Raut wajahnya Qiran sudah tidak enak dipandang. Rasa benci dan kesal sudah terlihat jelas dari matanya. Sedangkan Alby, ia juga keheranan kenapa ada Amel di dalam ruangan ibunya. Dan berjuta pikiran Alby pun mulai bereaksi. Apakah Amel memohon kepada orang tuanya, untuk membantu membiayai neneknya Caca? Atau ada unsur lain yang membuat wanita itu datang ke ruangan ibunya.
"Aku harus bagaimana kalau begini? Jangan sampai Qiran marah besar!" kata Alby dalam hatinya.
"Kamu kenapa diam saja?" kata Qiran ketus. "Jawab dong."
"Sayang, kenapa kamu nanyanya ketus begitu? Ini kan teman kamu!" kata Pak Marco.
Qiran pun hanya menyengir sinis, ia langsung menyimpan makanan yang sudah di masak nya ke atas meja, dan ia juga tidak memedulikan ucapan dari ayahnya yang membuat dirinya enggan untuk membalas nya. Dan Qiran malahan mengalihkan pembicaraannya itu kepada Bu Melin.