Chapter 5 - Lapar

detik dan menit pun berlalu. setelah aku mengikuti mata pelajaran jam pertama sampai jam ke empat, aku duduk diam dikelas tanpa beranjak ke kantin. perlahan membuka buku pelajaran dan mulai mengerjakan soal yang ada dibuku itu. aku lapar, tapi aku sungguh malu.

mereka tak punya hati untuk melakukan ini terhadapku. padahal bukan aku yang menyukainya. tetapi temanku. tapi entah mengapa aku yang dijadikan tumbal untuk kesalahannya yang didapatkan.

harusnya bukan aku yang dibully. harusnya andini yang dapat ejekan itu dan aku yang tertawa diatasnya. harusnya dia yang ditertawakan ifnu bukan aku.

aku menyesali semuanya dalam diam. mulai menyesali keadaan. mengapa dahulu aku mau berteman dengannya. tapi, sudahlah semua itu sudah berlalu. tak ada gunanya aku menyalahkan keadaan. mungkin memang ini jalannya.

'krucuk krucuk' sial !!! itu adalah bunyi dari perutku. aku lapar!!!!

gara gara teman tak berguna itu aku tak berani kekantin sekarang. aku sungguh malu. benar benar malu. sudah pasti ketika aku ada disana akan dipermalukan lagi. aku tak mau itu terjadi.

"kau tak lapar andrea?" ucap temanku. dia bernama regina.

"tidak" jawabku singkat. aku masih kesal terhadap teman teman.

"mengapa begitu?" tanyanya.

"aku tidak lapar."

"tapi perutmu sudah berbunyi. kalau kau tak mau ke kantin, lebih baik makan saja makananku." tawarnya.

namun aku tetap dengan pendirianku. "tidak." jawabku sambil menahan amarah.

"dita!! ini semua salah kamu. gara gara kamu andrea tak mau kekantin. dan dia sedang lapar sekarang. minta maaf sekarang juga!!" teriak regina kepada dita itu.

yang kuketahui dita itu bernama lengkap flora andhyta pramesti sujarwo. dia tinggi dan berkulit hitam serta memiliki wajah yang manis. tapi meskipun begitu, dia tak memiliki ucapan semanis wajahnya. dia sudah berkali kali membuatku kesal. dia mengejekku terus menerus. seperti halnya dia tak punya aib saja.

"memangnya aku salah apa regina? kan yang tidak mau makan andrea bukan aku. memangnya aku melarang dia makan? tidakkan? jadi biarkan saja lah dia. lagipula aku hanya bergurau saja. mungkin andrea saja yang terlalu serius." ucap dita.

"tapi andyta, apa kau tak punya hati? kau itu sudah keterlaluan. seharusnya kau sadar kau itu salah. cepat minta maaf !!" ucap regina tak mau kalah.

mendengar suara bising itu, aku tak bisa menemukan jawaban yang tepat untuk soal ini. jadi lebih baik aku menyuruh mereka diam saja.

"bisakah kalian diam? apa kau tak lihat kalau aku sedang mengerjakan tugas? lagi pula dhyta benar. dia hanya bergurau saja. tak usah lah kau pedulikan ucapan perempuan murahan seperti dia." ucapku. mungkin saking jengkelnya aku tak bisa mengontrol ucapanku hingga sedemikian rupa.

"apa maksudmu dengan perempuan murahan yang kau ucapkan itu?" tanya dita.

"apa namanya jika bukan murahan kalau kau baru pacaran saja sudah berciuman? bahkan aku berani bertaruh jikalau orang tuamu tak mengetahui akan hal ini." ucapku.

wajah dita pucat pasi. dia sepertinya memang takut kalau orang tuanya tau.

kebetulan 2 hari yang lalu, jam 13.00 WIB, aku melihat dita berciuman dengan pacarnya. baru juga pacar, aku bahkan bisa menebaknya setelah itu pasti ia akan putus. dan benar, sehari setelahnya dia putus dengan pacarnya itu. ups, mantan. apakah dia sudah jadi barang bekas sekarang?

"bisakah kau tidak bicara kepada orang tuaku?" ucap dita.

mendengar ucapannya, aku hanya diam dan tersenyum masam. kemudian datanglah ibu guru. dita pun mengaduh.

"aduuuuuhhhhhhh, andrea apa salahku kepadamu? mengapa kau melemparku dengan bola ping pong ini. ini begitu sakit andrea. apa kau tak bisa merasakannya jika bola ini kulempar kearahmu?" ujar dita.

"andrea, apa yang kau lakukan terhadap dita?" ucap ibu guru.

"memangnya apa bu? bukankah ibu sedari tadi melihat saya disini diam dan tak melempar bola itu kearahnya? lagi pula untuk apa aku membawa bola ping pong itu. sedangkan aku sendiri saja tak menyukai bola." jawabku dengan lantang.

"oh begitu. baiklah. dita silahkan keluar dari kelas saya." ucap bu guru.

" tapi bu..."

"mohon maaf dita, pintu keluar masuh sama dengan pintu masuk. silahkan"

melihat dita keluar pun aku ingin tertawa. yap aku berhasil. untung saja bu guru ini mengenalku.

akhirnya rasa laparku terbayar sudah..