Gu Xi menjawab dengan santai, "Sejak kecil, Kakek hanya memberitahuku apa kelebihanku."
Kakek Gu bersandar ke kursi dan tersenyum. "Kau benar-benar keras kepala."
Gu Xi menurunkan bidak caturnya, lalu mengambil secangkir minuman dan menyesapnya. "Yunzhi lebih cocok bekerja di posisiku dibandingkan denganku. Padahal Kakek lebih tahu hal ini daripada siapa pun."
Dia melanjutkan, "Kakek sangat tidak adil… Padahal Yunzhi memiliki kemampuan itu…"
Kakek Gu meletakkan cangkirnya di meja dengan kuat.
"Kau belum berhak mengatur masalah ini." Raut wajah Kakek Gu berubah menjadi buruk.
Tubuh Gu Xi sedikit bergetar, tapi dia langsung menenangkan diri. "Kakek, aku serius dengan ini."
Raut wajah Kakek Gu benar-benar buruk. "Jangan mengatakan hal seperti itu lagi."
Gu Xi menggigit bibirnya dan berhenti berbicara.
Dia tahu bahwa kata-katanya tadi sudah membuat kakeknya marah.
Seketika, suasana di ruangan itu menjadi tegang.
Kakek Gu berbicara lebih dulu, "Jangan pedulikan masalah orang lain. Bagaimana masalahmu dengan Qin Mo?"
Kakek Gu tahu dari sumber khusus bahwa Qin Mo telah menjual 10 persen saham Perusahaan Taihe.
Ini adalah masalah besar. Jika Qin Song mengetahuinya, dia mungkin akan pingsan.
Gu Xi berkata dengan dingin, "Aku sudah tidak memiliki hubungan dengan dia lagi."
"Tidak memiliki hubungan lagi? Kalau begitu, kenapa dia menjual saham Perusahaan Taihe?"
Gu Xi terkejut... 'Qin Mo menjual saham Perusahaan Taihe?'
Kakek Gu memang tidak terlalu peduli dengan keadaan perusahaan, tapi itu tidak berarti bahwa dia tidak tahu apa-apa.
Dia tahu apa yang dilakukan oleh Pei Qian pada Perusahaan Gu, namun dia tidak menanyakannya.
Dia juga tahu bahwa mereka sudah melakukan hubungan intim.
Dibandingkan dengan Qin Mo, dia lebih menyukai Pei Qian.
Gu Xi menatap kakeknya sejenak dan berkata, "Memangnya kenapa?"
Kakek Gu terdiam sejenak, lalu ia berkata, "Sudahlah, masalah ini sudah berlalu."
Kakek Gu tahu bahwa Gu Xi tidak mungkin memaafkan Qin Mo.
Ia pun mengganti topik pembicaraan, "Gu Xi, sekarang berita tentangmu dan Pei Qian juga sudah tersebar di mana-mana..."
Gu Xi sedikit panik, lalu berkata dengan pelan, "Aku tidak memiliki hubungan apa pun dengan dia."
"Baguslah kalau begitu. Seperti yang kau tahu, keluarga Gu tidak boleh menjual diri..." tegas Kakek Gu.
Gu Xi menundukkan kepala untuk menyembunyikan kepanikannya.
Kakek Gu melihat papan catur di depannya, "Sudahlah, kau istirahatlah dulu."
Tentu saja, Gu Xi tidak ingin terus tinggal di sini. Dia segera berdiri dan berkata, "Kalau begitu, aku pergi dulu. Selamat malam, Kakek."
Setelah Gu Xi pergi, Gu Dahai duduk di depan Kakek Gu.
"Dahai, menurutmu dia sedang menghindari Qin Mo atau Pei Qian?" Kakek Gu bertanya sambil bermain catur.
Gu Dahai tersenyum. "Kakek tahu jawabannya, kenapa menanyakannya padaku lagi…"
Dia menghela napas. "Aku mengerti maksud kakek, tapi..."
"Jujur saja, Dahai."
Gu Dahai berkata dengan jujur, "Aku takut jika nanti Nona menderita. Padahal Kakek juga tahu hubungan antara Pei Qian dengan keluarga Qin."
"Awalnya aku juga tidak tahu bahwa Gu Xi tidur dengan dia malam itu." Kakek Gu juga marah.
Malam itu, diam-diam Pei Qian membawa Gu Xi keluar dari hotel.
Selain itu, dia juga telah mempermalukan Qin Mo beberapa kali. Oleh karena itu, Kakek Gu tidak berani mengganggunya.
Gu Dahai juga berpikir demikian...
"Sudahlah, aku tidak mau bermain lagi."
...…...
Malam itu, Gu Xi mendengar suara pintu kamar Lin Yunzhi yang terus terbuka dan tertutup...
Gu Xi berbalik dan perlahan memejamkan matanya.
Keesokan harinya, Gu Xi berangkat kerja dengan Lin Yunzhi. Ia mengenakan kacamata hitam.
Lin Yunzhi tersenyum. "Apakah kau tidak tidur nyenyak tadi malam?"
Gu Xi berkata dengan kesal, "Sangat nyenyak, sampai-sampai aku terbangun saat kau kembali ke kamar."
Lin Yunzhi terdiam.
Ketika mobil Lin Yunzhi berhenti di depan Perusahaan Gu, Lin Yunzhi melihat Gu Xi turun dari mobil dan tertawa. "Gu Xi, apakah kau takut bertemu dengan Pei Qian?"
Gu Xi hanya menatapnya dengan tajam.