Chereads / BUKAN SALAHNYA CINTA : Cintaku di Ujung Senja / Chapter 46 - KEJUTAN-KEJUTAN HANIN

Chapter 46 - KEJUTAN-KEJUTAN HANIN

Satu bulan kemudian....

"Mas," panggil Hanin pada Hasta yang terlihat masih meringkuk di tempat tidur.

Melihat Hasta tidak mendengar panggilannya Hanin meletakkan sisirnya di meja dan berjalan mendekati Hasta.

"Mas, bangunlah...aku harus ke kampus untuk persiapan wisuda nanti," ucap Hanin sambil mengusap lembut punggung Hasta.

Kening Hasta mengkerut.

Mendengar Hanin menyebut kata wisuda Hasta membuka matanya sedikit terkejut.

"Bukankah wisuda kamu masih dua bulan lagi Nin?" Tanya Hasta sambil mengusap wajah dan matanya agar bisa melihat Hanin dengan jelas.

"Benar...memang masih dua bulan lagi. Tapi aku perlu persiapan untuk mengisi acara wisuda tersebut Mas. Dan kebetulan aku menjadi salah satu vokal band kampus yang tampil nanti," jelas Hanin menjelaskan apa saja yang di persiapkan untuk wisuda akbar yang di gelar di kampusnya.

Hasta menatap Hanin tak berkedip, tatapan penuh kekaguman dan mendengar semua apa yang di jelaskan Hanin.

"Mas... kenapa kamu menatapku seperti itu?" Tanya Hanin sedikit gugup dengan tatapan Hasta.

Hasta tersenyum masih terpesona oleh kecantikan dan kepintaran Hanin dalam menjelaskan sesuatu yang penuh daya pikat.

"Mas Hastaaaa....jangan menatapku seperti itu. Aku jadi malu Mass," rengek Hanin dengan wajah bersemu merah.

"Aku menatapmu karena semakin terpesona oleh kecantikan kamu Nin. Saat kamu bicara dan melihat gerakan bibir kamu, aku sangat kagum dan ingin menyentuhmu," jawab Hasta dengan jujur apa yang ia rasakan.

"Aku jadi takut, kalau aku merasakan hal itu saat melihatmu. Bagaimana teman-teman kamu di kampus terutama yang laki-laki? Pasti mereka merasakan hal yang sama," lanjut Hasta masih dengan kejujurannya sambil menyelipkan anak rambut Hanin di telinganya.

Wajah Hanin semakin memerah mendengar semua ucapan Hasta tentang apa yang di rasakannya saat melihatnya.

"Hem...aku bahagia dengan kejujuran kamu Mas. Tapi dengan apa yang kamu pikirkan tentang teman-teman aku, aku rasa itu tidak benar. Teman-temanku tidak ada yang merasakan hal itu," ucap Hanin sangat yakin dengan apa yang ia katakan karena selama kuliah di kampus Hanin hanya berinteraksi dengan teman-temannya perempuan. Karena ia sadar juga, semua teman-temannya sudah mengetahui kalau dia sudah menikah muda.

"Apa kamu yakin Nin? teman-teman kamu yang laki-laki tidak ada yang menyukai kamu?" Tanya Hasta dengan tatapan semakin intens.

Hanin menggelengkan kepalanya dengan sebuah senyuman tertahan.

"Tidak ada sama sekali. Karena mereka tahu aku sudah menikah dengan seorang pria tampan yang sangat di hormati di desa," sahut Hanin sambil memicingkan matanya dan senyuman yang mengembang.

Hasta sedikit terhenyak baru menyadari kalau Hanin dari remaja sudah berstatus sudah menikah dan semua warga di desanya tahu kalau Hanin adalah istrinya.

"Maafkan aku Nin, kenapa aku sampai melupakan kalau kamu sudah menikah. Kenapa di pikiranku kamu masih gadis remaja sama seperti teman-teman kamu. Maafkan aku ya Nin," ucap Hasta merasa malu dengan apa yang ia pikirkan.

"Tidak perlu minta maaf Mas. Aku senang kamu berpikir seperti itu. Itu tandanya secara tidak langsung ada perasaan cemburu di hati kamu Mas," jelas Hanin sambil mengusap lembut wajah Hasta yang masih terlihat merah.

"Mungkin saja Nin. Bolehkan aku merasa kuatir tentang hal itu?" Ucap Hasta sudah kepalang basah ketahuan rasa cemburunya.

Hanin menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Tidak boleh Mas. Aku tidak mau kamu berpikir seperti itu yang akan membuat hati kamu terluka. Karena hal itu tidak akan terjadi. Aku sudah menikah dan mereka mengetahui hal itu," sahut Hanin menegaskan apa yang tidak ingin di pikirkan Hasta tentang dirinya.

Mendengar jawaban Hanin, Hasta tersenyum bahagia kemudian menarik pelan pinggang ramping Hanin dan memeluknya sangat erat.

"Terimakasih atas kasih sayangmu padaku Nin. Kamu selalu membuatku bahagia," bisik Hasta merasakan ketenangan saat memeluk Hanin.

"Aku juga berterimakasih padamu Mas. Asal kamu tahu, kamu adalah kebahagiaanku Mas. Tidak ada yang lain selain kamu di hatiku," ucap Hanin memastikan perasaannya agar Hasta selalu merasa bahagia tanpa merasakan kesedihan hatinya.

Hasta semakin mempererat pelukannya tidak ingin jauh-jauh dari Hanin.

"Sudah cukup belum memelukku Mas, aku harus ke kampus pagi ini," ucap Hanin mengingatkan Hasta yang tidak melepaskan pelukannya.

"Aku antar ya Nin?" Ucap Hasta masih memeluk Hanin dengan manja.

"Jangan Mas, kamu masih sakit. Sebaiknya istirahat saja di rumah," sahut Hanin tidak tega melepaskan pelukan Hasta yang semakin erat.

"Aku sudah lebih baik dengan bercinta kemarin Nin, aku antar ya...?" Ucap Hasta keras kepala dengan keinginannya.

Hanin menghela nafas dalam selalu tidak bisa menolak keinginan Hasta.

"Baiklah Mas, tapi ada syaratnya...." Sahut Hanin dengan kalimat menggantung agar Hasta penasaran.

"Syarat apa Nin?" Tanya Hasta dengan kening berkerut.

"Emmm....kita mandi bersama dan bercinta," jawab Hanin dengan sebuah kerlingan mata menggoda.

"Uhukk... uhukk... uhukk "

Seketika Hasta terbatuk-batuk mendengar persyaratan Hanin di luar pemikirannya.

"Tapi Hanin, baru kemarin kita bercinta," jelas Hasta mengingatkan Hanin walau tak urung juga tak bisa menolak keinginan Hanin yang membuatnya bahagia.

"Apa kamu menolak keinginanku Mas? Apa kamu merasa lelah?" Tanya Hanin mendekatkan wajahnya pada wajah Hasta dengan suara manja.

"Bagaimana aku bisa menolak keinginanmu Nin. Aku hanya tidak percaya dengan keinginan kamu yang selalu membuatku terkejut," sahut Hasta menangkup wajah Hanin yang sangat dengan wajahnya.

"Aku akan selalu memberikan kejutan-kejutan yang membuatmu bahagia Mas. Itu janjiku padamu," ucap Hanin seraya melepas kedua tangan Hasta yang ada di wajahnya.

"Aku mau ke kamar mandi menyiapkan air hangat untukmu. Cepat susul aku ya Mas," ucap Hanin dengan sebuah kerlingan manja beranjak dari tempatnya dan berjalan masuk ke kamar mandi.

Hasta tersenyum menatap tubuh Hanin yang menghilang di balik pintu kamar mandi.

"Terimakasih dengan semua rasa cintamu padaku Nin. Setidaknya sebelum kamu hamil aku bisa merasakan kebahagiaan dan kehangatan darimu. Dan semua itu akan menjadi kenangan yang tak akan pernah aku lupakan sampai aku mati," bisik Hasta dengan dada selalu terasa sesak setiap mengingat apa yang sudah ia putuskan demi kebahagiaan Hanin.

Dengan menahan rasa sedihnya, Hasta turun dari tempat tidur dan berjalan gontai ke kamar mandi di mana Hanin sudah menunggunya.

"Kamu sudah datang Mas, aku sudah tak sabar menunggumu di sini," ucap Hanin dalam keadaan setengah berbaring di lantai tanpa ada sehelai benang di tubuhnya.

Hasta menelan salivanya sangat terkejut dengan apa yang di lakukan Hanin.

"Hanin??apa yang kamu lakukan? Bangunlah, kamu nanti masuk angin Nin," ucap Hasta mendekati Hanin berniat membantunya berdiri.

Namun apa yang di lakukan Hanin lebih cepat dengan apa yang ia lakukan, Hanin menarik tangannya hingga terjatuh dalam pelukan Hanin.

"Pagi ini aku akan membuatmu bahagia Mas," bisik Hanin kemudian menggigit lembut daun telinga Hasta.