Chereads / Alifah, Kaulah yang Kumau / Chapter 25 - Aurat yang terlihat

Chapter 25 - Aurat yang terlihat

Setibanya di rumah Alif kembali mengguncang badan Alifah yang ternyata tidur. Dia pikir tadi Alifah hanya menutup matanya. Apa dia sangat mengantuk? Atau terlalu kelelahan?

"Fah bangun. Kita sudah sampai" Panggilan Alif kembali tak mendapat respon, meskipun Alif sudah mengguncang tubuhnya. Apa dia harus mengangkat sampai ke kamar seperti di novel picisan? Yang benar saja... Keluh Alif dalam hati.

Karena Alif sudah berusaha dan dia juga merasa kasihan, ya sudahlah. Anggap ini sebagai permintaan maafnya yang tulus. Dan tunggulah sampai besok jika Alifah sudah sadar, bogeman mentah yang akan dia dapatkan sebagai hadiahnya. Mana sudi Alifah di sentuh Alif secara intim seperti itu. Tapi jika di pikir- pikir ngapain mesti takut? Kan mereka suami istri. Yang jadi masalahnya sekarang adalah, jika sang Eyang masih menunggunya pulang dan melihat kondisi Alifah seperti ini bisa tamatlah riwayatnya.

Dengan pelan Alif mengangkat tubuh Alifah secara bridalstyle.

Deg. MasyaAllah, entah kenapa jantungnya berdetak jadi tidak normal. Sama seperti semalam saat dia memeluknya sambil tidur. Meskipun mencoba menahan sekuat tenaga, jantungnya masih bergerak dengan kecepatan maksimal. Tapi ini masih di anggapnya wajar, kan ini pertama kalinya dia bersentuhan sedekat ini dengan lawan jenis. Anggaplah ini alamiah.

Alifah itu serba pertama bagi Alif. Pertama kalinya dia satu ruangan dengan Alifah, pertama kalinya dia tidur bareng, pertama kalinya boncengan, dan pertama kalinya dia menggendong seseorang seperti ini.

Harap -harap cemas Alif memasuki rumah tanpa kesulitan. Tubuh Alifah juga tidak berat-berat amat. Sebagai orang yang memiliki ilmu belah diri soal angkat-mengangkat bukanlah sesuatu hal yang sulit bayinya. Bahkan badan Alifah tergolong ringan menurutnya. Apa dia kurang mak di sini?

Beberapa lampu sudah di matikan, hanya beberapa lampu-lampu kecil yang memang di biarkan untuk menyala. Mama dan Eyang pun sepertinya sudah tidur di dalam kamar mereka masing-masing. Tadi pun pintu rumah di biarkan tak terkunci karena mama Alif tau dia belum pulang. Tetapi satpam depan rumah standbay menjaga rumah, menunggu Alif karena sudah di pesan oleh sang tuan rumah untuk menunggu tuan mudanya. Sempat kaget tadi saat melihat tuan mudanya menggendong Alifah, dan menawarkan bantuan dengan bahasa isyarat, tapi Alif menolak. Dia hanya memberi kode agar pintu di bukakan untuknya.

"Alifah kenapa Alif? " tanya mama kaget melihat Alif Alifah yang hendak menaiki tangga menuju ke kamarnya. Alif pikir dia aman, tapi ternyata belum. Tapi ini sudah mending dari pada eyangnya yang memergokinya.

"Alifah hanya ketiduran Ma" jawab Alif kurang yakin. "Alif sudah bangunin tapi sepertinya Alifah sangat mengantuk Ma. Jadi saya gendong saja"

"Ya sudah hati-hati naik tangganya. Apa perlu mama cari batuan? Tangganya tinggi lho"

"Tidak usah Ma. Alif bisa kok"

"Ya suda istirahat ya. Pelan-pelan saja jalannya, nanti eyangmu bangun"

Setelah pamit, Alif segera melanjutkan langkahnya. Membuka pintu dengan pelan dan selembut mungkin agar tak terdengar suara pintu yang terbuka, karena sudah pasti eyangnya tidur di sebelah kamarnya menemani mawar.

Dengan pelan pula Alif meletakkan Alifah di kasurnya. Tapi sesaat kemudian Alif kebingungan sendiri, masa iya Alifah tidur dengan pakaiannya yang seperti itu. Apa dia harus melakukannya sejauh itu yakni mengganti pakaian Alifah. Entah kenapa wajahnya bersemu merah mendapat kan pemikirannya yang aneh-aneh. Ini juga Alifah kok tidurnya kaya kebo sih, masa sejauh ini dirinya tak terganggu sama sekali.

Deg.

"Mama belum tidur kan? Mama bisa ke kamar Alif sebentar tidak. Sepertinya ada yang aneh dengan Alifah" kata Alif yang terdengar khawatir setelah panggilan telepon mamanya di angkat dengan deringan kedua.

Beberapa saat kemudian mamanya datang membuka pintu dengan pelan.

"Ada apa Lif? " tanya mamanya.

"Coba mama cek deh Alifah beneran tidur atau pingsan sih Ma.! Masa dari tadi dia tidak terganggu sama sekali"

Perintah Alif membuat mamanya ikutan khawatir dan segera mengecek kondisi menantunya.

"Alifah... "panggil mama Alif lembut. Dan alhasil dia mendapat respon, meskipun sedikit lemah dan terlihat samgan mengantuk "kamu sakit nak?"

"Cuma pusing saja Ma, sama ngantuk saja. Boleh Alifah langsung tidur Ma" jawab Alifah yang membuat Alif lega.

"Tapi kamu ganti baju ya. Di bantuin Alif" sontak saja kata-katanya sang mama membuat mata Alif melotot. Ya meskipun tadi sempat berpikiran seperti itu, tapi dia sama sekali tidak merealisasikannya.

Beda dengan Alifah yang seakan tidak peduli, bukan tidak peduli tapi dia terlalu mengantuk untuk sekedar mengganti bajunya, kepalanya juga sangat berat, pusing.

"Yang benar saja Ma" protes Alif

"Kamu kan suaminya. Tidak masalah dong"

"Enggak!!!! Mama saja. Alif mandi dulu" balas Alif. Kemudian bergegas masuk kamar mandi, tidak lupa membawa handuk dan baju ganti.

Setelah beberapa menit, alif kelaur dari kamar mandi dan....

"Mama apa-apaan sih.... " tegur Alif yang tak menyadari dirinya berteriak bahwa suaranya terlalu keras bahkan bisa membangunkan penghuni sebelah kamarnya.

"Kamu yang kenapa? Keluar kamar mandi langsung teriak. Kalau sampai kedengaran Eyang gimana?" Balas mamanya yang sebenarnya cukup kaget dari teguran anaknya, sekaligus heran karena setelah teriak Alif malah menghadap ke belakang tak mau menghadapnya.

"Hey.. Kamu kenapa sih? Aneh deh"

"Kenapa mama pakein baju kaya gitu ke Alifah? Pake lepas jilbabnya segala lagi" Alif masih kaget setelah melihat penampilan Alifah setelah mama mengganti bajunya. Ya Allah itu aurat yang di jaga setengah mati Alifah malah di pamerin mama tanpa persetujuan Alifah. Ini besok bakalan perang Dunia nih.

"Lah emang kenapa? Kalian suami istri kan. Uda halal, enggak ada orang lain selain kalian berdua nantinya. Masa iya semalaman Alifah harus pake jilbab sih" heran mamanya.

"Tapi emang iya, semalam itu Alifah enggak pernah buka jilbabnya kok. Pakaiannya masih lengkap. Besok kalau dia bangun bisa syok dianya Ma" jawab Alif memberi penjelasan mamanya dengan posisi masih sama. "Ganti lagi bajunya yang lengannya panjang, dan pakein jilbab"

"Udah, biarin aja kayak gini. Udah halal juga. Nih dengar ya, Alifah itu lagi demam, kalau dia pake jilbab susah untuk kompresnya. Yang ada demamnya enggak turun-turun. Mama sudah menyiapkan air untuk kompres. Sudah ada termos juga di situ. Kamu kompresin Alifah ya. Itu juga ada termometer, nanti klo suhunya lebih dari 38,5 derajat Celsius, bangunkan mama kita bawa ke rumah sakit. Jangan lupa kalau dia sudah bangun, itu ada obat deman kamu suruh minum, di situ juga ada roti. Mama ke kamar ya, anggap itu sebagai tanggung jawab kamu karena kamu yang menyebabkan dia seperti ini.

"ultimatum mamanya seakan tak ingin di bantah. Dan satu lagi, jangan melakukan hal yang seperti ini lagi. " sambung mamanya sebelum menghilang dari pintu.

Dan sekarang tinggallah Alif yang terpaksa harus merawat Alifah dengan aurat yang terpampang jelas di depan matanya. Meski sebelumnya Alif pernah melihat keindahan rambut Alifah, tapi entah kenapa perasaannya ada sesuatu hal yang aneh di hatinya.

Di satu sisi dia seakan mencuri sesuatu hal dari Alifah yang seharusnya tidak ia lihat dan di satu sisi hatinya senang karena hanya dialah yang boleh melihat aurat Alifah. Dan itu membuat hatinya berdesir seakan ada kupu-kupu yang bertebaran di pelupuk matanya dan ia suka dengan perasaan ini.

"What?? Apa maksudnya ini? " jeritnya dalam hati setelah dia kembali dari masa sadarnya.