๐๐๐
"Mama mau kasi berita gembira," ucap sang mama antusias.
"Apa, Ma?"
"Mama sudah siapkan calon istri buat kamu," jawab sang ibu frontal.
Arjuna membeku di tempatnya.
"Ma, please berhenti menjodohkan Juna dengan anak teman Mama. Juna tidak suka. Biarkan Juna memilih sendiri," sentak Arjuna dengan menahan emosi.
"No! Mama sudah bilang sebelumnya kalau mama bakal ikut campur kali ini. Mama sudah menentukan calon istri untuk Abang. Gadis ini baik dan cantik. Dia pintar juga," cerocos sang mama tak mau kalah.
"Ma ..."
"Stop! Tak ada penolakan. Minggu ini calon istrimu akan tiba. Setelah itu akan diatur pertemuan keluarga. Mama harap kamu segera pulang. Putuskan gadis desa yang menjadi pacarmu di situ karena Mama tidak akan setuju. Tidak ada bantahan. Mama sudah cukup bersabar. Mama tutup sekarang. Assalamu'alaikum."
Klik.
Arjuna menahan diri untuk tidak melempar ponselnya ke dinding. Bagaimanapun dia masih membutuhkan benda itu sekarang.
Arjuna mengepalkan tangan mencengkeram erat ponsel di tangannya. Dengan kasar dia mengempaskan tubuhnya di salah satu kursi dalam kamar. Menyugar rambutnya hingga acak-acakan.
"Aku harus ketemu Ayushita hari ini. Aku harus mendiskusikan hal ini dengannya," tekad Arjuna.
Secepat kilat dia membersihkan diri, memakai kemeja hitam, celana hitam dan parfum yang disukai Ayushita. Arjuna memandang pantulan dirinya yang telah rapi di depan cermin dengan senyum lebar.
"Ck, beginilah nasib pria tampan. Mau pakai apapun tetap tampan," celutuk Arjuna sambil mengedip seksi pada bayangannya.
Dengan bersiul kecil Arjuna keluar dari pintu rumahnya dan langsung menyeberang ke pintu pagar rumah Firda.
Arjuna terheran-heran melihat suasana rumah Firda yang sedikit ramai. Bahkan Arjuna baru menyadari kalau ada sebuah mobil pajero hitam mengkilap terparkir di depan pagar rumah Firda.
Apakah ada tamu di rumah Firda?
Dengan ragu Arjuna mendekati pintu yang terbuka lebar.
"Assalamu'alaikum!" sapa Arjuna.
"Wa'alaikumussalam!" Serempak orang-orang yang berkumpul di ruang tamu Firda menjawab.
Arjuna semakin heran melihat pak Junaid dan istrinya, Firda, Ayushita dan teman-teman Joe berkumpul di sana. Arjuna terkejut saat matanya bertemu pandang dengan pria yang duduk di samping Ayushita. Itu Ayub Ramadhan. Arjuna menelan salivanya perlahan. Gugup.
"Mari masuk, Pak Dokter!" sambut pak Junaid. Arjuna mengangguk dan mengucapkan terima kasih.
Arjuna duduk di kursi yang disediakan pak Junaid berhadapan dengan Ayushita dan Ayub.
"Bagaimana kabarnya?" tanya pak Junaid basa-basi kepada Arjuna.
"Alhamdulillah sehat, Pak." Arjuna mengalihkan perhatiannya kepada Ayub. "Kak Ayub kapan tiba?"
"Sejam yang lalu," jawab Ayub sekedarnya seperti biasa.
"Oh!" Arjuna salah tingkah.
"Jadi begini Pak Dokter. Pak Ayub datang mau menjemput ibu Ayushita untuk pulang ke kota," ujar pak Junaid kemudian menengahi kecanggungan di antara mereka.
"Hahh? Pulang ke kota?" Arjuna langsung menatap Ayushita tajam. Arjuna mengernyitkan dahi meminta penjelasan kepada gadis itu.
"Begini. Firda memberi kabar kepada saya tentang penyerangan terhadap Ayu dan juga Joe serta teman-temannya. Firda juga mengatakan kalau penyerangnya adalah Jack yang kami curigai sebagai kaki tangan Kujang di daerah ini. Ternyata benar setelah Ayushita memperlihatkan surat dari Joe. Saat ini Ayushita tidak aman karena dia target utama Jack. Sedangkan Kujang adalah residivis yang saat ini masih kami buru," papar Arjuna panjang lebar.
"Apakah Kujang dan Jack begitu berbahaya?" tanya Arjuna meskipun dia tahu jawabannya. Hanya saja dia ingin tahu alasan yang sebenarnya.
"Kujang itu hanya nama samaran dari Prapto salah satu bandar narkoba besar daerah ini. Kujang berbahaya karena dia juga anak buah salah satu kartel obat-obatan terbesar di negara ini. Mereka kejam dan tak pandang bulu dalam menyingkirkan penghalang mereka. Yang membuat semua ini makin berbahaya karena Joe tahu seluk beluk hubungan Jack dan Kujang dan tentu saja Kujang tidak akan tinggal diam untuk memburu siapa saja yang pernah berhubungan dengan Joe."
Arjuna menghela napas panjang mendengar penjelasan Ayub. Hatinya galau akan berpisah dengan Ayushita. Apalagi ditambah dengan desakan ibunya yang kini mulai memaksakan perjodohan yang telah diatur."
Tidak bisakah Ayushita tetap di sini?" Arjuna mencoba bernegosiasi dengan bakal calon kakak iparnya jika dia jadi melamar Ayushita.
"Tidak. Tidak ada jaminan Ayu aman di sini. Saya sudah minta izin kepada kepala sekolah dan pak Junaid, mereka sudah mengizinkan karena memang situasinya tidak bisa ditawar," tegas Ayub. Matanya menghujam serius ke manik Arjuna. Sang dokter sedikit ciut dibuatnya.
"Boleh aku bicara dengan Ayu sebentar?" izin Arjuna. Ayub hanya mengangguk. Ayushita menatap kakaknya sejenak lalu berdiri menyusul Arjuna yang lebih dahulu keluar menuju ke mobilnya yang masih terparkir di tempat semalam.
Arjuna masuk ke kursi kemudi dan Ayushita masuk ke kursi penumpang di sampingnya. Hening sejenak tanpa ada yang mencoba memulai pembicaraan. Hingga akhirnya Arjuna menghela napas dalam dan menoleh ke arah Ayushita.
"Kenapa tidak memberitahuku lebih awal?" tanya Arjuna dengan mimik sedikit kesal.
"Aku meneleponmu tapi tak dijawab. Sudah baca pesanku?" balas Ayushita juga dengan nada kesal.
Arjuna membuka ponselnya dan menemukan beberapa panggilan tak terjawab dari Ayushita sebelum ibunya menelepon. Arjuna kembali menarik napas berat.
"Jadi, kapan kamu akan berangkat?" tanya Arjuna.
"Siang ini," jawab Ayushita lirih. Dia balas menatap Arjuna dengan raut tak terbaca.
Arjuna memejamkan mata frustasi.
"Kamu mau tinggalin aku sendiri lagi di sini?" gumam Arjuna namun masih didengar oleh Ayushita. Pria itu meletakkan kepalanya di atas kedua tangannya yang bertumpu pada setir. Ayushita dapat merasakan nada kesal dan kecewa di setiap kata-kata yang meluncur dari bibir prianya.
"Aku tidak bisa menolak kemauan kak Ayub. Ini juga permintaan mama dan papa. Mereka sangat khawatir dan terus mendesak kak Ayub untuk menjemputku. Apalagi setelah mendengar kematian Joe yang sebenarnya menjadi perisai untuk menyelamatkanku," tukas Ayushita mencoba meyakinkan Arjuna. Tangan lembutnya mengusap pundak lebar Arjuna. Arjuna memalingkan wajahnya menatap sang pujaan hati.
"Aku akan sangat-- sangat dan sangat merindukanmu," bisik Arjuna sendu.
"Hei! Aku tidak akan kemana-mana. Hanya kembali ke kota selama beberapa saat. Aku masih punya tanggung jawab di sini dan akan kembali di sini. Kalau kamu rindu kita bisa berkomunikasi lewat video call atau kamu bisa pulang ke kota P. Sudah lama tidak pulang kan?" hibur Ayushita masih mengusap pundak kekasihnya.
"Tapi kalau aku pulang aku akan--." Arjuna menghentikan ucapannya. Dia ingin mengutarakan kegalauannya tentang rencana ibunya yang telah mengatur perjodohannya. Namun bibirnya tak sanggup mengatakan. Seandainya Ayushita tidak sedang bersiap pulang ke kota P hari ini. Seandainya Ayub tidak berada di kampung Petak Hijau sekarang. Arjuna khawatir jika dia membeberkan rencana ibunya saat ini maka semua akan runyam. Bisa-bisa dia malah dapat bogem mentah dari Ayub.
"Arjuna!" panggil Ayushita menyadarkan sang dokter dari lamunannya.
"Tidak apa-apa kan aku pulang ke kota?" tanya Ayushita. Dipandanginya wajah tampan Arjuna yang kini kembali memejamkan matanya meresapi alunan suara kekasihnya. Suara yang akan dirindukannya nanti.
"Tidak apa-apa jika ini untuk keselamatanmu. Aku akan menyusul nanti awal bulan depan sesuai kesepakatan kita." Arjuna membulatkan tekad, menguatkan hati untuk berpisah lagi dengan Ayushita. Semua demi mereka berdua. Dan selama Ayushita pergi dia akan berbicara baik-baik dengan ibunya agar membatalkan perjodohan itu dan langsung melamar Ayushita.
Ayushita tersenyum mendengar penuturan Arjuna. Pria ini benar-benar kooperatif dalam segala hal. Itulah yang membuatnya yakin dengan keputusannya sekarang. Bertahan di sisi Arjuna apapun yang terjadi nanti dan mempercayainya.
Ayushita juga berserah dan berdoa pada Yang Maha Kuasa agar mereka dibukakan jalan jodoh kelak.
***
Firda melepas kepergian sahabatnya dengan pelukan haru yang lama. Mereka saling menyemangati selama beberapa saat seolah mereka akan berpisah untuk waktu yang sangat lama. Bu Junaid ikut memeluk Ayushita, memberikan rantang berisi semua makanan kesukaan Ayushita selama tinggal di kampung itu. Pak Junaid, Teddy dan pemuda lainnya menyalami dan memeluk Ayub sebagai tanda perpisahan.
Mereka berterima kasih karena Ayub sudah memfasilitasi mereka dengan keamanan yang memadai. Ayub meminta bantuan keamanan kepada Polsek setempat untuk terus memantau kampung Petak Hijau dan sekitarnya untuk berjaga-jaga sekiranya ada serbuan dari kelompok Bang Jack lagi.
Untuk kelanjutan rumah peternakan yang telah selesai dibangun kembali, Ayushita menyerahkan pengawasannya kepada pak Junaid. Pak Jaja juga akan membantu Teddy sebagai koordinator lapangan pengganti Joe dalam menangani pelepasan dan perawatan bibit ayam perdana.
Tanpa ada yang tahu, Arjuna dan Ayushita diam-diam menggaji beberapa orang yang mereka percaya untuk merenovasi rumah kakek dan nenek Joe. Hal itu sebagai bentuk terima kasih Ayushita atas pengorbanan Joe untuknya. Selain itu Ayushita ingin menjalankan amanat Joe untuk merawat pasangan lansia itu.
Sedangkan Arjuna mempekerjakan Bu Narti menjadi perawat kedua lansia tersebut. Bu Narti tinggal di kampung Petak Hijau bersama dua putrinya yang bisa membantu menjaga kakek dan nenek Joe.
Kini, hati Arjuna kembali hampa setelah Ayub membawa Ayushita kembali ke kota. Belum sejam mereka berpisah, Arjuna sudah merindukan gadis lemahnya.
Di depan Ayub, Arjuna tidak berani memeluk Ayushita mesra. Dia hanya meminta waktu sebentar sebelum Ayushita naik ke mobil. Dia menggenggam kedua tangan Ayushita erat sambil berhadapan. Tak ada kata yang terucap dari bibir masing-masing. Mereka memanfaatkan beberapa menit yang mereka miliki untuk saling menatap, merekam dan menyimpan wajah masing-masing dalam memori.
Ketika Ayub mendehem keras menginterupsi adegan perpisahan yang menyesakkan dada itu, Arjuna segera melepaskan genggaman tangannya dari jemari Ayushita.
Arjuna melepas jam tangan hitam di lengan kirinya kemudian memakaikan di lengan kanan Ayushita. Jam pria itu tampak begitu besar di lengan kurus Ayushita. Sebagai balasan, Arjuna melepas jam tangan Ayushita lalu menyimpan dalam sakunya sebagai pengikat mereka. Ayushita tersenyum lebar melihat tingkah Arjuna.
Oh, Arjuna mulai frustasi merindukan pujaan hatinya.
Tangannya segera meraih ponsel dalam sakunya sekaligus jam tangan Ayushita. Dia meletakkan jam tangan tersebut di atas meja kemudian mencari kontak Ayushita. Dengan ragu dia membuka kotak chat lalu mengetikkan beberapa kata. Setelah itu dia menunggu sambil mengelus permukaan jam tangan Ayushita.
Tak lama ponselnya berbunyi tanda notifikasi pesan masuk. Dengan tak sabar Arjuna membuka pesan tersebut.
๐ฅ
From : My Honey โค
Aku masih menyusuri jalan kenangan yang pernah kita lalui bersama. Dan aku kian merindukanmu sama seperti kamu merindukanku.
Arjuna tersenyum lebar selebarnya membaca balasan Ayushita. Rasanya rindunya makin membucah bukannya surut. Dia mengecup layar ponselnya yang menampilkan balasan pesan Ayushita bertepatan dengan Dian muncul di depan pintunya yang setengah terbuka.
"Maaf, Dok. Saya sudah mengetuk pintu tapi sepertinya Dokter tidak mendengarnya," kata Dian sambil menahan senyumnya.
Arjuna berdehem untuk menetralkan perasaan salah tingkahnya.
"Ada apa?" tanya Arjuna memandang Dian yang sedang menatap jam tangan di atas meja.
"Ada pasien masuk, Dok," jawab Dian yang kini salah tingkah kedapatan kepo.
"Oke, kita kesana sekarang." Arjuna berdiri dari kursinya lalu meraih jam tangan dan memasukkan kembali ke dalam sakunya.
Dian mengikuti dari belakang masih menahan senyumannya.
***
Beberapa hari setelah kepergian Ayushita kembali ke kota, semua terasa tenang bagi Arjuna. Dia dan Ayushita tidak pernah putus komunikasi baik melalui pesan maupun telepon. Saat Arjuna ke ibukota kabupaten maka mereka akan melakukan panggilan video hingga puas. Dokter Hendry jadi gencar menggoda keduanya.
Tapi yang mengherankan Arjuna adalah ibunya tidak bisa dihubungi. Setiap kali dia menelepon sang ibu untuk menolak masalah perjodohan, panggilannya selalu dialihkan ke mailbox. Terakhir ibunya hanya mengirim pesan bahwa dia tidak peduli lagi apakah Arjuna akan menerima atau menolak.
Arjuna mengerutkan dahi bingung. Secepat itukah ibunya menyerah?
Setelah itu nomor kontak sang ibu dalam mode mailbox selama beberapa hari. Ketika Arjuna menghubungi Elvira, adiknya itu beralasan dia sedang di pulau K menemani sang suami dinas di sana. Arjuna mati gaya dan mulai merasakan alarm waspadanya berbunyi. Perasaannya mulai tak enak.
"Honey, kenapa wajahmu kusut gitu?" tanya Ayushita saat mereka mempunyai kesempatan melakukan panggilan video malam harinya.
"Tidak ada apa-apa honey love. Hanya lelah saja karena banyak pasien. Dokter Hendry nih pasiennya tak habis-habis dan dia paksa aku ikut lembur dengannya." Arjuna memberi alasan.
"Jaga kesehatan, honey. Kamu kelihatan kurusan," tukas Ayushita dengan wajah khawatir.
"Ini karena aku sangat merindukanmu," kilah Arjuna manja. Ayushita tersenyum manis melihat sikap manja Arjuna yang hanya diperlihatkan untuknya. Pria ini tak berhenti membuatnya berbunga-bunga. Pria masa depannya.
***
Awal pekan yang tak terlalu sibuk. Arjuna masih bertahan di RSUD membantu dokter Hendry menangani pasien yang dia rujuk ke rumah sakit tersebut. Dian juga mengabari kalau dokter koas yang dikirim ke puskesmas sudah tiba. Dokter muda itu akan membantu sementara selama Arjuna berada di RSUD.
Ketika dia baru saja duduk di ruang istirahat para dokter, ponselnya berdering. Ada panggilan masuk dari Firda.
"Halo, Dokter ada kabar buruk." Firda langsung menyambar sesaat telepon tersambung.
"Hei ... hei ... bernapas Fir. Kabar buruk apa? Apakah bang Jack menyerang lagi?" balas Arjuna.
"Ayushita mau dilamar," pekik Firda di telinga Arjuna. Pria itu sampai harus menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Apa maksudmu? Siapa yang akan melamar Ayushita?" balas Arjuna tak kalah panik.
"Tadi Ayushita kirim pesan katanya akan ada yang datang melamar dalam waktu tiga hari ke depan. Dia tadi telepon kamu tapi tidak dijawab. Jadinya dia kirim pesan sembunyi-sembunyi. Katanya kalau ponselnya tidak aktif berarti sudah disita sama kak Ayub," ujar Firda cepat membuat kepala Arjuna kian pusing. Kabar tidak mengenakan itu menghantam pikirannya dengan keras. Apakah ini firasat yang dia alami selama beberapa hari.
Tetapi, mengapa Ayushita tidak memberitahunya sebelumnya? Apakah gadis itu juga tidak tahu?
Arjuna mematikan sambungan telepon dengan Firda kemudian segera menghubungi kontak Ayushita. Benar. Ponselnya tidak aktif seperti kata Firda.
Arjuna langsung terkulai sambil menggenggam ponselnya yang masih mengeluarkan suara provider.
'Kenapa bisa begini?' sesal Arjuna.
Bersambung ....
๐๐๐
Nb : Maaf ya kalau perjalanan cinta Arjuna dan Ayushita kepanjangan dan berbelit. Cerita ini genre romance drama dengan sedikit bumbu action jadi ya drama dikit gitu hehehe
Semoga kalian tidak bosan. Karena saya bukan tipikal penulis frontal. Suka bermain narasi untuk menjelaskan cerita panjang lebar. Kalau to the point juga nanti kesannya garing dan terburu-buru. Tidak asik.
Bagi yang suka selamat menikmati, bagi yang kurang berkenan tidak apa-apa. Karena inilah gaya penulisan saya. Santai.
Big thanks untuk yang tetap setia pada BWW dan big โค untuk yang kasi power stone banyak-banyak. Semoga kalian bisa mengambil hikmah baik dari cerita ini.
See you next chapter ๐