Sebuah alunan musik tradisional khas Jawa terdengar sangat mengema di ruangan yang akan menjadi tempat di selenggarakannya acara pernikahan Sabila dan Amar. Sementara itu di lain tempat beberapa orang perias tengah sibuk mendandani Sabila beserta keluarganya.
"Masya Allah, kamu terlihat sangat cantik sekali Sabil". Ujar Jumi.
Sabila tersipu malu. "Ah, kamu bisa aja deh". Gumam Sabila.
"Tapi serius Sabil, kamu tuh bener-bener tambah cantik udah gitu make up nya Bude Yati tuh manglingi banget". Seru Jumi sambil menghela nafas. "Akhirnya Allah mempersatukan kalian lagi ya, coba aja kalau kamu sama Amar nikahnya dari dulu ya. Pasti sekarang kalian sudah bahagia, punya anak yang lucu-lucu". Sambung Jumi.
"Ya mungkin jalan ku memang harus seperti ini dulu Jum, jadi aku bisa belajar dari rumah tangga ku yang dulu agar tidak terulang kembali di masa depan". Ujar Sabila.
"Kamu memang pantas mendapatkan ini Sabil, semua ini adalah kado terindah dari Gusti Allah karena kamu sudah lulus dalam ujian yang Allah berikan". Gumam Jumi.
Tak lama kemudian datang seseorang menghampiri Sabila, lalu memberitahukan jika Amar beserta keluarganya sudah hadir. Dan hal itu membuat Sabila gugup mendengarnya, padahal ini adalah pernikahan kedua untuk Sabila tapi rasanya seperti ia baru saja akan menikah untuk pertama kalinya.
"Nak, ibu sama bapak ke depan dulu ya mau menyambut kedatangan keluarga Amar. Nanti kamu ibu jemput ketika selesai ijab qobul". Ujar sang ibu.
"Iya bu". Sahut Sabila lirih.
Sang ibu segera bergegas keluar dari ruangan, hati Sabila sangat berdebar rasanya ini seperti pertama kalinya ia menikah padahal ini adalah pernikahan keduanya. Setelah menunggu kurang lebih lima menit, sang ibu pun datang menghampiri Sabila.
"Sabila". Panggil sang ibu, Sabila menganggukan kepalanya lalu kemudian beranjak dari duduknya dan langsung berjalan menghampiri ibunya.
"Bu, aku nervous". Bisik Sabila kepada sang ibu.
Sang ibu tersenyum. "Kamu ini kaya baru nikah pertama kali aja". Gerli sang ibu.
"Ibu kok malah godain aku sih". Sabila memanyunkan bibirnya.
Sang ibu terkikik. "Sudah, ayo kita segera ke depan, para tamu undangan sudah banyak yang nunggu".
Sabila dan sang ibu langsung bergegas dan di lain tempat, Amar yang sudah menunggu kedatangan Sabila, langsung terpaku melihat kecantikan istrinya. Sementara Sabila melemparkan senyum manisnya pada Amar. Mereka berdua langsung menandatangani berkas pernikahan dan di lanjutkan dengan sesi pemotretan, aura kebahagiaan begitu terpancar dari kedua wajah mereka.
♡♡♡
Rena sedang sibuk memilih gaun yang akan ia kenakan di acara pernikahannya dengan Rio, ia sangat bahagia karena sebentar lagi ia akan resmi menyandang status sebagai Nyonya Rio.
Astaga, cantiknya aku mengenakan gaun ini. Rio pasti suka sama gaun ini, foto dulu ah terus kirim deh ke Rio. Gumam Rena girang dan langsung mengirimkan foto tersebut pada Rio.
Namun di lain tempat Rio yang sedang sibuk berkutat dengan pekerjaannya langsung mengalihkan perhatiannya ke ponsel miliknya yang sedari tadi bergetar karena banyaknya notif pesan yang masuk.
Astaga berisik sekali. Gerutu Rio kesal sambil langsung meraih ponselnya.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu di ruang kerja Rio, Riopun langsung menyuruh orang tersebut masuk dan tak lain orang tersebut adalah sekertaris Rio.
"Permisi pak, maaf menganggu. Ada tamu yang ingin bertemu dengan bapak". Ujar Vina yang tak lain adalah sekretarisnya.
"Siapa? perasaan saya hari ini tidak ada janji bertemu siapa-siapa". Sahut Rio.
"Hai, Rio". Ujar tamu tersebut.
Rio terbelalak melihat wanita cantik yang sudah berada di hadapan nya, ia langsung menghampiri wanita tersebut sambil memberi isyarat kepada sang sekertaris untuk meninggalkan ruangannya.
"Anya". Gumam Rio.
"Iya Rio, ini aku Anya". Gumam Anya.
"Aku gak lagi mimpikan sekarang". Seru Rio.
Anya tersenyum. "Kamu gak mimpi, apa kedatanganku ini sangat menganggu kamu ya? kalau kamu sibuk banget, aku bisa kok pergi sekarang". Ujar Anya.
"Nggak kok, kamu gak ganggu. Gimana kalau kita pergi ke cafe aja, biar enak ngobrolnya". Ajak Rio.
Anya pun langsung menganggukkan kepalanya yang mengisyaratkan ia menerima ajakan Rio. Anya senang karena ia bisa bertemu lagi dengan mantan kekasihnya, apalagi yang Anya tau kini Rio telah memiliki jabatan terpenting di perusahaan tempat ia bekerja.
Mereka berdua tiba di cafe yang tak jauh dari tempat Rio bekerja, Rio segera memanggil pelayan untuk meminta buku menu. Rio segera menyodorkan buku menu tersebut dan mempersilahkan Anya memesan apapun yang ia mau.
"Ini buku menunya, kamu bisa pesan apapun yang kamu mau". Ujar Rio.
"Benarkah?". Seru Anya antusias.
Ria tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, sementara Anya segera membolak balik buku menu tersebut.
"Kayanya aku lagi pengen nasi goreng seafood aja deh".
"Cuma itu aja? Atau kamu mau seafoodnya juga? ini ada rica-rica udang, cumi asem manis, atau ini lobster kuah kari kental". Ujar Rio.
Anya menggeleng. "Makanan disini mahal-mahal Rio, makanya aku mau nasi goreng seafood aja".
Rio menghela nafas. "Anya, aku kan udah bilang sama kamu. Kamu bisa pesan apapun yang kamu mau".
"Iya, tapi aku lihat harganya yang lain jadi gak selera. Pliss aku mau nasi goreng seafood aja ya, lagian kan aku gak mau ngerepotin kamu".
Rio tersenyum. "Kamu ini masih aja sama kaya Anya yang dulu".
Anya menghela nafas. "Terus kalau kamu masih hafal sama Anya yang dulu, kenapa dulu kamu pergi ninggalin aku?".
Rio langsung meraih tangan Anya. "Maafin aku Anya, aku terpaksa karena aku harus berjuang untuk merubah nasib".
"Terus kan sekarang nasib kamu sudah berubah jauh lebih baik, kenapa kamu gak pulang untuk jemput aku?".
"Aku gak berani karena aku takut kalau kamu udah nikah, maafin aku ya".
"Aku belum nikah Rio, aku masih nunggu kamu sampai saat ini. Bahkan aku udah tiga bulan di Jakarta untuk mencari keberadaan kamu".
Rio mulai berbinar. "Maafin aku Anya, selama ini aku sudah jahat sama kamu".
"Rio, udah ya kamu jangan ngomonh begitu. Yang penting sekarang aku udah disini ketemu sama kamu". Ujar Anya sambil mengelus pipi kanan Rio.
Sementara Rio langsung mencatat pesanan untuk makan siangnya bersama Anya. Ia segera bergegas memanggil pelayan untuk memberikan kertas pesanannya.
♡♡♡
Malam Harinya
Sabila baru saja selesai membersihkan sisa make up di wajahnya, dirinya merasa lelah karena seharian harus menerima ucapan selamat dari tamu undangan yang datang di acara pernikahannya dengan Amar. Tak lama kemudian Amar datang menghampiri Sabila, Amar pun langsung meletakkan secangkir teh hangat di meja rias Sabila.
"Sayang, ini aku bawakan teh hangat untuk kamu". Ujar Amar.
Sabila tersenyum. "Terima kasih, sayang. Tapi harusnya kamu gak perlu repot-repot kaya gini. Sekarangkan aku sudah menjadi istri kamu, jadi biar semua urusan rumah, aku yang handle termasuk bikin minuman untuk kamu".
Amar menyunggingkan senyum sambil memegang kedua pipi istrinya. "Sayang, aku gak minta kamu untuk menghandle pekerjaan rumah seorang diri, tapi aku mau kita menghandlenya bersama-sama, kamu itu istri bukan robot yang harus mengerjakan semuanya sendiri. Mulai sekarang kita jalani kehidupan ini bersama-sama, Insya Allah aku akan bahagiakan kamu hingga akhir hayatku".
Sabila berkaca-kaca mendengar ucapan suaminya. "Terima kasih Amar, karena kamu sudah menjadi pelengkap hidupku. Aku minta maaf karena sejak dulu tidak pernah paham dengan semua perasaanmu". Ujar Sabila yang langsung memeluk Amar.
"Jangan berkata seperti itu, mungkin dulu memang belum saatnya Allah mempersatukan kita". Sahut Amar sambil mengelus lembut rambut Sabila. "Yaudah, sekarang di minum dulu tehnya setelah itu baru kamu istirahat ya". Sambung Amar, sementara Sabila hanya menganggukkan kepalanya dan langsung menyeruput teh nya.
"Ahh.. Seger banget teh nya, manisnya pas. Terima kasih ya sayang".
Amar tersenyum. "Terima kasih mulu perasaan, aku kan gak lagi kasih apa-apa".
"Ya, ini kan aku di buatkan teh, oh ya sayang menurut kamu, Mas Rahman itu bisa gak ya menjaga Santi?".
"Loh, kenapa tiba-tiba kamu tanya kaya gitu?".
"Gak tau kenapa, tiba-tiba perasaan ku seperti ragu melepas Santi menikah dengan Mas Rahman".
Amar menghela nafas. "Aku paham dengan kekhawatiran kamu, kamu khawatir karena dulu Mas Rahman pernah jahat kan sama kamu. Tapi kan sekaranh dia sudah mengakui kesalahannya dan sudah meminta maaf".
"Iya mas, itu yang aku khawatirkan. Aku takut Rahman menyakiti Santi".
"Kamu jangan khawatir ya, semuanya akan baik-baik saja". Amar segera memeluk istrinya.
Sementara itu di lain tempat Rio yang seharian ini menghabiskan waktunya bersama Anya, merasa sangat bahagia. Mantan kekasih yang selama ini masih sangat ia cintai tiba-tiba datang menemuinya, entah ada angin apa tiba-tiba Anya menemuinya. Namun Rio tidak ingin tau apa alasan Anya menemuinya lagi. Yang jelas Rio sangat senang, karena Anya sudah menyadari bahwa Rio lah yang pantas bersanding dengan dirinya.
"Rio, makasih ya kamu udah mau antar aku sampai Apartemen. Aku seneng banget kamu udah mau meluangkan waktu kamu seharian ini untuk aku, tapi beneran kamu gak mau mampir dulu?". Ujar Anya.
"Iya, Anya sama-sama. Aku juga seneng banget kamu mau nemuin aku setelah bertahun-tahun aku nunggu kamu, lain kali aja aku mampirnya. Besok pagi aku ada meeting penting sama klien jadi aku harus tidur lebih awal malam ini. Besok setelah kerjaanku beres, aku langsung jemput kamu di apartemen". Gumam Rio sambil meraih kedua tangan Anya.
Anya pun mengiyakan ucapan Rio, setelah itu Rio langsung bergegas untuk pulang ke rumah. Belum sempat ia menyalakan mesin mobilnya tiba-tiba ponsel Rio kembali bergetar, Rio langsung meraih ponselnya yang berada di dalam kantong celananya dan dilihatnya nama Rena yang tertera di layar ponsel.
Rio menghela nafas panjang sebelum ia menjawab telepon dari Rena.
"Iya Ren, ada apa? aku baru mau pulang nih". Ujar Rio.
"Ada apa, ada apa. Enak banget kalau ngomong ada apa. Kamu ngapain aja sih seharian ini? aku telepon gak di angkat, aku kirim pesan juga gak di baca-baca". Sahut Rena ketus.
"Iya maaf, aku seharian ini sibuk. Terus ada meeting penting juga makanya aku gak bisa angkat telepon kamu, nih baru aja selesai meeting yaudah aku mau jalan dulu ya. Kamu mau aku bawain apa?". Tanya Rio sebal.
"Nasi goreng aja, yaudah cepetan aku tunggu dirumah". Jawab Rena.
Dan sambungan telepon pun langsung diputus oleh Rio.
Ngeselin banget sih si Rena, bikin males aja lama-lama. Gerutu Rio kesal.
Setelah menepuh waktu kurang lebih tiga puluh menit akhirnya Rio tiba di rumah, sementara Rena sudah menunggunya diruang tamu. Dengan wajah kesal Rena langsung melayangkan beberapa pertanyaan kepada Rio.
"Kamu nyebelin banget sih hari ini, kamu meeting sama siapa? dimana? kenapa gak kabarin aku dulu". Cecar Rena.
"Kamu ini ngerti gak sih aku ini baru aja sampe? aku cape, emang gak bisa apa nanyanya nanti aja? ngeselin banget sih jadi perempuan. Belum jadi istri aja udah bawelnya minta ampun, gimana kalau udah nikah beneran". Bentak Rio.
"Oh jadi udah berani ya kamu sekarang bentak-bentak aku? kamu mikir dong, kamu bisa seperti saat ini karena siapa? inget gak kamu? aku yang udah berkorban semuanya demi kamu, bahkan aku rela harus menikah dengan orang yang gak pernah sama sekali aku cinta. Kamu bisa mikir gak sampai kesitu?". Seru Rena penuh amarah.
Sementara Rio hanya menghela nafas panjang dan segera bergegas pergi meninggalkan Rena.
Rio, kamu mau kemana Rio, aku belum selesai bicara, Rio buka pintunya Rio. Teriak Rena kesal.
Namun Rio tidak menghiraukan ucapan Rena, ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Sumpah, bosen banget gua kalau harus seumur hidup berdampingan sama Rena. Bawel banget jadi perempuan, tau gitu mending tadi gua nginep aja di apartemennya Anya. Rio menggerutu kesal.
Rio baru saja tiba di apartement Anya, tak lama kemudian Anya membukakan pintu untuk Rio. Anya terkejut ketika ia melihat Rio kembali lagi ke apartementnya.
"Rio? Kamu kenapa?".
"Anya, aku boleh gak malam ini nginep disini? Aku lagi gak mood di rumah".
"Boleh, yaudah ayo masuk". Rio segera berjalan mengekori Anya.
"Kamu mau minum apa?".
"Gak usah repot-repot, aku cuma pengen ngobrol aja sama kamu".
Anya langsung duduk di samping Rio. "Kamu ada masalah apa?".
Rio menghela nafas dan langsung menceritakan semua masalahannya pada Anya. Sementara Anya tercengang tidak percaya jika Rio sudah memiliki kekasih. Kemudian Anya langsung memeluk Rio dengan erat, Rio pun membalas pelukan Anya. Tanpa sadar mereka berdua tenggelam ke dalam lautan asmara yang sangat memabukkan.
Keesokkan paginya, sinar matahari yang mulai menyeruak masuk melalui celah hordeng memaksa Rio untuk membuka kedua matanya. Rio mencoba mengerjapkan kedua matanya agar pandangannya terlihat jernih, setelah itu ia mulai mencari seseorang yang tadi malam tidur bersamanya tapi sudah tidak ada disampingnya.
Tak lama kemudian suara knop pintu terdengar di buka dari luar, seorang wanita dengan piyama sexy berwarna putih tulang datang menghampirinya sambil membawakan secangkir teh hangat dan juga tiga buah potong roti tawar panggang berisi selai cokelat.
"Selamat pagi sayang, kamu sudah bangun". Ujar Anya sambil meletakkan nampan berisi makanan tersebut di meja.
"Pagi juga sayang, aku kira kamu kemana. Sini peluk aku dulu dong, kamu ini sexy banget sih. Bikin aku gemes pengen peluk kamu terus". Gumam Rio yang langsung meraih tangan Anya dan membawanya masuk kedalam pelukannya.
"Kamu ini ya, emang yang semalem masih kurang?". Gerling Anya.
"Kalau sama kamu, selalu nagih rasanya. Makanya aku gak mau kehilangan kamu lagi". Gumam Rio yang semakin dalam mendekap Anya.
"Makanya akunya cepet-cepet dinikahin dong biar lebih leluasa ngurusin kamunya". Sahut Anya.
Rio melepaskan pelukannya sejenak, lalu di pandanginya wajah Anya dalam-dalam, Rio pun tersenyum dan langsung mengecup bibir Anya dengan lembut. Rio bagaikan hilang akal ketika ia sedang bersama Anya, karenanya Rio tidak ingin melewatkan hal-hal romantis bersama Anya.
"Sayang, secepatnya aku akan nikahin kamu, kamu tenang aja semuanya akan aku urus agar kita bisa nikah lebih cepat". Gumam Rio meyakinkan Anya.
"Beneran sayang?". Sahut Anya sumringah.
"Iya, beneran". Ujar Rio.
Anya pun berjingkrang kegirang mendengar ucapan Rio, Anya langsung memeluk Rio dengan erat, sementara Rio membalas pelukan Anya lebih erat lagi.
Sementara itu di lain tempat, Rena yang masih berusaha menghubungi Rio merasa sangat kesal karena sejak semalam ponsel Rio tidak aktif. Tak lama kemudian Rena merasakan pusing di kepalanya, pandangannya mulai kabur sama seperti yang ia alami sebelumnya.
Rena memutuskan untuk pergi ke dokter untuk memeriksakan diri, sesampainya di rumah sakit dokter langsung memeriksanya. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan, doktee tersebut menyarankan Rena untuk istirahat cukup dan mengkonsumsi makanan sehat.
"Ibu Rena, sesuai hasil pemeriksaan selamat ya ibu sedang hamil tiga minggu".
Rena terbelalak tak percaya. "Apa? Saya hamil?".
"Iya benar bu, untuk itu ibu harus banyak istirahat dan mengkonsumsi makanan sehat".
"Emm.. Iya dok, terima kasih. Kalau begitu saya permisi".
"Baik bu".
Rena segera keluar dari ruangan dokter, seketika tubuhnya lemas dan masih tidak percaya kalau ia sedang hamil.
Jadi aku hamil? Aku harus cepat-cepat kasih tau Mas Rio.
Rena memutuskan langsung menuju kantor Rio, sepanjang perjalanan Rena tidak sabar untuk memberitahukan kabar gembira ini.
Mas Rio pasti senang nih, kalau tau sebentar lagi ia akan jadi seorang ayah. Gumam Rena senang.
Sesampainya di kantor, Rena segera menuji ke ruangan Rio. Saking antusiasnya Rena sampai lupa mengetuk pintu dan hal itu membuat Rio tersentak kaget.
"Mas Rio". Teriak Rena.
Rio tersentak kaget. "Kamu ini apa-apaan sih Rena, kamu bikin aku kaget aja tau gak".
"Maaf mas, karena aku lagi seneng banget".
"Kenapa?". Gumam Rio datar.
"Ini mas". Rena langsung menyodorkan kertas keterangan kehamilannya.
Rio langsung membuka surat tersebut, lalu Rio terbelalak tidak percaya memgetahui keadaan Rena yang sedang hamil.
"Apa? Kamu hamil?". Ujar Rio sambil menatap ke arah Rena.
"Iya aku hamil mas, sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah". Gumam Rena bangga.
"Gugurkan Ren".
"Apa?!". Rena terbelalak tak percaya.
"Kamu harus gugurkan anak itu Ren".
"Tapi mas?".
"Terserah kamu, kalau kamu mau mempertahankan anak itu tapi aku tidak akan mau mengakui anak itu sebagai anak kandungku".
"Keparat kamu Rio".
Tak lama kemudian security datang ke ruangan Rio dan langsung menyeret Rena dengan paksa.
Kurang ajar kamu Rio, awas aja kamu ya. Teriak Rena.
❤❤❤
Sabila baru saja selesai menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya, ia sangat senang karena kini tugasnya menjadi seorang istri sangatlah lengkap. Ia memiliki suami yang begitu menghargai dirinya dan juga sayang kepada kedua orangtuanya.
"Wah, masak apa ini istri aku?". Ujar Amar.
"Ah, kamu bikin aku kaget aja deh. Ini aku bikinin kamu nasi goreng kencur, kamu suka banget kan dulu sama masakan aku ini waktu kita masih SMA dulu". Gumam Sabila.
"Iya dong, bahkan sampai sekarang aku masih inget rasanya atau jangan-jangan yang sekarang rasanya jadi tambah enak ya". Puji Amar.
"Udah ayo makan, jangan kebanyak muji nanti istri kamu jadi terbang". Seru Sabila.
"Bagaimana bisa kamu terbang dengan satu sayap, sementara sayap yang satunya lagi ada sama aku. Jadi jangan coba-coba terbang tanpa aku ya". Gerling Amar.
"Ihh.. apaan sih, kok kamu jadi gombal begini. Sebenernya kamu ini dokter spesialis syaraf atau spesialis gombal sih". Ujar Sabila sambil mengernyitkan dahinya.
Sementara Amar hanya terkekeh mendengar ucapan istrinya, mereka berdua akhirnya langsung memulai sarapannya.
"Oh ya sayang, nanti siang aku mau makan siang bareng kamu ya. Kamu bisa kan susul aku ke rumah sakit, aku mau ajak kamu makan di cafe yang deket rumah sakit". Ujar Amar.
"Boleh sayang, yaudah nanti aku jalan dari rumah sekitar jam sebelas ya biar pas sampai di rumah sakitnya". Sahut Sabila.
"Iya sayang, tapi kamu naik taksi online aja ya. Aku gak mau kamu nyetir sendirian". Protes Amar.
"Iya sayang". Ujar Sabila tersenyum.
Siang harinya Sabila segera bergegas menuju rumah sakit, dan setibanya di lobby rumah sakit tempat suaminya bekerja, belum sempat ia melangkahkan kakinya semakin jauh, Sabila sudah mendapati suaminya berada di hadapannya. Sabila tersenyum dan langsung tangan suaminya lalu menciumnya.
"Kamu kok cepet banget sih udah di lobby aja, tadi bilangnya masih di ruangan. Ruangan kamu itu jauh loh di lantai dua puluh lima, kamu pake pintu kemana saja punya doraemon ya makanya jadi cepet begini". Ujar Sabila.
Amar terkekeh. "Iya aku sewa pintunya doraemon tadi biar cepet, jadi biar kamu gak usah cape-cape samperin aku ke atas".
"Ah, kamu bisa aja. Yaudah yuk makan, aku udah laper banget nih". Seru Sabila manja.
"Iya ayo, aku juga udah laper banget". Amar segera meraih tangan Sabila dan mereka bergegas berjalan menuju cafe yang berada tepat di depan rumah sakit.
Sesampainya di cafe tersebut suasana cafe sudah sangat ramai sekali dengan pengunjung, Sabila pun tidak sengaja melihat keberadaan Rio dengan perempuan lain.
"Sayang, aku kesitu sebentar ya kayanya aku lihat temen aku". Ujar Sabila.
"Oh ya sayang, kalau gitu aku mau konfirmasi soal reservasi yang udah aku buat ya. Nanti aku tunggu di lantai dua ya". Sahut Amar.
"Iya sayang". Gumam Sabila.
Sabila pun segera bergegas menghampiri Rio, sementara Rio sedikit tersentak kaget melihat kedatangan Sabila.
"Sabila". Ujar Rio.
"Hai, Rio. Apa kabar?". Gumam Sabila.
"Aku baik, oh ya kenalin ini Anya, calon istri aku?". Seru Rio.
Mereka berdua langsung saling berjabat tangan, sementara Sabila masih bingung kenapa saat ini Rio sudah tidak bersama Rena.
"Kalau Anya ini calon istri kamu, lalu Rena?". Tanya Sabila menggantung.
"Rena hanya masa lalu aku, karena aku sama sekali tidak mencintai dia. Silahkan duduk Sabil, kita bisa ngobrol bareng disini". Gumam Rio.
"Terima kasih, Rio. Kebetulan aku datang kesini sama suami aku, dia udah nunggu aku di atas". Sahut Sabila.
"Jadi kamu sudah menikah lagi? Selamat ya". Ujar Rio senang.
"Iya, aku sudah menikah lagi. Terima kasih Rio, kalau begitu aku pamit dulu ya". Gumam Sabila sambil menyalami mereka berdua.
Setelah Sabila pergi dari hadapan mereka, Anya pun menghela nafas panjang dan hal itu membuat Rio bingung. "Kamu kenapa sayang?". Tanya Rio.
"Gak apa-apa sayang, aku cuma kaget aja tadi. Aku Kira Sabila itu mantan pacar kamu juga". Gerutu Anya.
Rio terkekeh. "Bukan, Sabila itu mantan istri yang suaminya di rebut oleh Rena. Sudah ya sekarang mendingan kamu makan terus abis itu kita berobat".
Anya pun hanya menganggukkan kepalanya, sementara itu di lain tempat Sabila segera bergegas mempercepat langkahnya menghampiri suaminya.
"Sayang, maaf ya lama". Ujar Sabila.
"Iya gak apa-apa sayang, memangnya tadi siapa temen kamu?". Tanya Amar.
"Kamu tau Rio kan, sayang?". Seru Sabila.
"Pacarnya si Rena kan?". Ujar Amar
"Iya, Rio datang kesini bersama calon istrinya tapi calon istrinya itu bukan Rena tapi perempuan lain dan waktu aku tanya soal Rena, Rio malah bilang kalo Rena itu cuma masa lalunya dan Rio gak pernah mencintai Rena". Gumam Sabila.
"Ya Allah, kasihan sekali si Rena. Dia menipu suaminya tapi ia juga di tipu oleh pacarnya. Karma memang tidak pernah salah alamat". Ujar Amar.
"Tidak sepantasnya kita meghakimi karma orang lain, sayang". Gumam Sabila lirih.
Amar pun langsung beristigfar. "Kamu ini ya padahal sudah di sakiti oleh mereka tapi kamu gak pernah dendam sama mereka, aku bangga punya istri kaya kamu".
"Aku sudah banyak belajar dan memetik hikmah dari setiap kejadian yang sudah aku lalui, karena aku ikhlas menjalaninya Allah kasih hasil dari ikhlas itu yaitu suami sebaik kamu". Ujar Sabila.
"Duh, aku jadi pengen terbang". Gerling Amar.
"Bagaimana bisa kamu terbang dengan satu sayap, sementara sayap yang satunya lagi ada sama aku. Jadi jangan coba-coba terbang tanpa aku ya". Seru Sabila.
Amar pun tertawa mendengar ucapan istrinya yang sama persis dengan ucapannya sementara Sabila juga ikut tertawa bersama, tak lama kemudian pesanan mereka datang. Mereka berdua segera memulai makan siangnya dengan penuh kehangatan dan canda tawa.