Chereads / Bukan Wonder Woman / Chapter 46 - BWW #45

Chapter 46 - BWW #45

Hidup bukan hanya tentang eksistensi atau kehadiran diri dalam ruang dan waktu seseorang. Namun juga tentang kepergian, kehilangan dan menyerah terhadap hidup itu sendiri.

When the time comes then I will disappear.

๐Ÿ’๐Ÿ’๐Ÿ’

Hari-hari berlalu terasa begitu tenang bagi Ayushita. Rutinitas utama sebagai guru berjalan seperti biasa. Menyelesaikan kelas daring dan memberikan ujian kenaikan kelas. Sebentar lagi tahun pelajaran akan berakhir. Semua kesibukan bertumpu pada kegiatan seputar siswa.

Sesekali Arjuna akan mengajaknya makan bersama ditemani oleh Firda. Gadis mungil itu sempat merasa iri saat Ayushita menceritakan tentang kencan pinggir sungai. Sebagai seorang jomblowati, Firda juga berharap suatu saat ada seseorang yang akan mengajaknya kencan unik seperti Ayushita dan Arjuna. Kalau mengajak nikah sekalian pun lebih bagus.

Di waktu tertentu Ayushita akan menyempatkan menengok proses pengerjaan rumah peternakan yang sudah hampir rampung. Para pemuda sangat senang dan bersemangat. Semua pengerjaan selesai lebih awal tak luput dari campur tangan Joe dan kawan-kawan. Mereka selalu membantu setiap hari.

*

*

*

Pagi ini Ayushita merasa tidak enak badan. Dia tidak mengalami demam atau sakit kepala tetapi perasaan hatinya tidak nyaman. Dadanya kembali nyeri seperti saat makan bersama Arjuna di pinggir sungai beberapa hari lalu. Sehabis shalat Subuh dia menyempatkan menelepon orang tuanya dan kakaknya demi menanyakan keadaan mereka. Ayushita merasa lega karena mereka semua baik-baik saja.

Akhirnya dia memutuskan membuat es pisang ijo Makassar kesukaan Arjuna. Beberapa hari tidak turun hujan membuat suhu udara agak panas dan Arjuna pernah mengatakan keinginannya untuk mencicipi es pisang ijo buatan Ayushita lagi. Sepertinya pria itu mulai ketagihan dengan makanan buatan tangan Ayushita.

Setelah shalat Dzuhur Ayushita berkunjung ke puskesmas dengan membawa rantang tiga susun. Setiap susun berisi es pisang ijo untuk Arjuna, Dian dan Bu Narti.

Ayushita disambut suka cita oleh Arjuna yang saat itu terlihat sedikit sibuk. Arjuna baru saja akan keluar mengunjungi pasien di kampung sebelah. Pasien tersebut tidak bersedia ditempatkan di bangsal puskesmas sehingga Arjuna yang harus berkunjung ke rumah pasien tersebut.

Arjuna menghabiskan es pisang ijo dengan senyum bahagia. Bu Narti dan Dian yang mendapat porsi sendiri mengucapkan terima kasih dan tak sungkan memuji buatan tangan Ayushita.

Dian telah menyerah dan merasa ikhlas merelakan Arjuna karena menurutnya Arjuna pantas bersama Ayushita. Dian menyadari bahwa Ayushita adalah paket lengkap calon istri yang diidamkan pria seperti Arjuna.

"Honey love, setelah ini aku mau ke kampung sebelah untuk memeriksa pasien. Kamu mau ikut?" ajak Arjuna. Dia berharap Ayushita mau menemaninya.

"Tidak. Aku mau ke lokasi peternakan bersama Firda. Kata Joe rumah kandang sudah selesai jadi aku mau mengecek apalagi kekurangannya," tolak Ayushita. Dia pun berdiri mengikuti Arjuna yang bersiap keluar dengan tas kerja di tangannya.

"Jadi, mau ke rumah Firda?" tanya Arjuna.

"Iya. Nanti mau bareng dia," sahut Ayushita.

Keduanya lalu berjalan bersama ke luar puskesmas. Arjuna menuju ke mobil sedannya yang diparkir di depan rumah dinas samping puskesmas. Sedangkan Ayushita masuk ke rumah Firda yang berhadapan dengan rumah dinas Arjuna.

"Honey, I will miss you soon," ucap Arjuna saat akan masuk ke dalam mobil.

"Hati-hati menyetir. Kabari kalau sudah pulang," balas Ayushita. Arjuna melambaikan tangannya kemudian memacu perlahan tunggangan besinya.

Ayushita yang masih berdiri di depan pagar segera membuka pagar rumah Firda. Ketika sampai di beranda, ponselnya berbunyi. Ada panggilan dari Teddy.

"Assalamu'alaikum. Ada apa, Ted?" tanya Ayushita sesaat setelah menjawab telepon.

"Gawat, Kak. Kelompok Bang Jack datang lagi. Mereka mengusir para tukang dan mencoba menghancurkan rumah peternakan," teriak Teddy di ponsel dengan napas terengah.

"Dimana Joe dan lainnya?" tanya Ayushita mulai panik.

"Mereka bertahan dan berusaha menghalangi Bang Jack merusak. Cepat kemari Kak dan panggil pak Kades juga."

"Tunggu di sana, Ted." Ayushita langsung menutup telepon dan berlari ke dalam rumah Firda.

"Firda! Cepat! Komplotan Bang Jack kembali lagi. Mereka mau merusak di lokasi. Tolong kasi tau bapak. Saya duluan ke lokasi ya," seru Ayushita kepada Firda yang terkejut mendengar panggilan Ayushita.

"Oke!"

Ayushita kembali keluar dan segera memacu sepeda motornya ke lokasi peternakan. Hanya beberapa menit dia sudah melihat kerumunan orang di sana. Itu adalah komplotan Bang Jack dan jumlah mereka lumayan banyak. Beberapa preman berusaha merusak kembali bangunan yang baru saja dibuat. Sedangkan beberapa lainnya terlibat baku hantam dengan Joe dan kawan-kawannya yang sudah pasti berusaha mempertahankan lokasi tersebut dari para preman.

Dua teman Joe suda terkapar di tanah. Yang lain juga sudah babak belur. Joe sedang dikeroyok oleh tiga orang.

Dengan tergesa Ayushita memarkir motornya lalu berlari ke lokasi pengeroyokan. Ayushita merobek bawahan gamisnya hingga paha. Dia memakai celana panjang ketat di lapisan dalam gamisnya. Dia mengambil ancang-ancang sambil berlari kemudian menerjang salah satu anak buah Bang Jack yang sedang menyudutkan Joe.

Sebuah tendangan kaki Ayushita membuat preman tersebut terjungkal ke samping.

"STOP! AKU BILANG STOP!" teriak Ayushita menyebabkan perkelahian berhenti. Mereka menoleh ke arah Ayushita yang sedang berdiri di depan Joe.

"Apa-apaan ini hah?? Kalian telah membuat kerusakan di properti orang lain. Apakah kalian tidak takut dengan hukum?" hardik Ayushita dengan wajah berlumur kemarahan.

Seorang pria tertawa. Wajahnya yang brewok dengan rambut gondrong terurai melangkah ke tengah arena. Tubuhnya yang tinggi tambun berhias tato di kedua tangan dan lehernya serta hanya mengenakan baju tanpa lengan dan jins belel.

"Apakah kamu si cantik yang telah mempengaruhi Joe agar berkhianat padaku? Ternyata benar-benar cantik dan garang. Sungguh seksi." Pria itu kembali terbahak.

"Aku adalah Bang Jack. Penguasa daerah ini. Tidak ada yang berani melawanku. Siapa yang berani maka dia akan mati di tanganku termasuk kamu cantik," ancam Bang Jack sambil menyelipkan ejekan dalam ancamannya.

"Penguasa? Cih... kamu tak lebih dari bajingan preman yang mempengaruhi para pemuda untuk melakukan kejahatan. Tidak ada yang takut pada seorang kriminal sepertimu. Kamu hanya pecundang yang berlindung di bawah kekuasaan orang lain. Jadi jangan katakan dirimu penguasa," decih Ayushita. Bang Jack langsung tersulut emosi.

"Kak, hati-hati. Bang Jack itu licik," bisik Joe di belakang Ayushita. Gadis itu mengangguk pelan. Matanya menatap waspada pada preman di depannya.

"Dasar wanita binal tak tahu diri. Kamu cuma pendatang di sini. Hari ini aku akan meratakan tempat ini sebagai hukuman atas pengkhianatan Joe dan kawan-kawannya," geram Bang Jack. Dia lalu memberi kode kepada anak buahnya untuk menyerang Ayushita dan kelompoknya.

Maka terjadilah perkelahian yang tak seimbang. Ayushita, Joe dan beberapa kawannya yang masih bertahan berusaha mati-matian melawan kelompok preman tersebut.

Ayushita dikeroyok oleh dua orang yang bertubuh lebih besar darinya. Dia masih bisa berkelit dan merobohkan salah satu dari keduanya. Preman satunya juga kewalahan melawan kemampuan jurus karate Ayushita. Preman tersebut merintih kesakitan saat Ayushita menghujamkan tendangan ke perutnya lalu kembali melayangkan tendangan tumit ke bahu sang preman. Seketika pria besar itu roboh ke tanah sambil mengadu kesakitan.

Ayushita melirik ke arah Joe. Pemuda itu bisa mengimbangi seorang preman lawan duelnya. Namun beberapa preman telah menghajar Teddy dan teman-temannya hingga bonyok pada wajah mereka.

Ayushita melangkah cepat ke arah preman-preman yang mengeroyok Teddy. Tanpa dia sadari, Bang Jack sedang berjalan mengendap ke arahnya. Pemimpin preman itu memegang sebilah pisau lipat di balik punggungnya.

Joe berhasil merobohkan lawannya. Saat dia mengalihkan wajahnya ke arah Ayushita dia langsung menyadari kalau Ayushita dalam bahaya. Bang Jack sedang menghampiri Ayushita yang sedang sibuk membantu Teddy. Sebuah seringai jahat berkilat di wajah Bang Jack. Joe menangkap siluet pisau di belakang punggung preman itu. Tanpa membuang waktu Joe segera berlari ke arah Ayushita bersamaan dengan Bang Jack menghunus pisau ke arah Ayushita. Bersiap menusuk punggung gadis itu.

"AWASSS... !!!" teriak Joe memperingatkan Ayushita.

Joe menyadari Ayushita tidak akan bisa menghindari serangan Bang Jack dengan cepat. Akhirnya Joe menerjang ke arah Bang Jack menghalangi serangan preman itu ke punggung Ayushita.

Ayushita mendengar teriakan peringatan Joe. Saat dia berbalik dia mendapati Joe berdiri membelakanginya menerima beberapa tusukan pisau di perutnya. Dengan penuh dendam Bang Jack menancapkan pisau tajam tersebut ke perut Joe lalu berlari meninggalkan tempat tersebut segera.

Ayushita langsung sadar apa yang terjadi ketika melihat Joe mulai roboh di depannya dengan tangan memegang perutnya yang berlumuran darah.

"JOE ... !!!" pekik Ayushita menghambur menangkap tubuh Joe yang hampir ambruk ke tanah. Gadis itu ikut jatuh ke tanah menopang tubuh Joe di pangkuannya.

"Joe ... Joe ...! Bertahanlah!" jerit Ayushita menangkup kepala Joe dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya menekan luka di perut Joe yang masih mengeluarkan darah dengan deras. Teddy dan lainnya langsung menghambur menghampiri Ayushita dan Joe.

"Kak Joe ...!" pekik Teddy disertai tangisnya.

"Joe! Bertahanlah. Panggil bantuan. CEPAAAAATTT!!!" jerit Ayushita histeris.

Seorang pemuda berlari mencari bantuan. Namun tak lama berselang Firda muncul bersama pak Kades dan beberapa warga. Mereka segera menghampiri Ayushita dan Teddy yang menangis histeris.

Pisau masih menancap di perut Joe. Napas pemuda itu mulai tersengal. Wajahnya sudah memucat akibat pendarahan di perutnya.

"Ayo bawa ke rumah sakit," titah pak Kades.

Tiba-tiba Joe memegang erat tangan Ayushita yang berlumuran darah karena menekan lukanya. Joe menggelengkan kepala tanda dia tak ingin di bawa ke rumah sakit.

"Joe. Kami akan menyelematkanmu," kata Ayushita di sela tangisnya. Joe kembali menggeleng.

"Ne- nek ... kak- kakek," ucap Joe terbata.

"Panggil nenek?" tanya Ayushita dengan suara serak karena tangis. Joe mengangguk lemah. Seseorang segera menjemput nenek dan kakek Joe.

Ketika sang nenek datang kondisi sang cucu semakin lemah.

"Joe, kenapa kamu begini, Nak," raung sang nenek. Nenek segera bersimpuh di samping Joe yang masih terbaring di pangkuan Ayushita. Nenek juga menggenggam sebelah tangan cucunya.

"Ma- maafin- Joe ... Joe sa- say- ang Ne- nek dan ka- kek," lirih Joe dengan napas tersengal menahan sakit.

"Iya, Nak. Nenek dan kakek juga sayang sama Joe. Kamu tidak pernah salah, Nak. Kami ridha dengan semua yang kami berikan sama Joe. Kami yang minta maaf tidak bisa membahagiakan kamu, Nak," ucap nenek dengan tangis sedihnya. Tangannya semakin erat menggenggam tangan sang cucu seakan takut berpisah.

Joe tersenyum pada neneknya lalu berpaling kepada Ayushita yang juga menggenggam sebelah tangannya. Mulut Joe bergerak perlahan mengucapkan kalimat terima kasih. Derai airmata Ayushita meluncur ke atas tubuh Joe bercampur dengan darah segar di sana.

Arjuna muncul kemudian setelah dihubungi oleh Firda yang mengabarkan tentang penyerangan terhadap Ayushita dan para pemuda. Ketika dia tiba di lokasi kejadian, orang-orang telah berkerumun dan terdengar suara isak tangis memilukan.

Arjuna panik dan khawatir jika sesuatu terjadi pada Ayushita. Namun dia lega karena bukan Ayushita yang terbaring di sana. Meskipun dia tidak yakin apakah Ayushita terluka atau tidak.

Arjuna mendekati tubuh Joe yang kian lemah dan mulai tak sadarkan diri. Dia memeriksa luka yang di perut Joe yang tak berhenti mengeluarkan darah. Warga tidak berani melakukan tindakan karena nanti akan berakibat fatal bagi korban.

Tiba-tiba Joe terbatuk dan tersedak. Darah segar keluar dari sudut bibirnya. Mulut Joe tampak komat kamit dengan napas yang tersengal-sengal berat. Matanya menatap kosong ke atas dan sesaat kemudian sorot matanya meredup dan tubuhnya terdiam.

Arjuna memeriksa denyut di pergelangan tangan Joe begitu juga dengan pupil matanya. Arjuna memeriksa jam tangannya. Dia kemudian memandang ke arah pak Kades yang berdiri di belakang Ayushita bersama Firda. Arjuna memberi isyarat bahwa Joe sudah meninggal dunia.

"Innalillahi wainna ilaihi roji'un," ucap pak Kades disusul oleh yang lainnya. Arjuna lalu mengusap mata Joe agar tertutup dalam damai. Wajah Joe diam dan memucat.

Sejurus kemudian terdengar tangisan sedih menyelimuti tempat itu. Nenek Joe memeluk cucunya yang telah meninggal. Bahunya yang ringkih terguncang keras karena tangisan. Kakek Joe yang baru tiba ikut bersimpuh memeluk tubuh nenek. Tangisnya pecah meratapi kepergian sang cucu tersayang. Ayushita pun tersedu menahan sesak di dadanya.

Beberapa warga datang membawa tandu sesuai perintah pak Kades. Dengan hati-hati mereka memindahkan tubuh Joe dari pangkuan Ayushita dan membawa ke puskesmas. Arjuna akan melakukan beberapa prosedur medis, mencabut pisau yang tertanam cukup dalam kemudian menutup luka tersebut.

Ayushita berusaha bangun dari posisi duduknya namun kemudian dia kembali limbung. Arjuna yang berdiri di sampingnya sigap menangkap tubuhnya lalu membopong tubuh gadis itu ke dalam mobil. Ayushita tidak sadarkan diri. Seluruh pakaiannya bagian depan berlumuran darah. Firda ikut masuk ke dalam mobil. Dia benar-benar cemas dengan kondisi Ayushita yang syok berat.

Mayat Joe tiba di puskesmas dan ditempatkan di salah satu bangsal kosong. Sedangkan Ayushita diantar ke rumah pak Kades agar dirawat oleh Firda dan Bu Junaid. Gadis itu hanya mengalami syok.

Arjuna kembali ke puskesmas untuk menangani mayat Joe. Pisau dicabut, luka dijahit dan dibersihkan. Atas izin kakek dan nenek, Arjuna, pak ustad guru mengaji Joe, dan beberapa bapak-bapak langsung memandikan jenazah Joe dan mengafaninya.

Kerumunan warga berkumpul di halaman puskesmas setelah mendengar kabar kematian mantan preman kampung tersebut. Prosesi penyelenggaraan jenazah Joe selesai ketika selesai azan Magrib.

Setelah shalat Maghrib, jenazah Joe langsung dishalatkan di masjid kampung. Ayushita yang telah sadarkan diri ikut berjamaah menyalatkan dan mendoakannya.

Malam itu seluruh warga kampung mengantarkan Joe ke peristirahatan terakhirnya. Teddy dan teman-temannya ikut mengusung keranda dan mengangkat mayat Joe untuk dimasukkan ke liang lahat. Isak tangis mewarnai prosesi pemakaman itu.

Semua orang menyesalkan peristiwa itu. Tetapi kembali lagi takdir hidup setiap manusia telah ditentukan oleh sang pencipta. Setiap orang akan tiba waktunya untuk meninggalkan dunia ini, baik tua atau muda, anak-anak atau orang dewasa.

Bagaimana dengan Bang Jack dan komplotannya?

Bang Jack berhasil melarikan diri bersama beberapa anak buahnya. Tetapi sebagian lainnya berhasil diamankan karena mereka tidak bisa melarikan diri dalam keadaan babak belur. Mereka langsung digelandang oleh pak Babinsa dan beberapa petugas kamtibmas desa ke polsek di kota kecamatan sebelum menjadi sasaran amukan warga.

Hidup adalah siklus datang dan pergi bagi makhluk bernyawa. Setiap orang akan meninggalkan atau ditinggalkan.

Dan Joe telah meninggalkan banyak cerita sedih bagi keluarganya dan Ayushita. Gadis itu termenung menatap timbunan tanah merah yang basah dengan taburan bunga di atasnya. Di atas nisan tertulis nama seorang pemuda yang telah hadir dalam cerita hidupnya selama beberapa bulan.

Firda memeluk tubuh Ayushita. Wajahnya pun tak kalah sembab oleh airmata. Sementara Arjuna berdiri di belakang mereka menatap makam Joe. Ada rasa sesal dalam hatinya karena bersikap tidak ramah pada pemuda itu beberapa hari sebelumnya.

Semua sudah terjadi. Joe telah tiada. Hanya kenangan-kenangan yang ditinggalkan untuk mereka.

Bersambung ....

๐Ÿ’๐Ÿ’๐Ÿ’

Nb : Sebenarnya tak tega buat part untuk Joe kaya gini ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ

Mataku sampai bengkak karena ikut menangis saat mengetik. Jika kalian membaca chapter ini sambil mendengarkan lagu Just For You - Richard Cociante, dijamin kalian akan berderai airmata.

Selamat jalan Joe ๐Ÿ˜ญ

And see you next sad chapter ๐Ÿ˜ฅ