"aku ga percaya. bisa saja ini adalah tulisan untuk mengelabuhiku. andini, apa kau yang menulis ini?" tanya wiwit.
"tidak. a andrea yang menulisnya kok" jawab andini. tiba tiba serasa ada petir yang menyambarku. dia tak mengakuinya dan kini aku yang menjadi bahan ejekan teman temanku.
"lho kok gitu sih!! kan kamu yang nulis tadi!!" ucapku.
"nulis apaan sih? kan itu buku kamu. masa iya aku nulis dibuku kamu. emang aku ga punya buku?" elak andini. aku tercengang mendengarnya.
"tuh kan. andini aja ngga ngerasa. udahlah, An. kau jangan ngelak lagi." ucap wiwit.
aku pun terdiam dan pasrah melihat semua ini. sampai akhirnya semua ejekan itu berakhir, andini mendekat padaku dan dia berbicara.
"maaf, an." ucapnya sambil tertawa terbahak bahak. mendengar itu aku terdiam dan berfikir. andini egois. dia tak mau mengakui kesalahannya yang telah ia lakukan padaku. aku menjadi bahan ejekan teman temanku.
kini aku berfikir. apakah ini yang disebut dengan bully?
tapi teman temanku tak melakukan kekerasan kepadaku. mereka hanya mengolok olok aku dan menertawakan aku. aku tak suka padanya. aku berharap mereka semua mati saja. mereka tak lebih hanya kerumunan serangga yang menjijikkan. mereka tak ada gunanya buatku.
yaa, mungkin aku harus bersabar selama 3 tahun lagi. setelah itu aku akan lepas dari mereka.
lama kelamaan, hari berganti hari, dengan perlahan aku melupakan hal itu. aku pun berteman dengannya seperti biasa.
***
susana kelas bertambah riuh sejak ibu guru keluar dari kelas F tersebut. aku pun perlahan memasukkan buku pelajaran ke taski dan mulai menggantinya dengan binder berukuran sedang dan mulai tenggelan dalam hobby ku. tiba tiba andini menepuk pundakku dan mulai berbicara
"andrea, kamu hari jumat ini ikut exkul ga?" ujar andini dengan wajah ceria sambil menepuk pundakku.
"iya." jawabku sambil menengok ke arahnya.
"kalau gitu, nanti tunggu aku, ya." ujar andini.
'hm' bukanlah sebuah jawaban yang terdengar ditelinga andini. melainkan sebuah dehaman.
"an, hari sabtu malam kemarin, aku habis jalan jalan sama ayah. kamu tau ngga? aku jalan jalan dipasar malam itu loh. yang katanya pasar malamnya khusus untuk hari hari tertentu. aaahhhhh, aku seneng banget." ujar andini.
aku pun langsung mengerti tentang hal yang membuatnya senang hari ini. mungkin aku juga bisa. pas pulang sekolah nanti aku akan bicara dengan bu lis.
"waaahhh, itu hari hari tertentunya seperti hari apa? malam ini ada ga? " tanyaku. aku ingin sekali pergi kesana. sepertinya menyenangkan. oleh karena itu, sehabis pulang sekolah aku langsung ganti baju dan menemui bu lis.
"ibu, apa aku boleh ke pasar malam? kata temanku hari ini masih ada pasarnya." ucapku.
"tidak perlu. memangnya kau punya cukup uang untuk pergi kesana? aku sudah tak punya uang lagi. kalau kau bersedia kesana, silahkan pergi sendiri." jawabnya.
sungguh diluar ekspektasiku. aku mengira ibu lis akan setuju dengan apa yang aku pinta. ternyata sebaliknya. ya, mungkin aku harus sadar bahwa bu lis memang tak punya uang.
akhirnya aku pun pergi. dan mulai mengurung diriku didalam kamar. sesungguhnya, aku sangat ingin pergi ke pasar malam. namun apalah daya, keluarga ini memanglah keluarga tak punya. dan aku harus mengerti itu.
***
pagi telah tiba, suasana sekolah pun tak pernah sepi dari para siswa dan siswi. perlahan semuanya datang. tak terkecuali aku yang berjalan menuju kelas sendirian tanpa ditemani oleh teman. hingga sesampainya dikelas, aku kaget tiba tiba teman temanku bersorak sorak ke arahku.
dia menertawakan aku karena adegan kemarin. bukan hanya teman sekelas. melainkan kakak kelas juga. aku sedikit kesal mendengarnya. wajahku merah padam. aku hanya melirik satu satu diantara mereka tanpa menjawab.
ya tuhaaaannnn, ampunilah dosaku.
aku begitu malu. aku ingin membunuh mereka semua tuhan. mereka itu seperti halnya sampah yang tak berguna. mereka itu hanyalah permen kapas. jikalau mereka terkena air, maka mencairlah mereka.
apa aku boleh berkata kasar tuhan?
mereka sudah keterlaluan terhadapku.
aku ingin mati saja dan segera pergi dari dunia ini