Chereads / The_Commoner / Chapter 12 - Alfano Gibadesta

Chapter 12 - Alfano Gibadesta

Kissela berjalan ke ruangan milik staf rumah sakit. Dokter Danu memintanya mengambil surat pemecatan nya . Mau tidak mau Kissela tidak menolaknya walau dia masih belum menerima ini semua.

"Sarah, aku ingin mengambil surat pemecatan dokter Danu" ujar Kissela pada salah satu staf disana.

"Aku sangat sedih mengetahui dokter Danu harus di pecat, tidak ada dokter setampan dan sebaik dia disini" dengan sedikit ketidak relaan gadis itu memberikan sebuah amplop.

Namun seseorang telah merebutnya terlebih dahulu.

Srett!

Suara sobekan sebuah kertas membuat semua terkejut begitu juga Kissela, Fano merobek surat itu menjadi dua.

"Batalkan pemecatan dokter Danu sekarang" ujarnya datar.

"Kau ikut denganku" lanjutnya menarik lengan Kissela.

Kissela yang merasa bingung hanya pasrah saat lengannya ditarik oleh Fano keruangan nya.

"Apa yang anda lakukan? Apa anda serius membatalkan pemecatan ini?" Tanya Kissela penuh harap

Mati-matian Fano menahan diri untuk tidak memeluk gadis di depannya ini karena menunjukkan wajah yang sangat imut di depannya.

"Ya. Kau senang?" Tanya Fano masih menatap wajah Kissela.

Kissela mengangguk cepat, tersenyum lebar menatap nya seperti anak kecil yang mendapat banyak permen.

Fano tersenyum tertahan.

"Aku harus ke toilet" ujar Fano dengan cepat memasuki kamar mandi meninggalkan Kissela yang menatapnya dengan senyuman.

Didalam toilet Fano mencoba mengatur nafasnya.

"Kau harus tenang, kendalikan rasa sialan ini dan tenang lah Fano" ujarnya mengingatkan diri sendiri.

Dengan segera ia keluar dari ruangan pengap itu. Kembali menghampiri Kissela yang sedang duduk di sofa ruang kerjanya.

"Kau.." ujar mereka bersamaan, "kau lebih dulu" lanjut Fano dengan canggung.

"Kau sudah makan? Aku akan memesan makanan jika kau mau aku pesankan juga" tawar Kissela.

Fano tersenyum, "ya, kurasa boleh juga" ujar Fano.

Dengan cepat Kissela memesan makanan dengan telpon kantor.

"Tunggu sebentar lagi pasti datang, aku pesankan udang saus asam manis" ujar Kissela tersenyum.

Fano tersenyum, kembali menatap Kissela.

"Emm boleh aku bertanya?" Tanya Fano yang dibalas anggukan kecil.

"Apa hubungan mu dengan dokter Danu? Malam itu tidak sengaja aku melihatnya memberikanmu sebuah cicin" seru Fano dengan wajah serius.

"Aku menganggap dokter Danu sebagai kakak ku, dia ingin melamar kekasihnya tapi besok paginya dia malah di pecat" jelas Kissela tertunduk.

"Tidak usah memasang wajah seperti itu, aku sudah membatalkan pemecatan nya kan?" Seru Fano.

"Kenapa?" Tanya Kissela menatap dalam pada Fino yang terlihat salah tingkah.

"Ehm, karena menurut ku dia masih dibutuhkan" jawab Fano dengan cepat.

"Ya, benar dia sangat berbakat dan sangat baik"

"Aku juga baik" seru Fano dengan sedikit cepat.

Kissela menatap nya dengan senyum dan menarik telapak tangan Fano pada genggamannya. Membuat debaran jantung Fano menggila.

"Ya kau sangat baik, aku baru menyadari nya" ujar Kissela dengan senyum manis.

Fano menenangkan debar jantung nya lalu membalas dengan tersenyum.

Tok tok tok

"Itu makanannya, ya! Masuk!" Seru Kissela.

Masuklah seorang perawat yang langsung menatap keduanya dengan terkejut.

"Ini pesanan nya"

"Sini Kinan, bawa sini" ujar Kissela.

Setelah semua makan tersedia keduanya menyantap makanan dengan hikmat sesekali berbicara dengan santai.

"Gimana? Enak gak? Ini makanan favorit aku loh" tanya Kissela pada Fano yang sedang meminum segelas air.

"Lumayan untuk kantin sebuah rumah sakit" jawab Fano yang membuat Kissela tersenyum.

"Fano, wajahmu merah apa kau baik-baik saja?" Tanya Kissela .

"Tidak aku baik-baik saja, hanya sedikit pusing" setelahnya Fano batuk terus menerus.

"Kau kenapa hei, ayo ikut dengan ku" seru Kissela dengan cepat memapah Fano kearah luar .

"Tolong! Siapkan kursi roda!" Serunya dengan cepat.

"Tenanglah Kissela aku baik-baik saja" ujar Fano dengan tersenyum.

"Kau diam saja, aku akan memberimu obat" dengan sigap Kissela memberikan oksigen pada hidung Fano.

Fano menghembuskan nafas kasar, merasa malu pada saat langka seperti saat ini ia justru sakit karena hewan berotak kecil itu.

Kissela mendorong kursi roda itu kearah IGD dan menjelaskan semua yang terjadi pada dokter disana.

Menunggu di luar Kissela hanya bisa memandang pintu IGD tak tahan jika harus di dalam, melihat Fano yang sesak karena kelalaiannya.

^^^^^

Ganesa berjakan kearah ruang IGD dengan membawa infusnya, ia menemuka Kissela yang menunggu di depan ruangan.

"Kissela kau baik-baik saja?" Tanya Ganesa duduk di sebelah Kissela.

"Ya aku baik-baik saja, tapi tidak dengan sahabat mu" ujarnya lalu menangis. " Ini karena kelalaian ku kalian bisa melaporkan ku ke polisi" lanjutnya dengan air mata yang semakin deras.

"Dia yang bodoh, sudah tau akan alergi tetap dia makan" ujar Ganesa mendengus.

"Tapi aku yang memesannya,"

"Ya. Dan harusnya anak bodoh itu tidak memakannya" jelas Ganesa.

Kissela terkekeh kecil melihat Ganesa yang seperti ayah bagi Fano. Ia terlihat sangat peduli pada sahabatnya itu walaupun sedikit ditutupi dengan sikap dingin nya.

"Kenapa kau terkekeh tadi kau menangisi si bodoh itu" ujarnya.

"Kau tidak cocok dengan wajah itu, kau harus menunjukkan ekspresi wajah mu ini" seru Kissela mencubit kedua pipi Ganesa yang membuat nya mendapatkan tatapan tajam dari pria dingin itu.

Suara pintu terbuka mengalihkan keduanya dengan cepat Kissela menghampiri dokter yang baru saja keluar.

"Bagai mana dok, apa dia baik-baik saja?" Tanya Kissela.

"Tenanglah dia baik-baik saja, sesaknya perlahan berangsur hilang dan kulitnya nanti akan kembali lagi.

Kissela menghembuskan nafas lega, sedang Ganesa mendengus lalu masuk melewati kedua dokter itu untuk masuk melihat sahabatnya yang bodoh itu tak lama Kissela pun ikut masuk kedalam IGD.

"Kau? apa yang kau lakukan disini?" Tanya Fano saat melihat Ganesa dihadapannya dengan wajah datar.

"Melihat kebodohanmu, bisakah kau belajar untuk berfikir dahulu sebelum bertindak!" Seru Ganesa.

Fano memejamkan matanya ia sangat malu karena ketahuan Ganesa bahwa ia melakukan hal bodoh hanya untuk bisa dekat dengan Kissela.

"Aku tadi tidak tahu itu udang" balasnya asal membuat Ganesa mendengus.

"Kamar rawat mu berdua saja dengan ku, kau terlalu bodoh untuk sendiri" ujar Ganesa lalu pergi meninggalkan Kissela di sana.

"Hei! Aku bukan anak kecil lagi!" Serunya yang langsung bungkam saat melihat Kissela di sana sedang menatap kearahnya dengan wajah sendu.

Gadis itu berjalan mendekati Fano, dengan tertunduk.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Kissela dengan ragu.

"Ya ini akan membaik dengan cepat" jawab Fano mencoba menenangkan gadis di depannya.

"Aku sungguh minta maaf aku tidak tahu kalau kau ternyata alergi terhadap udang" seru Kissela mulai terisak.

"Hei.. sudahlah jangan menangis, aku baik-baik saja kau bisa melihatnya, ini hanya merah biasa" Fano menarik lengan Kissela mendekat lalu mendekapnya.

Membawa Kissela bergabung bersamanya, membuat rasa nyaman yang membuat mata Kissela perlahan terpejam di tengah isakkan nya.