Tiba-tiba Su Wan ketakutan hingga tubuhnya gemetar. Mereka terlihat garang, dan sepertinya mereka sedang mencari seseorang...
Tak lama kemudian, pria berpakaian hitam mengejar ke arah depan, dan bayangan mereka menghilang dalam sekejap.
Tubuh Su Wan mulai rileks, tapi dia masih dipeluk oleh pria itu.
Dia menatap tajam pria itu.
Kemudian, pria itu perlahan melepaskannya.
Su Wan mundur beberapa langkah dan menarik napas dalam-dalam.
Pria itu tampak santai dan menjelaskan, "Maaf, aku..."
Meskipun Su Wan sangat menyukai suaranya, dia sangat marah.
Su Wan memelototi pria itu. Ia sangat ingin memukulnya!
Tiba-tiba, pria itu jatuh ke lantai.
Su Wan terkejut. Dia membungkuk dengan hati-hati.
Jika pria ini hanya berpura-pura pingsan, ia akan memukulnya dengan tas yang ia pegang!
Ternyata, pria ini benar-benar pingsan.
Kejadian di depannya terlalu mendadak. Su Wan menyadari bahwa wajah pria itu memucat.
'Apakah sekelompok orang tadi sedang mencari dia? Apakah tadi dia melepaskan jaketnya dan menciumku untuk menutupi wajahnya?' pikir Su Man.
Su Man berlutut dan menyokong tubuh pria itu. Tiba-tiba, dia merasa ada sedikit cairan di telapak tangannya.
Ternyata, cairan itu adalah darah!
Tiba-tiba, Su Wan teringat akan peristiwa tiga tahun yang lalu. Saat itu, orangtuanya sedang dalam keadaan kritis di meja operasi. Ia duduk di ruang operasi sambil menangis.
Setelah menunggu selama beberapa saat, akhirnya dokter hanya mengatakan, "Maaf, kami sudah mencoba yang terbaik. Jika pasien dilarikan ke sini lebih awal, mungkin kami bisa menyelamatkannya."
Saat itu, orang tua Su Man mengalami kecelakaan mobil. Si pelaku melarikan diri karena ketakutan. Polisi tidak dapat menemukan si pelaku tersebut, karena kamera pengawas di sana rusak. Saat itu, orang-orang yang lewat di tempat kejadian takut terlibat masalah, dan bahkan mereka tidak mau menelepon ambulans...
Saat teringat akan masa lalu yang menyakitkan itu, Su Wan memejamkan matanya. Kemudian, ia memakaikan jaketnya di pria itu. Ia cepat-cepat berjalan ke pinggir jalan dan menghentikan taksi.
Su Man pun menghabiskan semua tenaganya untuk menyeret pria itu masuk ke dalam taksi.
Supir itu baik hati. Ia melirik Su Wan melalui kaca spion dan melihat pria tersebut bersandar di bahu Su Wan.
"Nona, apakah pacarmu mabuk?" Si supir berbicara sambil mengemudi.
Su Wan menata pakaian pria itu agar darahnya tidak mengotori kursi taksi. Ketika dia mendengar perkataan supir itu, raut wajah Su Wan berubah.
Pacar?
Pria ini bukan pacarnya!
Tapi dalam situasi ini, Su Wan tidak dapat menyangkalnya. Ia tersenyum dan menjawab, "Iya, dia minum banyak hari ini. Tadi dia terjatuh di jalan, dan lututnya masih berdarah."
Pria itu mencari posisi yang nyaman untuk bersandar. Ia memeluk pinggang Su Wan dan bersandar di atas pahanya...
Su Man terkejut. Dia tidak menyangka bahwa pria yang pingsan ini bisa memeluk pinggangnya!
Karena Su Man baru saja mengaku sebagai pacarnya, dia tidak boleh mendorong pria itu menjauh.
Namun, Su Wan tak mau melakukan hubungan intim dengan orang asing. Ia sangat kesal. Ia pun mencubit lengan pria itu, tapi pria itu memeluknya lebih erat!
Si supir melihat tingkah mereka. "Anak muda, jangan sering pergi ke bar. Kalau kau tidak suka pacarmu terlalu banyak minum, seharusnya kau membujuknya."
Su Wan hanya mengangguk, lalu menelepon hotel, "Halo, apakah ini layanan tamu hotel? Saya Nona Su di Kamar 03. Bisakah membelikan obat di apotek? Saya akan membayar dua kali lipat... "
Sekarang sudah larut malam, dan Su Wan tidak tahu identitas pria itu. Kalau ia pergi ke rumah sakit, nanti dia harus menjelaskan hubungan mereka. Hal ini sangat merepotkan.
Untungnya, pihak hotel langsung menyetujui permintaannya.
"Bayarlah, kita sudah sampai tujuan."
Mereka sudah sampai di depan Hotel Destiny of This Life.
Su Wan cepat-cepat membayar ongkosnya. Kemudian, ia menarik pria yang tak sadarkan diri itu keluar dari taksi. Pria itu menyandarkan diri di tubuh Su Wan. Keduanya berjalan ke hotel.
Ada pelayan yang sedang menunggu Su Wan. Setelah melihat Su Wan, pelayan pun membantunya membawa pria itu.
Meskipun pria itu sedang tak sadarkan diri, dia masih memegang erat tangan Su Wan.
Pria ini benar-benar tak tahu malu!
Raut wajah Su Wan semakin suram.