Chereads / The_Commoner / Chapter 14 - Ganesa Raiden

Chapter 14 - Ganesa Raiden

"Ini gila! Bagaimana cara agar aku bisa keluar dari ruangan ini" ujar Cath berbisik.

Saat ini ia sedang berada didalam toilet, terduduk diatas closed sambil berpikir cara untuk keluar dari ruang rawat Ganesa sebelum dia ketahuan mencuri di rumah sakit ini.

"Apa aku harus lari saja, ayolah Cath mana otak cerdikmu itu"serunya sambil memukul dahinya.

Dengan perlahan ia membuka sedikit pintu kamar mandi dan mengintip keadaan di luar sana. Terlihat ketiga pria itu sedang asik dengan obrolan mereka.

"Ini kesempatan terakhir untuk bisa kabur, kau pasti bisa Cath" gadis itu mengepalkan tangannya menyemangati diri.

Perlahan ia membuka pintu toilet dan berdiri sebentar saat Ganesa menatapnya dengan penuh selidik. Lalu kembali menatap kedua sahabatnya dan tenggelam dalam obrolan mereka yang sempat tertunda.

Cath tersenyum dan memandang kearah pintu keluar, sekarang!.

Dengan cepat Cath berlari keluar tanpa menoleh sedikitpun.

"Astaga! Apa yang dilakukannya? Kenapa dia lari seperti kuda?" Seru Leo.

Al mendengus menatap Ganesa yang sedang memijat keningnya sambil tersenyum.

"Apa kau memaksanya untuk bersamamu? Kau seorang dominan?" Tanya Al yang membuat suara tawa Ganesa terdengar menyeramkan.

"Dia seorang pencuri. Dia berniat mencuri alat medis di rumah sakit ini" ujar Ganesa dengan senyum menatap kedua sahabatnya.

"Apa!"

"Pencuri?" Seru keduanya bersamaan.

"Ya, dan dia juga yang menolong ku kemarin, dia yang menjahit lukaku ini" Jawab Ganesa lalu memejamkan matanya sambil bersandar di sofa.

"Lalu? Kau akan membiarkan nya pergi begitu saja?" Tanya Leo.

"Tentu tidak" jawab Ganesa menunjukkan handphone milik nya.

Leo tertawa saat tau apa yang sudah dilakukan sahabat nya itu.

"Kau memang putra Raiden" ujar Al dengan mendengus.

^^^^^^

Cath masih berlari di trotoar lalu berhenti di balik pohon besar untuk mengambil nafas.

"Astaga, aku berlari sangat jauh ini benar-benar pencapaian baru untuk ku" seru Cath sambil mengatur napas.

Ia melihat kesekelilingnya lalu menghembuskan napas lega. "Pria-pria lemah itu mana bisa menandingi keahlian ku dalam berlari" ujarnya lagi sambil tertawa.

Dengan tenang ia melangkah keluar dari persembunyiannya lalu memberhentikan sebuah taxi lalu pergi untuk pulang.

"Hari yang melelahkan" ujarnya sambil merebahkan kepalanya di sandaran kursi mobil.

^^^^^

"Aku akan melamar Kissela!" Seru Fano dengan cukup keras.

Namun ketiga sahabatnya justru acuh dan terus sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

"Hai! Kalian mendengar apa kata ku?" lanjutnya lagi.

"Iasshhh ya! Aku mendengar mu, tapi apa kau pikir dia akan menerima laki-laki yang tidak pernah menyatakan cintanya? Kau terlalu percaya diri" seru Al. Yang kehilangan fokusnya saat sedang melihat harga sahamnya.

"Emm aku rasa aku tidak butuh seperti itu, kita tidak perlu bilang cinta untuk bersama" ujar Fano dengan nada ragu.

"Jauhi Kissela kalau begitu" balas Leo.

"Apa katamu?!" Seru Fano.

"Kalian pergilah dari ruangan ini, aku tiba-tiba ingin tidur" sela Ganesa yang melangkah menuju tempat tidur nya.

"Dia berani mengusirku dari rumah sakit ku sendiri" seru Fano yang menatap Ganesa.

Ganesa masih terus fokus menatap MacBook di pangkuannya. Sesekali ia tersenyum dan sesekali ia terkejut.

"Baiklah kami pamit, kau istirahat lah" ujar Al dengan tenang melangkah keluar ruangan itu.

Ganesa menatap pintu yang baru saja tertutup lalu mengambil handphone nya.

"Siapkan mobil untuk ku sekarang" ujarnya singkat.

^^^^^

"Akkhh akhirnya" seru Cath sambil berguling diatas tempat tidur nya.

Ia memeluk bantalnya dengan penuh rasa nyaman. Lalu terduduk dan menatap kesekeliling rumah nya.

"Aku harus makan" ujarnya berjalan kearah sebuah kulkas "ck setidaknya aku bisa makan" lanjutnya saat melihat isi kulkas nya.

Susu dan selembar roti gandum. Ia berjalan kearah sebuah sofa usang dan menyalakan tv butut milik nya.

"Berita nya tidak ser.." Kalimatnya tertahan saat melihat wajah Ganesa di tv bututnya.

"Dia? Siapa dia sebenarnya?" Gumam Cath pelan.

Berita itu membahas tentang pengusaha muda dunia. Dan Ganesa ada di urutan ke tiga dari pewaris tatah beberapa kerajaan.

Ia buka pangeran hanya pengusaha sukses. Namun ada berita yang lebih mengejutkan.

"Dia_ gay!?" Seru Cath kencang.

Gadis itu menggeleng cepat dan menghabiskan makanannya lalu berjalan kembali ke tempat tidur nya.

"Sudah ku duga dia terlalu Maco untuk menjadi normal" ujar nya dengan terkekeh .

Perlahan rasa kantuk menyerangnya menelannya perlahan menuju sebuah mimpi.

Klik!

Suara langkah sepatu mendekat. Namun tidak menggangu tidur Cath barang sedikit.

"Kucing liar, kau terlihat sangat penurut saat seperti ini" ujar Ganesa.

Ganesa meninggalkan rumah sakit untuk pergi ke gedung kumuh ini demi memenuhi rasa penasaran nya.

Dengan perlahan ia duduk di sisi tempat tidur yang kosong. Menatap wajah Cath dari jarak cukup dekat.

"Bajingan tengik! Kau homo?" Seru Cath dalam tidurnya. Membuat Ganesa mengulum senyum manisnya.

"Kau percaya gosip sialan itu? Kau sangat bodoh" ujar Ganesa pada gadis yang masih tidur dihadapannya itu.

Perlahan Ganesa melepas jasnya lalu kemejanya dan merebahkan tubuhnya di sebelah Cath yang masih sibuk di dunia mimpi nya.

"Cukup kau harus diam dan tidur sekarang, aku juga lelah" ujarnya menatap Cath.

Keduanya tidur di atas tempat tidur yang sama, berbagi ranjang tanpa melakukan hal lain selain tidur.

Memangkas waktu dengan sebuah mimpi.

Sampai siang menjelma menjadi sore yang sunyi. Ruangan itu semakin dingin dan lembap membuat keduanya mencari kehangatan. Dengan perlahan Cath memeluk tubuh kekar Ganesa dan menyandarkan kepalanya di dada bidang milik pria itu.

"Hangat, nyaman sekali" gumamnya.

Ganesa membiarkan nya dan memilih melanjutkan tidurnya.

^^^^^

Suara dering handphone terdengar fi kegelapan malam. Dengan cepat Cath meraba tempat tidur nya mencari keberadaan handphone itu.

"Ahh kau gila, singkirkan tangan mu" seru Ganesa saat Cath tak sengaja memegang selangkangan nya.

"Ha oke sorry" balas Cath dengan mengantuk.

Namun tubuhnya kaku seketika, matanya terbelalak saat ia melihat seseorang tertidur di sebelah nya.

"Aaaaaaaa" ia berteriak dengan keras.

Dengan sigap Ganesa membungkam mulut gadis itu hingga keduanya berada di posisi dimana Ganesa berada di atas tubuh Cath yang terasa kaku untuk digerakan.

"Jangan berteriak, aku sangat pusing dan ingin beristirahat" ujar Ganesa yang merebahkan kepalanya di ceruk leher Cath.

Membuat Cath mati-matian menahan rasa geli akibat hembusan napas Ganesa di lehernya.

"Oke.. sekarang bisakah kau menjauh dari ku?" Tanya Cath dengan setenang mungkin.

"Emm ini nyaman aku suka" jawabnya sambil mengendus ceruk leher putih Cath yang membuat mata gadis itu membola.

"Parfum apa yang kau pakai, aku menyukainya sangat manis" ujar Ganesa semakin merapatkan tubuh mereka.

Cath Sangat bingung harus berbuat apa, akhirnya ia memilih memejamkan mata sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat agar tidak mengeluarkan desahan akibat rasa yang ditimbulkan bibir Ganesa di lehernya.