Chereads / Alifah, Kaulah yang Kumau / Chapter 22 - Kencan

Chapter 22 - Kencan

"Terima kasih. Oh iya tadi kenapa kamu ada di barisan kelas Aku pas kita upacara? Tapi tidak lama kemudian kamu main pergi saja. Baru juga aku mau sapa"

" Tadi aku telat, berhubung karena barisan kalian paling dekat ya aku gabung saja" Balas Alif berkilah. Terserahlah jika Alifa mau percaya atau tidak. Pandangannya masih belum terlepas dari tiga cewek yang masih bercengkerama di teras Musollah. Khususnya pada Alifah. Entah kenapa tidak ingin lepas menatap gadis itu.

***

Sepulang dari sekolah Alifah istirahat dalam kamar mawar, sambil menemani adiknya tidur. Pikirannya masih berkecamuk, memikirkan nasibnya bener-bener berubah hanya dalam seminggu ini, bahkan dirinya sudah menjadi seorang istri. Ingin rasanya ia tidak mau menerima kenyataan ini. Bukan karena dirinya menikah muda, melainkan karena pernikahan ini bohongan. Tidak Sah, apalagi dirinya harus satu ruangan dengan seorang laki-laki yang jelas bukan mahromnya. Semoga satu tahun cepat berlalu, dan ketika sang eyang mengetahui semua ini, penyakit jantungnya tidak kumat. Atau semoga si gadis yang mereka cari cepat di temukan.

Tidak selang berapa lama dia segera bangkit menuju kamar Alif alias kamar mereka, ia ingat punya tugas yang harus di selesaikan hari juga. Sebab besok harus di kumpul. Sebenarnya tugasnya sudah selesai setengahnya dan ia ingin mengerjakannya agar nanti malam waktunya cukup untuk mengajar Mawar membaca.

Di tengah keseriusannya mengerjakan tugas, tiba-tiba pintu kamar terbuka yang cukup mengagetkan Alifah, sedetik kemudian muncullah sosok Alif. Untung saja dirinya berpakaian lengkap. Tapi dirinya memang berpakaian lengkap di kamar Alif sih. Takut tiba-tiba Alif nongol seperti tadi.

Tidak lama setelah itu....

"Yakkkk.. . Apa yang lakukan??? " teriak Alif histeris sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Bagaimana tidak histeris, Alif tiba-tiba saja membuka baju dan celananya dan hanya menyisakan celana boksernya. Tidak bisalah dia mengganti bajunya di kamar mandi? Tidak sopan!!!

" Ayo ikut saya" ucap Alif setelah memakai pakaiannya kembali. Tanpa menghiraukan keterkejutan Alifah karena dirinya tiba-tiba mengganti pakaiannya di hadapan Alifah. Bagaimana lagi, dia tidak punya banyak waktu.

" Kemana?"

"Tidak usah banyak tanya. Ayo buruan" jawab Alif sedikit memaksa

"Kamu saja yang pergi. Saya lagi banyak tugas. Dan harus selesai hari ini juga." tolak Alifah. Dirinya tidak mau ikut dengan Alif, apalagi perginya Cuma berdua. Dan pastinya mereka akan naik motor. Oh Big No.

"Kamu tidak bisa menolak" geram Alif karena Alifa seakan mengundur waktunya padahal dirinya ingin cepat-cepat ketemu dengan seseorang.

"Kalau kamu mau pergi, pergi saja. Tidak usah ngajak-ngajak saja" tolak Alifah kekeh.

"Kamu akan menyesal jika menolak Alifah. Kamu tau apa pun kemauan saya kamu harus ikuti. Bukannya suami harus di taati. Bukannya kamu tau lebih banyak dari pada saya? " Balas Alif sambil mendekati Alifah. "Ayo cepetan!!! Kita tidak punya banyak waktu. Atau kamu mau saya seret?"

"saya siap-siap dulu kalau begitu" kata Alifah ada akhirnya.

" Tidak usah. Kamu sudah siap dengan pakaian kamu itu" kata Alif sambil menyeret Alifah keluar.

"Eh astagfirullah... " pekik Alifah. Ya Allah bagaimana ini mereka berpegangan tangan. Bukan.. Lebih tepatnya dirinya yang di pegang alias di seret. "Tidak pake seret segala kan bisa"

protes Alifah. Sungguh dia tidak ingin bersentuhan. Lebih baik dirinya bersentuhan dengan besi yang sudah membara yang bisa mengakibatkan otaknya mendidih dari pada bersentuhan seperti ini.

"Cara jalan kamu seperti siput. Lebih baik di seret seperti ini" Kata Alif tidak peduli dengan permohonan Alifah. Iya emang benar kan cara jalan Alifah seperti siput, alias lama. Dia memang gadis aneh, Tomboy tapi kok gitu.

Ya apa pedulinya Alif dengan dirinya. Toh pastinya Alif mengira dirinya bebas melakukan apa pun, kan mereka telah menikah. Halal. Bersentuhan seperti ini pastinya sudah biasa. Memeluknya semalam saja Alif santai. Tapi apakah Alif sudah menganggap Alifah sebagai Istrinya? Rasanya mustahil. Bukan kah kemarin-kemarin dirinya ngotot menolak percaya dan menganggap dirinya palsu. Dan jika saat ini Alif menganggapnya sebagai istri, bukanlah terlalu cepat?

"Ehh kalian mau kemana? Sampai Alifah di seret segala. Kalau kalian jatuh dari tangga bagaimana? " Tegur Eyang. Khawatir melihat tingkah cucunya . Bayangkan saya Alif menyeret Alifah turun tangga kan bahaya.

"Kami keluar dulu ya Eyang " ucap Alif meminta izin saat dirinya sudah sampai di hadapan Eyang.

"Emang kalian mau kemana?"

"Kencan Eyang " jawab Alif santai yang membuat Alifah kaget tidak percaya atas jawaban Alif. Tapi lain halnya dengan Eyang yang langsung tersenyum secerah matahari di pagi hari.

"Walah... Eyang senang dengarnya kalau begitu. Kalian memang harus sering-sering jalan berdua biar akrab. Ya sudah hati-hati ya. Tapi itu Alifah jangan di seret dong. Enggak romantis banget sih" Nasehat Eyang.

"Alifah lambat eyang." Bela Alif. "kami pergi dulu Eyang. Assalamu'alaikum" pamit Alif sambil mencium punggung tangan Eyangnya yang di ikuti Alifah.

"Wa'alaikum salam. Jangan ngebut ya"

"Iya Eyang " balas Alif masih menyeret Alifah, menghiraukan nasehat Eyangnya barusan.

Tiba di garasi Alif memberikan helm ke Alifah, tapi seperti tadi Alifah kembali membuat kepala Alif bertanduk.

"Alifah, tolong jangan buat waktuku habis. Pake helmnya SEKARANG! " Geram Alif.

"Bukannya saya tidak mau ikut, tapi masa iya saya naik motor segede ini sementara pakaian saya seperti ini" bela Alifah, sekaligus menyadarkan Alif.

"Astaga..... " Gemas Alif entah pada siapa. Kemudian dirinya kembali menyeret Alifah ke motor yang ada di pojok ruangan. Motor itu sangat jarang ia pake jadi sengaja ia parkir agak jauh dari pintu dan tempatnya terpisah dengan kendaraan yang lain. Tapi di liat dari posisi motornya itu sangat membuang waktunya. Benar-benar menyebalkan. Tapi dia juga tidak tega memaksa Alifah naik motornya yang gede.

"Buruan pake helmnya. Jangan banyak alasan lagi"

Dengan terpaksa Alifah memakai helm yang di sodorkan Alif padanya. Meski tidak ikhlas dia harus menurut kan.

"Pegangan!!" perintah Alif saat mereka sudah menjalankan motornya. Dirinya harus cepat-cepat menemui seseorang yang lagi membutuhkan dirinya. Dan sekedar informasi, ini baru pertama kalinya dia membonceng seorang cewek. Bahkan Alifah sahabatnya pun belum sama sekali ia bonceng. Hanya Rivallah yang terkadang dia bonceng, itu pun jarang. Wajar jika dirinya memerintahkan Alifah istrinya untuk pegangan agar tidak jatuh. Bukan karena modus ya. Dia hanya takut nanti Alifah jatuh tanpa ia sadari. Bisa-bisa dia dikeluarkan dari kartu keluarga jika cucu menantu neneknya dia buat lecet.

Dan ini juga pengalaman pertama Alifah di boncengin selain ayahnya. Sudah tau kan alasannya apa. Tak perlu di jelaskan.

Kalau Alasan Alif sih, karena dirinya tak pernah punya teman cewek selain Alifah. Pacaran ia juga tidak pernah. Kan dia sudah punya Alifah. Dia menganggap Alifah sudah cukup baginya. Dan Alasan dia tidak pernah membonceng Alifah sahabatnya, iya karena kalau mereka jalan dia tidak pernah membawa motor. Di samping itu dia juga menjaga keselamatan sahabatnya, takutnya dia tiba-tiba ngebut dan membahayakan nyawa sahabatnya. Jadi lebih baik dia menghindarinya.

Karena merasa Alifah tidak mengidahkan perintah Alif, maka dengan isengnya Alif menambah kecepatan laju motornya, berharap Alifah takut dan berpegangan pada dirinya. Tapi ekspektasi tak sesuai dengan Realita atau sesuai yang di inginkan Alif. Alifah lebih baik berpegangan di jok motor sambil beristigfar dari pada harus berpegangan dengan Alifah.

Berhubung karena rencananya tidak berhasil dan Alifah juga walaupun di paksa tidak akan berpegangan dengan Alif, maka dia berbaik hati mengurangi kecepatan laju motornya, tapi hanya sedikit. Toh kalau jatuh kan sudah di peringati. Jadi bukan salahnya kan?! Jahat kan. Tapi memang kapan Alif baik pada Alifah?

Setelah 30 menit mereka mengendarai motor, Alif pun menghentikan motornya di sebuah taman, dan menyuruh Alifah untuk turun.

"Turun"

Alifah heran melihat sekeliling taman yang sudah banyak di huni manusia beragam usia dengan berbagai jenis kegiatan. Dia juga bertanya-tanya dalam hati, apa benar dirinya akan berkencan dengan Alif di taman ini? Tidak mungkin. Tapi kenapa dia menurunkannya di sini.

"Kamu tunggu di sini. Lakukan apa pun yang kamu mau, tapi ingat kamu jangan pulang sebelum saya menjemputmu" ucap Alif yang justru membuat Alifah tidak mengerti.

"Tunggu kamu mau kemana? " cegah Alifah saat dirinya tau akan di tinggalkan di taman ini sendirian. Kalau dirinya tau dia bakalan di tinggalkan sendiri di taman ini, sekuat tenaga dia bakalan menolak ajakan Alif, tidak peduli jika dirinya harus berkelahi sekali pun.

"Jangan banyak tanya. Ingat jangan mencampuri urusan saya. Dan jangan kamu pulang jika saya belum jemput. Kita perginya sama-sama pulangnya juga harus sama. Kamu tidak berpikiran kita beneran kencan kan? " kata Alif tanpa perasaan lalu pergi meninggalkan Alifah yang masih bengong tak tau harus berbuat apa di taman ini seorang diri.