"Enggak Reen, gue gak nangis, mata gue berair karena asap rokok, pipi gue merah karena mabuk, gue gak nangis. Paham?"
Maureen mengangguk-angguk mengerti, meski wajahnya masih memperlihatkan ekspresi menggoda yang cukup jahil.
"Jadi, yang Kak Aldy bilang itu ... "
"Gue gak bilang apa-apa."
"Hmm ... Kalo gitu, aku—"
"Gak boleh!"
"Loh, emangnya aku mau ngomomg apa?"
"Apapun itu, gak boleh."
Maureen mengerti, mungkin Aldy masih berpikir bahwa ia akan mengatakan hal yang sama seperti sebelumnya, yaitu menyusul kepergian orangtuanya. Maureen bisa tahu, bahwa Aldy secara tak langsung menyatakan bahwa dirinya adalah orang yang akan merasa kehilangan jika Maureen juga ikut pergi.
Mengetahui hal itu, entah mengapa membuat hati Maureen berbunga-bunga.
Padahal Aldy tak mengatakannya secara jelas, namun Maureen mengerti maksudnya.