Halo, Sakaki di sini.
Setelam melewati kematian ternyata sesuatu yang lebih besar telah menungguku dalam bentuk sebuah kejutan bagi diriku.
Aku akan dikirim ke dunia lain, sebuah dunia lain.
Hal ini sedikit membuatku merasakan suatu perasaan nostalgia…
"Apa maksudmu dikirim ke dunia lain?"
Tentu saja, semu orang yang berada di dalam situasi yang sama denganku akan menanyakan hal semacam ini.
Walau dalam kasusku ini bukan berdasarkan oleh perasaan kebingungan melainkan rasa keingintahuan.
Sang wanita yang berada di depanku sebelumnya terlihat ketakutan sekarang sudah menjadi agak tenang setelah mengambil nafas panjang, dia kemudian memasang senyum terbaik miliknya yang boleh dibilang sebagai suatu pemandangan yang menyegarkan kedua bola mataku setelah secara terus menerus disambut dengan ruangan kosong berwarna putih.
"Anda baru saja meninggal karena keteledoran salah satu dewa kami, oleh karena itu kami akan menggantikan kehidupan anda dengan membuat anda terkirim ke dunia lain."
Ingin rasanya aku menanyakan tidakkah aku bisa dikirim kembali ke dunia asalku.
Namun…
Aku mengingat berbagai masalah yang kuhadapi.
Tagihan listrik dan gas, beras yang harganya naik, ditambah lagi aku masih memikirkan mengapa aku tidak memiliki pacar.
Semuanya teringat kembali di dalam kepalaku layaknya lentera yang berputar terbalik.
"Cepat kirim aku ke dunia lain itu!"
"Huwaaa~ tunggu, tunggu. Jangan menggoyang-goyangkan tubuhku!"
Seperti apa yang diperintahkan oleh sang wanita, aku lalu berhenti menggoyang-goyangkan tubuh miliknya lalu kembali berdiri ke tempat dimana aku berada sebelumnya.
"Sebelum itu ada beberapa hal yang perlu kujelaskan."
"Baik, mari kita mendengarnya."
Untuk membuat semuanya lebih singkat.
Pada dasarnya aku ini telah meninggal dunia tapi semuanya adalah hal yang tidak seharusnya terjadi, karena seorang dewa tertentu yang namanya tidak disebutkan aku dijemput oleh ajal lebih cepat dari seharusnya, pihak dewa bingung untuk melakukan apa kepadaku sehingga dia memutuskan untuk melakukan satu hal yang paling klise; mengirimku ke dunia lain dimana pedang dan sihir masih ada juga digunakan dan membiarkanku melanjutkan kehidupan di sana.
Sungguh, ini semua terasa seperti plotline Light Novel Isekai yang terkesan begitu buruk dan klise.
Semuanya terkesan seperti cerita dari buatan seorang penulis ampas tapi aku akan bertahan karena seperti inilah jalan kehidupan yang harus kutempuh mulai dari sekarang, aku memutuskan untuk diam saja dan menerima penjelasan dari wanita tersebut.
"Sejauh ini aku sudah mengerti."
"Wah, anda cepat sekali tanggap! Tidak seperti orang biasanya!"
"Bisa dibilang ini sudah kali kedua aku mengalami hal semacam ini."
"Eh?"
"Namaku Sakaki Hiyama, seorang mantan [Pahlawan] di sebuah dunia bernama Eos."
Aku mengatakan hal itu sambil menaikan jempol yang kuarahkan kepada diriku sendiri.
Kembali sebuah keheningan mendera kami berdua namun kali ini terasa lebih tidak mengenakan juga dingin daripada sebelumnya.
"Eh? Eh? Eh?!"
Si wanita yang berada di depanku lalu meloncat dari tempat duduknya sekaligus melewati meja.
Dia lalu memandangiku mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, wajah kebingungan yang dibuatnya lumayan cantik dan enak untuk dipandang juga tapi aku bisa merasakan perasaan ketidakpercayaan dari tatapan matanya.
Tak lama kemudian dia berbalik sambil memegangi kepalanya.
"Are? Sakaki Hiyama, si [Pahlawan] legendaris itu?"
Kurasa dia sedang kebingungan dan tak dapat memamahi perkataanku…
Tapi yah,aku baru saja mengatakan kebenarannya.
Pada saat usiaku 15 tahun dimana akhir masa SMP-ku baru saja dimulai, aku dikirim ke dunia lain oleh seorang dewa dan disuruh untuk menyelamatkan sebuah dunia bernama Eos dari ancaman serbuan invasi [Demon King].
Ahh~ masa-masa yang indah dimana di sana aku yang pada awalnya seorang penyendiri berubah dan menjadi seseorang yang lebih baik.
Intinya, aku berhasil menyegel [Demon King] dan kembali ke dunia asalku pada saat usiaku sudah 17 tahun.
Mengapa disebut sebagai 'legendaris' oleh wanita itu?
Alasannya adalah karena aku adalah satu-satunya orang yang berhasil menyelamatkan Eos dari kehancurannya tanpa ada bantuan dari sesama [Pahlawan].
Aku maju sendiri bersama dengan prajurit juga ksatria yang mau bergerak di bawah pimpinanku, aku juga maju bersama teman-temanku yang merupakan anggota party-ku pada saat itu.
Kami semua melangkah ke depan penuh akan kebanggaan menuju tempat dimana sang [Demon King] berada.
"Ah… anu… mengapa anda meneteskan air mata, Sakaki-sama?"
"Ah tidak, aku hanya sedikit mengingat masa laluku yang penuh kejayaan dan jika dibandingkan dengan keadaanku sekarang… aku rasanya ingin menteskan air mata."
"Mmm… begitu ya."
Aku bisa melihat kalau wanita itu meneteskan keringat dingin.
Memangnya ada sesuatu yang aneh?
"Ah daripada itu, apakah aku akan mendapatkan [Blessing]:[Kekuatan Berkah] jika aku dikirim ke dunia lain lagi?"
"Haa… anda sepertinya tidak berbohong pada saat mengatakan jika anda pernah pergi ke dunia lain kalau anda sampai tahu tentang [Blessing]. Mungkinkah anda memang sebenarnya Sakaki Hiyama yang asli?"
"Keaslian dipertanyakan kah di sini?!"
"Ahh, anu. Saya tidak bermaksud untuk menyinggung tapi anda memiliki penampilan dan cara bicara yang berbeda daripada Sakaki Hiyama yang legendaris itu."
Oi, tentu saja aku ini berbeda dengan diriku yang sebelumnya.
Sudah sekitar 8 tahun berlalu semenjak kembalinya diriku ke dunia asalku.
Selain itu juga masih ada faktor kalau aku tumbuh menjadi semakin dewasa dan juga harus mengubah cara bicaraku agar bisa menyatu dengan masyarakat.
Memang benar kalau aku memanggil diriku sebagai 'Ore' (Ore: Pengucapan 'Aku' dalam bahasa Jepang tapi dianggap kasar), sedangkan pada saat masih terkirim ke dunia lain aku menggunakan 'Boku' (Pengucapan 'Aku' dalam bahasa Jepang yang biasanya digunakan anak laki-laki juga lebih sopan daripada Ore).
"Seorang laki-laki itu akan terus mengalami perubahan! Itu adalah sesuatu yang harus kau ketahui dari diriku ini,"
Setelah mengatakan hal itu aku lalu menghela nafas.
"Jadi apakah aku akan kembali mendapatkan [Blessing]? Hanya itu yang ingin kuketahui saat ini."
"Ah, anda memang akan mendapatkan [Blessing] dan tak perlu khawatir kalau [Blessing] yang sebelumnya anda dapatkan akan menghilang."
"Fumu, baguslah kalau begitu."
"Sakaki-sama, anda sedang apa denagn mengepalkan tangan anda sambil memejamkan mata anda?"
"Hanya salah satu kebiasaanku yang tak perlu kau pahami atau ketahui. Anggap saja sebagai sesuatu yang tidak penting… jadi pilihan [Blessing] yang kudapat apa saja?"
Biasanya seseorang akan dibebaskan untuk memilih [Blessing] yang akan dia dapatkan dengan jumlah satu [Blessing] sebagai batasnya dari jumlah [Blessing] yang tak terbatas.
Untuk kasusku sebagai seseorang yang pernah mendapatkannya pasti akan terjadi perbedaan.
Aku ingin tahu perlakuan semacam apa yang bisa kudapatkan.
"Ah, anda bisa memilih satu diantara dua [Blessing]."
"Ehhhhhh! Cuma dua?!"
"Hii! Iya, maaf, tapi dewa yang baru saja mengambil nyawa anda bukanlah dewa yang besar maupun terkenal sehingga dia memiliki keterbatasan dalam menggunakan kekuatannya."
Skenario macam apa ini?!
Seorang dewi yang tidak berguna dari salah satu seri Light Novel yang sedang booming saja sebenarnya memberikan pilihan [Blessing] yang begitu banyak kepada sang protagonis dan semuanya hebat walau dia dengan bodohnya malah memilih si dewi.
"Siapapun dewa itu… dia benar-benar tidak berguna ya."
"Saya setuju dengan apa yang anda katakan."
Lha, bahkan wanita yang sepertinya adalah bawahannya ini menyetujui perkataanku, berarti dia ini benar-benar tidak berguna ya?
Sebuah tawa kering keluar dari mulutku karena sudah tak dapat ditahan lagi.
"Mari kita lanjutkan, bisa tunjukan kepadaku [Blessing] apa yang diberikan kepadaku?"
"Haa~ tentu saja bisa."
Sang wanita mengadahkan tangannya lalu munculah dua kertas yang melayang di atas udara.
Melihat pemandangan macam ini tidak membuatku terkejut.
Aku hanya bisa mengatakan, "Hoo."
Dua buah kertas yang melayang kemudian turun ke bawah tersebut ditangkap oleh tangan kurus milik sang wanita.
Hal semacam ini juga sebelumnya terjadi pada saat awal aku akan dikirim ke dunia lain walau bedanya sih semua kertas tersebut akan dibiarkan berserakan di atas lantai.
Dia kemudian menunjukan kedua kertas tersebut kepadaku.
"Silahkan anda pilih yang mana yang anda inginkan!"
Tolong jangan membuat pose yang imut di depan paman ini atau mungkin dia akan mimisan dan mati lagi karena kehabisan darah.
Aku pun membaca kedua kertas tersebut yang tertulis dengan menggunakan huruf Kanji namun dengan Furigana di atasnya agar bisa semakin mudah untuk dimengerti.
"Hmm, mari mari kita lihat~"
Shin*modori/Bangkit dari Kematian.
"WUAPA?!"
Ini… kekuatan ini berasal dari Anime sekaligus Light Novel yang booming beberapa musim lalu!
Re: Z*ro!
Aku membaca deskripsi dari [Blessing] tersebut dan menemukan kalau dengan [Blessing] ini maka aku dapat bangkit dari kematian dengan melakukan lompatan waktu ke beberapa hari atau beberapa saat sebelumnya…
"Oi, bukankah [Blessing] ini terlalu mirip dengan kekuatan tokoh utama novel sebelah…"
"Maafkan saya tapi seperti itulah, dewa ini terlalu malas untuk mencipatkan suatu [Blessing] yang hebat dan original…"
Benar-benar tidak berguna!
Kalau aku mengambil [Blessing] yang ini maka dapat dipastikan kalau yang menantiku berikutnya adalah sebuah kehidupan di dunia lain yang penuh akan penyiksaan, kesengsaraan, dan juga keputusasaan.
Aku segera mengalihkan pandanganku ke arah kertas satunya.
Hmm?
"Alchemist God… Dewa Alkimia?"
Gumamku sambil membaca nama [Blessing] yang berada di genggaman tangan kanan sang wanita.
Dalam hati aku pun memabcanya.
Penjelasan dan deskripsinya cukup panjang jadi aku akan mempersingkatnya saja.
Dengan [Blessing] ini maka aku akan menjadi seorang Ahli Alkimia yang akan memiliki kemampuan sama dengan dewa…
"Tunggu! Tunggu! Memangnya dewa yang membunuhku secara tidak sengaja ini dewa apa sih?! Kok perbedaan dari satu [Blessing] ke [Blessing] lainnya begitu jauh?!"
"Uhh, bisa dibilang dia sebenarnya adalah dewa dari pengetahuan juga kehidupan…"
Dewa semacam itu ada ya?
Ahh, tapi aku tidak perlu memikirkannya secara berlebihan.
Aku untuk sekarang ini bukanlah seorang [Pahlawan] yang dikirim ke dunia lain untuk menghadapi suatu ancaman sehingga setidaknya aku bisa sedikit bersantai.
Setidaknya aku sudah tahu apa yang bisa kupilih dengan begitu jelas.
"Aku tertarik untuk mengambil yang satu ini."
Tanganku meraih ke arah kertas sebelah kanan.
Begitu aku menyentuhnya, kertas tersebut langsung terbakar dan berubah menjadi semacam pecahan fragmen lalu masuk ke dalam diriku.
Beberapa masuk ke dalam tubuhku namun yang paling banyak masuk ke dalam kepalaku.
Aku bisa merasakannya.
Rasa sakit kepala.
Rasanya berbeda dari sakit kepala biasanya, rasanya seperti suatu benda tumpul dipukulkan ke arah kepalamu dengan begitu cepat dan kasar sekaligus kuat.
Saking saktinya sampai-sampai aku kehilangan kekuatan untuk berdiri lalu langsung menjatuhkan tubuhku ke atas lantai.
Aku terus menggeliat secara terus menerus karena rasa sakit ini.
Namun di saat yang bersamaan dengan datangnya rasa sakit ini, aku juga bisa merasakan kalau ada berbagai pengetahuan yang masuk ke dalam kepalaku.
Walau waktu yang berlalu hanyalah 5 menit tapi rasanya aku sudah merasakan rasa sakit tersebut sejak… yah selamanya.
Begitu rasa sakit tersebut mereda dan mulai menghilang, aku lalu segera bangun dan menatap ke arah sang wanita.
Hm?
Kenapa wajahnya menunjukan kalau dia seperti baru saja melihat sebuah hantu?
"Sa—Sakaki-sama… anu, itu…"
Sebenarnya aku ingin sekali melampiaskan emosiku karena rasa sakit yang kuterima tapi aku bahkan tidak memiliki tenaga untuk melakukan hal semacam itu.
Kompensasi dari [Blessing] yang kudapat ini benar-benar belebihan bahkan bisa dibilang mirip penyiksaan daripada risiko yang diterima untuk mendapatkan kekuatan.
Sebelumnya aku hanya merasa seluruh darah di dalam tubuhku terbakar lalu membuka kemudian tersengat oleh listrik… pokoknya aku merasakan siksaan dari berbagai jenis hal di dalam tubuhku waktu itu.
Sebagai gantinya aku bisa menggunakan sihir dan tubuhku terasa menjadi lebih kuat daripada sebelumnya.
Ah, rambutku sepertinya ada satu yang rontok dan aku segera meraih untuk mengambilnya.
"Hmm…. APAAAAAAA YAAAAAAAANG?!"
Tenagaku entah mengapa bisa terasa kembali begitu aku melihat rambutku yang rontok tersebut.
Mengapa warna rambutku jadi seperti ini?!
Sang Wanita sekali lagi mengadahkan tangannya dan langsung munculah sebuah kaca di tangannya.
"Anu… rambut anda…"
Benar, rambutku berubah.
Mereka sekarang memiliki warna putih.
Sebelumnya aku adalah seorang laki-laki dengan penampilan rambut berwarna hitam yang agak berdiri-diri, sekarang semuanya berubah.
Rambutku yang pendek menjadi turun seolah tidak memiliki tenaga dan juga sekali lagi perlu kutekankan, warnanya putih.
Oi, oi…
Mataku juga berubah…
Mengapa mereka memiliki warna keemasan sekarang?
Namun semua itu terjawab oleh salah satu pengetahuan yang baru saja dikirimkan ke otakku secara langsung.
"[Mana Abudance] kah…?"
"[Mana Abudance]?"
"Dalam artian yang lain tubuhku telah berlebihan dengan kekuatan sihir atau Mana sehingga warna mataku berubah menjadi keemasan, hal yang sama juga terjadi kepada rambutku. Alasan mengapa mereka berubah adalah tubuhku harus menyesesuaikan diri dengan kekuatan yang baru saja kuterima ini."
Sementara aku memberikan penjelasan, wanita itu hanya bisa menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dalam kebingungan.
Tubuhku masih terasa agak berat tapi menurut pengetahuan yang kudapat tubuhku akan menyesesuaikan diri seiring dengan waktu.
"Uhm, apakah anda benar-benar tidak apa, Sakaki-sama?"
"Iya, secara teknis aku tidak apa-apa walau secara mental aku benar-benar tidak baik-baik saja."
Maksudku, ayolah lihat diriku.
Aku sebelumnya adalah seorang laki-laki normal (dari segi penampilan saja) dengan usia 27 tahun!
Sekarang, aku lebih terlihat seperti seseorang yang berada di pertengahan usia 50 tahunan dan pasti nanti di dunia lain tersebut aku akan disangka sebagai seorang kakek juga!
Ahh~ seandainya saja mereka berubah menjadi lebih keperakan sedikit daripada putih… daripada terlihat keren aku malah merasa malu.
"Uhm… anu, Sakaki-sama…"
"Apa lagi?"
"Aku tahu kalau anda masih dalam keadaan syok dengan kejadian yang baru saja menimpa anda tapi apakah sekarang saya sudah bisa mengirimkan anda ke dunia lain?"
Untuk sesaat aku hampir lupa kalau aku ke sini karena akan dikirim ke dunia lain…
"Baiklah. Lakukan sesukamu, aku akan berusaha sendiri saja nanti begitu sampai di dunia lain tersebut dengan segala kemampuan yang kumiliki."
"Aa~ kalau begitu tolong jangan bergerak dari tempat dimana anda berdiri."
"Fumu, aku sudah tahu sejauh itu."
Sang wanita kemudian mengarahkan tangannya ke arahku lalu mulutnya mulai membaca sebuah mantra dengan begitu cepat.
"–__—__—_—-____—!"
Sang wanita membacakan mantara yang tidak bisa tertangkap oleh telingaku namun aku tahu kalau ini semua adalah karena kami, sebagai orang yang akan dikirim ke dunia lain, tidak mengetahui mantara macam apa yang diperlukan untuk melakukan sihir macam ini agar kami tidak bisa pergi ke satu dunia dan ke dunia lain dengan seenaknya.
Lingakaran sihir dengan warna hitam muncul di lantai.
Ehh… sebelumnya waktu aku dikirim ke dunia lain mereka berwarna hijau dan terkesan menenangkan.
Entah kenapa yang satu ini terasa mencekam…
Oh!
Aku hampir lupa satu hal!
"Anu… nona! Aku sebenarnya akan dikirim ke dunia mana?"
"Anda akan dikirim ke Eos!"
"Ha?"
Sebelum aku sempat bereaksi lebih jauh, lingkaran sihir tersebut kemudian menghilang dan di saat yang bersamaan pandanganku dipenuhi oleh kegelapan.
Pada saat aku tersadar, aku sudah berada di atas sebuah Altar.
Aku menoleh ke kanan dan juga ke kiri.
Ahh… aku mengenal tempat ini.
Seluruh pendeta yang melihatku hanya bisa tercengang sembari tetap mengadahkan tangan milik mereka.
"Ah… [Summoning Altar] yang berada di Kuil Jarnus kah…"
Ucapku sembari menyeringai…
Sebenarnya aku ingin menerikan kalimat berikut ini; oi, mengapa aku datang kembali ke sini?! Bukankah aku tidak akan menjadi [Pahlawan] lagi?! Kalau aku dipanggil ke sini bukankah itu berarti aku akan menjadi [Pahlawan]? Itu kan fungsi Kuil Jarnus, memanggil orang dari dunia lain untuk dijadikan [Pahlawan] yang menyelamatkan dunia!
Tapi sebisa mungkin aku tidak akan mengatakan hal tersebut…
Alasannya adalah karena para pendeta di sekitarku menatapku dengan pandangan yang sangat sulit untuk dijelaskan tapi aku tahu jika mereka seperti baru saja melihat seorang legenda hidup tepat di depan mata milik mereka.
Secara bersamaan mereka semua lalu menundukan kepala mereka dan mengadahkan tangan mereka dan berteriak…
"[Sang Pahlawan Legendaris] telah kembali!"
Oi, oi… mereka bahkan bisa mengenaliku walau penampilanku berbeda jauh dengan sebelumnya.