sesampainya aku dikebun, aku pun langsung menuju lahan yang digarap oleh bapak dan bu lis. aku pun mengambil beberapa butir jagung dan memasukkannya kedalam lubang yang telah dibuat oleh bapak. hal itu kulakukan berulang kali hingga keringat ku bercucuran.
satu jam kemudian, aku melihat dari kejauhan terdapat bu lis yang membawa makanan untuk kami. aku pun berteduh sejenak untuk menikmati makanan yang dibawa oleh bu lis. makanan ini begitu lezat walaupun hanya dengan lauk yang sederhana. setidaknya lauk sederhana itu bisa mengenyangkan perutku.
aku tak pernah membayangkan hidup mewah dengan berbagai perhiasan yang menggantung dileherku. bahkan aku hanya membayangkan bahwasannya ku akan punya hidup yang sederhana, berkecukupan, dan bahagia.
sesimple itu.
tapi sayangnya harapanku tak sampai. semua itu hanyalah mimpi. dan aku tak mungkin bisa untuk meraih semua itu.
"huuuuu, lezatnya. bukankah begitu an?" ujar bapak.
" hem. iya lezaaat sekali." jawabku. aku tersenyum senang dan berdiri mulai mengerjakan tugas lagi.
bahagia itu sederhana tak perlu yang mewah untuk bahagia.
"pak, minggu kemarin andrea minta ke pasar malam itu." ujar bu lis. sembari mendengarkan aku memasukkan butir butir jagung ke lubang.
"terus bagaimana?"
"kita ga punya uang. jadi ya aku suruh andrea kesana sendiri. " ujar bu lis.
"andrea. kita ini keluarga yang ndak punya. kita ini ndak mampu kalo nurutin kemauan kamu. lah wong kamu tau sendiri. buat keseharian aja susah kok kamu malah minta macem macem." nasihat bapak.
"iya pak. andrea minta maaf." jawabku.
"kamu juga jangan ngikut kayak temen kamu. wong kita ini orang gak punya kok. kamu itu jadi orang jangan pernah ngeliat ke atas. ndilok mendisor wae. aja mendhuwur. wong nek ndelok menduwur iku bakal kesandung terus tibo. mending kamu itu liat ke bawah aja. ben ana watu ora kesandung" ujar bapak dengan kesan jawa yang kental.
bapak berkata, kamu itu jangan seperti teman kamu. jangan pernah lihat keatas. lihat kebawah saja jangan lihat keatas. jadi orang itu kalau lihat keatas dia akan kesandung terus jatuh. mending kamu lihat kebawah saja. biar kalau ada batu tidak kesandung.
ucapan itu begitu bermakna hingga kini. aku begitu mengingatnya dan menempel di ingatanku. meskipun aku agak kesal tapi aku tetap memakluminya. aku sayang kepada mereka.
mereka akan tetap ada dihatiku. aku menyayangi mereka seperti orang tuaku sendiri.
meskipun aku sering kesal terhadap mereka. mereka akan tetap ada dihatiku. mereka adalah orang tuaku.
sekarang kalian tau kan? bahagia atau tidaknya kita, itu tergantung dari kalian yang menghadapi masalah. semua masalah itu adalah pembelajaran bagi kita.
eittsss... tapi kisahku tak berhenti sampai disini saja. kau akan tau betapa mereka telah berkorban banyak untukku.