๐๐๐
Ayushita hanya terdiam di depan ayah, ibu dan kakaknya yang duduk di depannya. Ruang keluarga lantai dua jadi hening tanpa ada satu pun yang mencoba mengeluarkan suara selama beberapa saat. Hanya helaan napas pelan saling bersahut-sahutan meningkahi keheningan tersebut.
"Bagaimana, Nak? Kamu setuju, kan?" Suara Nyonya Aliyah mengurai keheningan yang kian membentang lebar. Ayushita mengangkat wajah dan menatap ibunya yang menampilkan wajah penuh harap.
"Dia pria baik, Nak. Latar belakang keluarganya juga bagus. Ayu juga pasti kenal salah satu keluarganya." Pak Ruslan menimpali berusaha meyakinkan putrinya.
"Tapi ... apakah harus perjodohan?" lirih Ayushita.
"Ini untuk kebaikanmu, Dek. Jangan katakan kalau kamu menggantungkan harapan pada dokter itu. Kakak bisa melihat kalau dia tidak serius sama kamu," cecar Ayub kali ini.
"Tapi aku-- aku mencintainya," ucap Ayushita masih dengan suara pelan. Dia tidak pernah bisa meninggikan suara di depan kedua orang tua dan kakaknya. Bukan karena dia tidak bisa memberontak dan menentang tetapi dia tidak ingin menjadi anak durhaka.
"Cinta? Apa yang terjadi dengan cintamu pada si pengecut Danuar yang kamu cintai setengah mati itu," cecar Ayub tajam.
"Ayub. Jangan bicara seperti itu pada adikmu," kecam nyonya Aliyah. Ayub mengendurkan bahunya yang tegang karena emosi dan menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.
Ayushita menunduk dan berusaha menahan airmata yang mengancam keluar dari kelopak matanya.
"Sayang ...!" Nyonya Aliyah pindah duduk di samping putri semata wayangnya. "Sejak awal mereka sudah menyukaimu. Dia yakin kalau kamu cocok dengan putranya makanya dia meminta sama papa untuk melamarmu," ujar nyonya Aliyah lembut seraya mengusap bahu putrinya. Ayushita masih setia menunduk menahan sesak di dadanya.
"Tapi aku mencintai Arjuna, Ma. Arjuna tidak sama dengan kak Danuar. Dia benar-benar serius sama Ayu. Dia berjanji mau melamarku bulan depan." Ayushita kembali mengangkat wajahnya dan menatap ayah dan kakaknya bergantian.
"Tidak bisakah Papa memberi kesempatan pada Arjuna, hm?" iba Ayushita dengan airmata menggenang di pelupuk matanya. Pak Ruslan sebenarnya tidak tega melihat wajah memohon putrinya, begitu pula dengan Ayub. Dia sangat sayang dengan adiknya dan tak ingin Ayushita terluka lagi.
"Tapi Papa sudah terlanjur mengiyakan permintaan rekan bisnis papa itu, Sayang. Kakakmu juga tidak mengatakan apa-apa tentang dokter kampung itu," jawab Pak Ruslan dengan raut bersalah. Ayushita semakin sedih mendengar ucapan ayahnya. Harapannya untuk meyakinkan kedua orang tuanya pupus.
"Tetapi ... Papa kasi waktu tiga hari untuk kekasih doktermu itu. Kalau dia datang sebelum tenggat waktu itu dan bisa meyakinkan Papa maka Papa akan mempertimbangkan. Namun, kalau dia telat datang maka Papa akan menerima lamaran itu," tukas pak Ruslan. Ayushita langsung memandang ayahnya tak percaya.
"Benaran, Pa?" Pak Ruslan mengangguk.
"Terima kasih, Pa," lirih Ayushita seraya menyeka airmata dengan punggung tangannya.
"Hubungi dia sekarang!" titah Ayub.
"Sekarang?" Ayushita mengernyit. Ayub hanya menatap datar adiknya. Ayushita paham kalau Ayub tidak mau dibantah.
'Huh, dasar sok berkuasa,' gerutu Ayushita dalam hati.
Ayushita meraih ponsel dalam saku roknya kemudian menghubungi Arjuna. Tiga kali dia mencoba tetapi tak ada jawaban dari Arjuna. Ayushita gelisah dibuatnya.
"Kenapa? Tidak tersambung atau tidak dijawab?" tanya Ayub.
"Tidak dijawab," cicit Ayushita pias.
"Ya sudah berarti tidak ada peluang untuk dia. Sini ponselmu," pinta Ayub mengulurkan tangannya.
"Untuk apa?" tanya Ayushita bingung.
"Mulai sekarang sampai tiga hari ke depan ponselmu ditahan. Kamu hanya boleh tinggal di rumah sampai hari lamaran," tegas Ayub.
"Kok gitu. Pa, Ma ... !" protes Ayushita. Tetapi ayah dan ibunya hanya diam seolah menyetujui tindakan sang kakak.
"Sini cepat!" titah Ayub tidak sabar.
"Tunggu, saya sms sekali saja," mohon Ayushita.
"Hmm cepetan," geram Ayub.
Ayushita segera mengirim pesan singkat pada Firda memberitahu situasi yang sedang dia hadapi. Gadis itu berharap Firda bisa segera menyampaikan kabar buruk ini pada Arjuna dan meyakinkan pria itu untuk segera menyusulnya.
Ayushita merasa situasi ini begitu aneh dan tiba-tiba. Katanya ayahnya dia kenal dengan orang tua calon mempelai yang akan melamarnya. Siapa mereka? Dia hanya mendengar ayahnya menyebut pak Salam saat berbincang dengan ibunya. Apakah pak Salam pemilik hotel itu? Atau pak Salam yang lain?
Bagaimana tanggapan Arjuna nanti mendengar kabar ini? Apakah pria itu akan menyusulnya atau malah menyerah lebih dahulu?
Seandainya saja Ayub tidak menyita ponselnya maka dia bisa berbicara banyak dengan Arjuna dan meyakinkan pria itu kalau ini bukan kemauannya. Minimal dia bisa tahu apa tanggapan pria itu. Jika begini bagaimana dia bisa tahu apakah Arjuna akan memperjuangkan cinta mereka atau malah memilih menyerah.
Rasanya mereka seperti Siti Nurbaya dan Samsul Bahri yang dipaksa berpisah karena sang gadis akan dinikahkan dengan si Datuk Maringgi. Orang tua Siti Nurbaya terbelit utang pada sang tuan tanah yang sudah uzur itu.
Apakah kisahnya sama dengan Siti Nurbaya? Apakah ayahnya terbelit utang dan terancam bangkrut sehingga harus meminjam modal pada pak Salam dengan bayaran perjodohan.
"Ya Allah! Kenapa aku tidak tanya dengan jelas sih alasan papa menerima perjodohan ini? Pasti ada alasannya. Lagian aku tidak kenal putra pak Salam seperti apa," gerutu Ayushita sambil mondar-mandir gelisah di dalam kamarnya.
Mulai hari ini dia dipingit oleh kakaknya yang sok mengatur itu. Ayushita heran, kenapa ayah dan ibunya malah setuju dengan tindakan kakaknya yang tidak masuk akal.
Ayushita cuma bisa berdoa semoga Arjuna segera pulang ke kota P dan mencarinya. Sekarang adalah kesempatan Arjuna untuk membuktikan keseriusannya terhadap hubungan mereka.
Jika Arjuna datang dan meminta restu di hadapan ayahnya maka kali ini dia akan sedikit melawan kedua orang tua dan kakaknya. Dia tidak akan membiarkan Arjuna berjuang sendiri. Dia akan memegang tangan Arjuna dan mereka akan berjuang bersama.
Tetapi jika Arjuna tidak datang dalam tiga hari ke depan, maka dia akan pasrah pada keputusan keluarganya. Mungkin sudah seperti ini jodohnya yang digoreskan oleh Allah di Lauhul Mahfuz.
****
Bagaimana situasi Arjuna setelah menerima kabar dari Firda? Hanya ada satu kata yaitu panik. Pria itu tidak pernah berharap keadaannya akan seperti ini. Semua baik-baik saja saat Ayushita pamit akan pulang ke kota P bersama Ayub, kakaknya.
Dalam kisah perjodohan Siti Nurbaya, Samsul Bahri tidak memiliki kesempatan memperjuangkan sang pujaan hati bahkan hingga dia meregang nyawa. Kali ini Arjuna tidak akan berdiam diri. Dia tidak ingin menjadi seperti Samsul Bahri yang menderita karena penyesalan hingga akhir hayatnya.
Sejak awal dia bertekad untuk memperjuangkan Ayushita sebab gadis itu layak untuk diperjuangkan. Maka kali ini dia tidak akan menjadi seorang pengecut. Dia akan membuktikan pada keluarga Ayushita bahwa dialah yang seharusnya berada di sisi sang gadis pujaan bukan orang lain.
Namun sialnya, ketika Arjuna berkemas untuk pulang ke kota P pada hari dia menerima kabar buruk tersebut, dokter Hendry malah menyeretnya ke ruang UGD. Satu keluarga, suami, istri dan satu anak mereka terlibat kecelakaan dengan kendaraan bermotor. Arjuna harus menemani dokter Hendry di ruang operasi semalam suntuk. Keesokan harinya barulah Arjuna bisa bersiap berangkat ke kota P.
Arjuna memacu mobil sedannya dengan kecepatan rata-rata. Dia ingin segera tiba di kota P tetapi bukan berarti harus mengorbankan keselamatannya. Sesekali dia singgah sekedar beristirahat melepas lelah sekaligus mengisi perut. Pria itu yakin akan tiba tepat waktu di hadapan Ayushita dan keluarganya.
Perjalanan lebih kurang lima belas jam membuat tubuh Arjuna remuk redam. Tapi tak ada waktu untuk istirahat lagi. Sesuai dengan informasi dari Firda, hari ini adalah acara lamaran Ayushita. Dan dari gadis mungil itu pula Arjuna mendapatkan alamat rumah kekasih hatinya.
Arjuna memarkirkan mobil sedannya yang bermandikan debu selama perjalanan di halaman rumah ibunya. Suasana rumah tampak sepi. Tidak ada mobil sang ibu di dalam garasi. Hanya ada satu buah mobil berwarna putih yang entah siapa pemiliknya.
Arjuna segera berlari ke pintu rumah. Waktunya tidak banyak. Dia akan membersihkan diri sebentar lalu menukar mobilnya yang kotor dengan sepeda motor agar lebih mudah menembus kemacetan.
Ketika tiba di ruang tamu, Arjuna terkejut mendapati ayahnya dan Charly saudara tirinya sedang duduk di ruang tamu. Ayahnya memakai jas formal dan rapi. Sedangkan Charly memakai kemeja dan celana bahan yang rapi. Keduanya seperti bersiap pergi ke acara kondangan.
"Assalamu'alaikum! Ayah," sapa Arjuna langsung duduk di sofa samping ayahnya.
"Kamu sudah tiba? Bagaimana kabarmu?" balas ayahnya.
"Baik-- sehat. Ayah dan Charly mau kemana?" tanya Arjuna dengan kening berkerut.
"Ke acara lamaran," jawab ayahnya.
"Lamaran siapa?" Arjuna semakin bingung.
"Bukankah mamamu sudah memberitahumu kalau dia menjodohkan kamu dengan anak temannya. Tapi karena kamu menolak maka kami akan melamar gadis itu untuk Charly," jawab ayahnya.
"Apa? Bukannya Charly punya pacar?" tanya Arjuna sambil menatap Charly yang tampak santai.
"Gadis itu cantik sekali. Aku tidak bisa menolak," tukas Charly dengan senyum yang membuat Arjuna muak.
'Dasar playboy,' gerutu Arjuna. Dia menatap dingin ke arah Charly yang hanya tersenyum tidak jelas.
"Pergilah membersihkan diri lalu berangkat bersama kami. Mamamu sudah berangkat lebih dulu bersama Elvira," pinta ayahnya.
"Tapi ... saya tidak bisa ikut kalian. Ada hal penting yang harus saya lakukan, Ayah," ujar Arjuna.
"Urusan penting apa yang lebih penting dari acara lamaran," celutuk Charly.
"Bukan urusanmu," sergah Arjuna.
"Kamu harus pergi bersama kami, Nak. Ini perintah mamamu. Ayo cepat. Ayah tunggu," titah sang ayah.
Dengan berat hati Arjuna beranjak ke kamar yang biasa dia gunakan di lantai dua. Hatinya berkecamuk dalam kepanikan. Bagaimana dengan Ayushita? Kekasihnya pasti sedang menunggu dengan gelisah juga di rumahnya.
Arjuna hanya butuh waktu sepuluh menit untuk berbenah diri. Dengan mengenakan kemeja dan celana bahan berwarna hitam dilengkapi sepatu kulit berwarna cokelat, rambutnya disisir rapi serta ditambah parfum kesukaan Ayushita, Arjuna turun menemui ayahnya dan Charly yang masih sabar menunggu.
"Ayo, pakai mobil aku saja." Charly mendahului Arjuna dan ayahnya. Mereka lalu berkendara ke tempat lamaran dimana ibu dan adiknya sudah menunggu.
Selama perjalanan Arjuna begitu gelisah. Sesekali dia menempatkan ponsel ke telinga untuk menelepon seseorang. Namun sekian detik kemudian dia mengempaskan napas berat dengan wajah gusar. Ayahnya dan Charly menatap kesibukan Arjuna di bangku belakang lewat kaca spion tengah.
"Kak, kenapa sih menolak perjodohan yang diatur mama?" tanya Charly iseng.
"Saya bisa mengatur diriku sendiri. Tidak ada yang perlu ikut campur termasuk masalah calon istriku," tukas Arjuna dengan wajah datar.
"Jangan menyesal nanti ya," ujar Charly dengan kekehannya yang menyebalkan di telinga Arjuna.
Arjuna hanya mendengus mendengar ucapan saudara tirinya tersebut. Semuanya kacau gara-gara perjodohan gila ini. Sekarang dia sedang memutar otak bagaimana caranya dia bisa segera pergi dari acara konyol ini dan menemui Ayushita. Dia harus bisa meyakinkan orang tua dan kakak Ayushita untuk menerimanya.
Arjuna sibuk dengan pikirannya sehingga dia teralihkan dari acara lamaran Charly. Dia tidak memperhatikan tujuan mereka hingga mobil yang mereka kendarai tiba di depan sebuah rumah mewah dengan halaman asri dan terawat. Arjuna mengernyitkan kening sambil mengedarkan pandangannya.
"Dimana ini?" tanya Arjuna.
"Rumah calon mempelai wanita," jawab Charly.
Mereka turun dari mobil dan melangkah menuju teras rumah. Ketika kaki mereka menapaki teras, pintu terbuka dan tampaklah nyonya Indi dengan penampilan memukaunya.
"Kalian sudah datang ya," ujar nyonya Indi dengan senyum lebar.
"Lho, alamat ini seperti ...," kata Arjuna sambil memastikan ingatannya.
"Ayo masuk. Mereka sudah menunggu," potong nyonya Indi langsung meraih lengan Arjuna dan menariknya masuk ke dalam rumah. Suaminya dan Charly yang merupakan bintang di acara ini menyusul di belakang mereka.
Mereka tiba di ruang tamu yang telah di dekorasi sedemikian rupa untuk acara lamaran tersebut. Beberapa sudut ruangan dihiasi dengan bunga mawar putih yang dirangkai sedemikian rupa. Kursi-kursi diatur mengelilingi ruangan luas beralaskan karpet indah dan mahal. Banyak orang yang telah berkumpul di ruangan itu termasuk adiknya dan seorang gadis yang memakai kebaya berwarna pink.
Arjuna terpana ke satu titik dengan wajah penuh amarah.
"Ma, apa-apaan ini?" sentak Arjuna seketika.
Bersambung ....
๐๐๐
Maaf untuk update yang sangat slow. Saya menghadapi beberapa kendala di pekerjaan dunia nyata yang menyita perhatian untuk diselesaikan. Saya berusaha menabung tulisan tapi memang sulit untuk realisasinya. Saya tahu sebagian dari kalian kecewa. Maka maafkan author ini. ๐ญ๐ญ๐ญ