" maki Han Ke karena kesal setelah gagal melihat sosok Mo Qing secara langsung. Dia mengira bahwa pria itu tetap berada di dalam mobil, tidak keluar sama sekali dan hanya menyuruh sopir keluarga Mo untuk memberikan kunci mobil pada Gu Xiaoran tadi.

Ketika Mo Qing memberi kunci mobil pada Gu Xiaoran tadi, dia memang sengaja berdiri di bawah bayangan sebuah pohon besar. Hal ini yang mengakibatkan Han Ke tidak dapat melihat dirinya secara jelas.

Sedangkan Gu Xiaoran telah duduk di bangku panjang itu untuk waktu yang cukup lama. Kini kakinya mulai kesemutan dan di saat yang sama dia mencium aroma yang sedikit aneh. Seketika itu juga dia teringat akan perlakuan Mo Qing padanya di kapal pesiar tadi. Ekspresi wajahnya berubah seketika, dia pun segera bangkit berdiri, berjalan masuk ke dalam vila, menaiki tangga dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Karena terburu-buru, kakinya tidak sengaja tergelincir dan membuatnya jatuh dan bertumpu dengan tangannya yang berusaha menopang tubuhnya. Darah mengalir seketika itu juga, serta rasa nyeri dirasakannya pada sekujur tubuhnya.

Gu Xiaoran berusaha untuk menyalakan shower dan menempatkan dirinya di bawah pancuran air untuk membasuh dirinya dari segala najis yang ada pada tubuhnya. Ketika memikirkan apa yang telah terjadi padanya malam ini, jantungnya berdegup kencang. Dia terlihat duduk sambil memeluk kedua lututnya saat ini. Hari ini barulah malam pertama pertunangannya dengan Han Ke, sedangkan Mo Qing sudah berani berbuat hal yang menjijikkan seperti itu. Dia tidak berani untuk memikirkan apa yang akan terjadi padanya di hari-hari mendatang.

'Kamu hanya akan tahu betapa bodohnya kamu setelah kamu menikah dengannya.' Sepenggal kalimat yang terlontar dari mulut Mo Qing itu tiba-tiba timbul pada benaknya. Gu Xiaoran tersenyum pahit, dia tahu bahwa dirinya cukup bodoh untuk berani mengambil keputusan itu.

Entah sudah berapa lama Gu Xiaoran terduduk di lantai kamar mandi. Kepalanya terasa pusing dan berat saat ini, sementara kelopak matanya seolah menolak untuk dibuka. Tidak lama kemudian, dia terkulai begitu saja dan tertidur dengan lelap di lantai kamar mandi vila mewah tersebut.

Di dalam mimpinya, Gu Xiaoran merasa dirinya diangkat dengan hati-hati oleh seseorang. Dia tidak dapat membuka matanya untuk melihat siapa yang sedang menggendongnya saat ini. Dia hanya dapat mencium bau harum dari tubuh orang itu, sebuah aroma yang dikenalnya. Dia merasakan tubuhnya dibaringkan di ranjang, kemudian handuk mandi yang lembut terasa menyentuh tubuhnya. Dengan berhati-hati, handuk itu menyeka tubuhnya dengan perlahan sambil menghindari pergelangan tangannya yang terluka, seakan takut untuk membangunkannya dari tidur nyenyaknya.

Rasa sakit yang Gu Xiaoran rasakan tadi, berangsur-angsur berkurang di bawah sentuhan handuk kering yang lembut tersebut. Sesekali terasa hembusan napas pada tubuhnya. Setelahnya, hawa dingin terasa menjalari tubuhnya, namun dengan cepat sebuah selimut tebal menutupi tubuhnya dan membuat tubuh mungil tersebut terbungkus oleh kehangatan yang menenangkan.

Tubuh Gu Xiaoran yang telah bersih dan kering di bawah selimut, kini seolah dapat bernapas dengan nyaman. Kini tangan itu terasa mengembara di antara rambutnya yang masih basah. Dengan handuk kering, tangan itu menggosok rambutnya dengan lembut dan berhati-hati hingga tidak ada lagi tetesan air yang mengalir dari helaian rambut indahnya. Setelah memastikan rambutnya telah cukup kering, dibentangkannya rambut panjang nan elok itu dengan perlahan di atas bantal.

Sebuah tangan yang terbiasa memegang senjata dan kemudi mobil tersebut menyentuh pipinya dengan lembut. Gu Xiaoran samar-samar mendengar suara napas panjang yang dihembuskan dari sosok yang ada di samping tubuhnya. Lalu, tangan itu perlahan-lahan menjauh dari tubuhnya. Pada saat yang sama, kesadarannya pun mulai pulih secara perlahan, lalu dia pun membuka matanya dengan paksa. Walaupun matanya terasa sangat berat untuk dibiarkan terbuka, namun sepasang mata indah itu menatap lurus pada sepasang mata yang terlihat gelap bagaikan malam sunyi tanpa bintang.

Pada waktu itu, tubuh Gu Xiaoran benar-benar membeku. Dia seolah tidak dapat bernapas ataupun berpikir akan hal lain. Satu-satunya yang tersisa adalah sepasang mata yang berulang kali pernah muncul di dalam mimpinya. Ziyan… Batinnya.

Saat ini, Gu Xiaoran merasa seperti benar-benar berada di dalam mimpi. Mata indah yang dingin seperti es itu menatapnya tanpa ragu. Tiba-tiba, dia mendapatkan kesadarannya secara penuh, lalu mengalihkan pandangannya dari mata indah pria itu. Dia melihat ke sekeliling dan mendapati dirinya telah berada di atas tempat tidur besar yang disediakan dan dipilih sendiri oleh pria itu untuknya.

Tangan Gu Xiaoran menyentuh tubuhnya sendiri, kulitnya terasa lembut, wangi dan tercium aroma sabun pada tubuhnya. Seketika itu juga, kepalanya seolah bagaikan dipukul oleh sebuah palu besar. Sosok yang menggendongnya keluar dari kamar mandi dan menyeka tubuhnya dengan handuk adalah pria yang kini sedang menatap matanya lekat-lekat. Dia pun segera membalikkan tubuhnya, segera bangkit untuk duduk dan membungkus dirinya erat-erat dengan selimut.

Mo Qing duduk di samping tempat tidur Gu Xiaoran dengan santai sambil mengulurkan tangannya untuk membelai wajahnya. "Apa kamu menyesal?" tanyanya dengan datar.

Gu Xiaoran tahu betul jika hatinya diselimuti oleh perasaan menyesal yang luar biasa saat ini. Namun, dia enggan untuk mengakuinya di hadapan pria bertubuh tinggi tersebut. "Kenapa aku harus menyesalinya? Paling tidak dia jauh lebih baik darimu," sahutnya dengan ketus.

Paling tidak Han Ke tidak pernah berani untuk benar-benar menyentuhku, batin Gu Xiaoran.