Song Yazhan melihat Pei Qian di kursi belakang. Saat ini, Pei Qian terlihat sangat tenang dan santai. Tapi, raut wajah Song Yazhan tampak sangat buruk. 'Bagaimana bisa dia menyuruhku memintakan ponselnya pada Gu Xi? Padahal Gu Xi sekarang sangat kesal.'
Gu Xi meletakkan telepon dan membersihkan dirinya.
Sebenarnya, dia... tidak merasa sakit.
'Bukankah setelah berhubungan intim akan terasa sakit? Tapi, kenapa aku tidak merasa sakit?' pikir Gu Xi.
Gu Xi menepuk pelan wajahnya dan melihat bekas ciuman di bahunya di cermin.
Saat ini, suasana hati Gu Xi sedang buruk. Ia pergi ke ruang ganti dan memakai sweater berkerah tinggi.
Ketika mengambil tas dan hendak keluar, ia mendengar suara ponsel berdering... kali ini adalah ponselnya sendiri.
Ternyata, yang menelepon adalah Tang Xinru.
Gu Xi ragu sebentar dan akhirnya menjawab panggilan tersebut.
"Gu Xi... apakah kau masih menyalahkanku?" tanya Tang Xinru.
Gu Xi berbicara dengan dingin, "Kalau tidak ada urusan apa-apa, jangan meneleponku lagi. Tang Xinru, kau tidak perlu berpura-pura baik padaku."
Tang Xinru berhenti lalu berkata, "Gu Xi, aku hamil... ini adalah anak Qin Mo."
Gu Xi belum pernah bertemu seseorang bermuka tebal seperti itu. Kalau ada... mungkin orang itu adalah Pei Qian.
"Kalau begitu, selamat. Apakah ada hal lain yang ingin kau bicarakan? Jangan-jangan kau ingin aku menjadi ibu angkat anak itu? Maaf Tang Xinru, aku sangat keberatan."
Setelah selesai berbicara, Gu Xi menutup telepon.
Meskipun Gu Xi berkata dengan dingin, dia masih merasa sakit hati. Dia berdiri diam sejenak, lalu keluar rumah.
Nona Ding baru kembali setelah olahraga pagi. Saat melihat Gu Xi mengenakan sweater berkerah tinggi, ia tersenyum, "Nona Gu, apakah kau pergi bekerja sendirian?"
Gu Xi hanya mengangguk. Dia tidak ingin banyak bicara.
Tapi Nona Ding sangat penasaran, "Ketika saya keluar tadi pagi, saya bertemu Tuan Pei… Postur tubuh Tuan Pei… sangat bagus."
Raut wajah Gu Xi agak kaku.
Ketika lift datang, Gu Xi masuk, lalu berbalik dan berkata dengan pelan, "Dia juga sangat ahli dalam hal itu."
Nona Ding tertegun sejenak.
Sesampainya di tempat parkir, Gu Xi langsung naik ke dalam mobil. Ia memakai kacamata berwarna hitam dan mencibir dalam hati...
'Padahal aku sudah tidur bersamanya beberapa kali, tapi aku benar-benar tidak tahu bahwa dia benar-benar ahli dalam hal itu.'
Gu Xi merasa bahwa tubuhnya sangat aneh. Dia benar-benar tidak merasa sakit atau pun pegal sama sekali...
Wajah Gu Xi terasa agak panas. Ia segera menyalakan mesin mobil.
...
Siang harinya, ada sebuah paket yang dikirimkan untuk Pei Qian.
Song Yazhan membawakannya ke Ruangan Pei Qian, "Direktur Gu yang mengirimnya."
Dilihat dari ukuran paket tersebut, Pei Qian sudah bisa menebak apa isinya.
Ternyata benar, isi paket tersebut adalah ponselnya. Tapi, di layar ponsel tersebut ada noda lipstik.
Raut wajah Pei Qian berubah. 'Benar-benar naif.'
Dia melemparkannya ke Song Yazhan. "Bersihkan itu. Nanti kembalikan padaku."
Setelah Song Yazhan keluar, Pei Qian menghubungi kantor Gu Xi, "Direktur Gu, aku sudah menerima hadiahmu."
Gu Xi memainkan pena di tangannya tanpa berekspresi sama sekali. "Ini bukan hadiah. Aku hanya mengembalikannya ke pemiliknya saja."
Pei Qian tersenyum sebentar, lalu ia berkata, "Tapi, sepertinya barangku masih ada yang tertinggal di apartemenmu."
"Pakaianmu sudah kubuang," ujar Gu Xi.
Pei Qian melonggarkan dasinya dan berkata, "Maksudku, aku ketinggalan..."
Sebelum ia selesai berbicara, Gu Xi langsung menutup telepon.
Pei Qian tertawa dan meneleponnya lagi. Tapi, Gu Xi langsung berkata dengan kasar, "Aku sedang bekerja!"
"Aku mau memberitahumu, malam ini datanglah ke rumahku," kata Pei Qian dengan pelan.
Gu Xi berhenti sebentar, lalu berkata dengan tenang, "Aku akan melakukan perjalanan bisnis selama beberapa hari."
Perjalanan bisnis?
Pei Qian tertawa. "Kalau begitu, aku akan menunggumu..." Suaranya tiba-tiba melembut, "Gu Xi, tadi malam, kau sangat imut..."
Setelah selesai berbicara, dia menutup telepon terlebih dulu.
Imut… apa maksudnya?
Gu Xi berusaha keras untuk tidak memikirkan kejadian tadi malam…
Tiba-tiba, ia mendengar suara ketukan pintu.
Lin Yunzhi berjalan masuk. "Direktur Gu, malam ini ada pertemuan penting. Apakah Anda mau pergi?"
Gu Xi mengerutkan bibirnya dan berkata, "Tidak, aku... aku mau kembali ke mansion. Ngomong-ngomong, nanti kita pulang bersama."
Lin Yunzhi tertegun, dan kemudian menjawab, "Baik, Direktur Gu."
Gu Xi ragu sebentar. "Beberapa hari ke depan, kalau Presiden Pei menelepon, katakan saja bahwa aku sedang berada di Australia."
Setelah mendengar perintah direkturnya, Lin Yunzhi segera mengerti maksud Gu Xi.
Lin Yunzhi berpendidikan tinggi... Jika dia bekerja di perusahaan lain, setidaknya dia akan menempati posisi manajer departemen.
Tapi Gu Xi tahu bahwa Lin Yunzhi tidak akan bekerja ke perusahaan lain, dan dia juga tidak membujuk kakeknya untuk mengubah keputusan.
Setelah selesai kerja, Gu Xi pergi dengan mobil Lin Yunzhi. Di sepanjang jalan, Gu Xi berbicara tentang ibu Lin Yunzhi.
"Akhir-akhir ini, sepertinya Pengurus Lin sehat. Aku bertemu dengannya saat menjenguk Kakek terakhir kali," kata Gu Xi sambil tersenyum.
Tiba-tiba, tangan Lin Yunzhi memegang setir erat-erat, "Benarkah? Baguslah kalau begitu."
Gu Xi ragu-ragu dan berkata pelan, "Seharusnya kau sering-sering menemani Bibi Lin! Dia sudah tua, jadi dia ingin kau sering menemaninya."