Chereads / The King Ghost Wife / Chapter 12 - Chapter 11 - Teman

Chapter 12 - Chapter 11 - Teman

Setelah sampai dikamar Putri Jialin,Junzhi segera menananyakan keadaan Putri tanpa henti.

"Tuan Putri anda tidak apa-apa? Astaga nubi khawatir sekali dengan anda Tuan Putri, ini pertama kalinya anda pergi tanpa seseorang yang menemani anda, nubi menyesal seharusnya nubi memanggil pengawal untuk anda. Nubi tidak ingin insiden itu terulang kembali." Junzhi perlahan meneteskan air matanya mengingat insiden yang menyebabkan Putri Jialin hilang ingatan dia sangat sedih ketika melihat Putri yang tidak terbangun selama 3 hari kala itu.

"Hei... hei... kenapa menangis, jangan menangis ok! Aku tidak apa-apa, Junzhi lihat aku masih bisa bergerak selincah ini. Lihatlah!" Gia memutuskan untuk menghibur Junzhi yang menangis dia merasa tertekan melihatnya sedih, jarang ada orang yang sangat memperdulikannya.

"Nubi percaya, syukurlah Putri tidak apa-apa" Junzhi merasa terhibur melihat tingkah sang Putri yang melompat-lompat dan bergerak aneh untuk menghiburnya.

"Apakah orang itu melakukan sesuatu padamu? Katakan saja padaku aku akan menghajarnya jika dia melukaimu." Junzhi tau siapa yang dimaksud 'orang itu' dia menggelengkan kepalanya tidak menyangka bahwa Putri Jialin akan memanggil ayahnya dengan 'orang itu' padahal dulu Sang Putri sangat mengharapkan kasih sayang Kaisar.

"Nubi tidak apa-apa Tuan Putri, anda datang tepat waktu sebelum cambuk itu melukai nubi."

"Kasim sialan berani sekali dia mengayunkan cambuk padamu jika aku melihatnya lagi akanku beri pelajaran dia" Gia masih tidak bisa melupakanya,pasti dia akan memberikan pelajaran pada Kasim itu.

"Tuan Putri, Kasim Yun tidak bersalah, dia hanya melaksanakan perintah Kaisar. Dan Kaisar wajar jika marah pada nubi, nubi tidak berguna menjaga anda." Junzhi merendahkan kepalanya ketika mengingat insiden pembunuhan Putri, dia masih menyalahkan dirinya yang tidak bisa menjaga Putri.

"Tidak kamu tidak salah, akulah yang salah seharusnya aku izin dulu pada 'orang itu' sebelum keluar, maaf aku

tidak memikirkan akibatnya sehingga kamu yang menanggungnya." Walaupun benci mengakuinya Gia tetap bersalah hingga melibatkan Junzhi.

"Tidak apa-apa Tuan Putri, nubi memafaakan anda tapi tolong jika ingin keluar istana anda harus izin dulu ke Kaisar." Junzhi menasehati Putri Jialin yang semakin nakal sejak kehilangan ingatannya.

"Iya iya dasar cerewet" Gia tersenyum.

"Putri dimana anda ingin meletakan barang-barang anda" Seorang pengawal menanyakan pada Putri Jialin dari luar kamarnya.

"Oh iya barang-barangku. Pengawal letakkan saja didepan pintu kamarku!" Gia keluar dan melihat dua orang pengawal yang membawakan barang-barangnya di depan pintunya.

"Baik Tuan Putri." Setelah mereka meletakan barang-barang Putri Jialin mereka segera meninggalkan kediamannya.

Junzhi keluar dari kamar Putri Jialin dan melihat banyak barang didepan pintu.

"Junzhi bantu aku membawanya ke kamar!" Gia mengambil salah satu karung dan membawanya ke kamar

"Baik Tuan Putri." Junzhi mengangkat salah satu karung dan membawanya ke kamar Putri, kemudian dia bertanya apa saja yang ia beli.

"Apa saja yang anda beli Putri hingga sebanyak ini?"

"Uh rahasia nanti kamu akan tahu juga" Gia mencari-cari sesuatu dalam karung hingga menemukannya.

"Ini hadiah yang aku janjikan padamu" Gia memberikan aksesoris dari giok pada Junzhi.

"Terimakasih Tuan Putrianda tidak perlu repot-repot membelikan sesuatu untuk nubi" Junzhi terharu ketika Putri Jialin memberikan hadiah untuknya.

"Jangan sungkan padaku Junzhi kita adalah teman."

Untuk pertama kalinya Gia mengakui seseorang sebagai teman, dikehidupan sebelumnya Gia terlalu acuh untuk bersosialisasi hingga tidak memiliki teman. Semua perhatian yang diberikan Junzhi membuka hati kecilnya untuk menerima Junzhi sebagai temannya.

Junzhi yang mendengarnya hanya bisa tersenyum senang bahwa Sang Putri menganggapnya teman.

o0o

Di Paviliun Magnolia,tempat tinggal Permaisuri yang sekarang, Permaisuri Zhang Zhen Li tengah menyulam di pagoda taman belakang kediamannya, ia ditemani beberapa pelayan yang siap melayaninya.

"Putra Mahkota telah tiba." Permaisuri yang mendengar kedatangan Putra Mahkota segera menghentikan kegiatannya dan melihat Putra Mahkota menghampirinya.

"Salam Permaisuri semoga anda hidup ribuan tahun." Putra Mahkota segera memberikan salam pada Permaisuri ketika berada didepannya.

Permaisuri menepuk bahunya pelan. "Astaga Jing-er bukannya aku sudah mengatakan padamu jangan memberi salam seperti itu lagi! kamu membuat jarak kita semakin jauh." Permaisuri mengeluh dengan sikap hormat Putra Mahkota, dia merasakan ada pembatas yang menghalangi mereka.

"Bibi anda tahu sendiri protokol di istana,aku juga harus melaksanakannya walaupun aku benci melakukannya bibi"

Benar dia adalah bibi dari Putra Mahkota, Pangeran Kedua dan Putri Jialin, dia lebih suka memanggilnya bibi daripada permaisuri karena mereka sudah akrab sejak kecil dan dia tidak akan pernah memanggilnya ibu walaupun statusnya adalah istri ayahnya karena dia hanya mengganggap mendiang permaisuri sebagi ibunya saja .

Permaisuri sekarang adalah adik dari mendiang Permaisuri Zhang Junda, setelah meninggalnya Permaisuri Zhang Junda, Kaisar langsung mengangkat Zhang Zhen Li sebagai Permaisuri untuk mengisi kursi Permaisuri yang kosong. Zhang Zhen Li merawat anak-anak saudara perempuannya seperti anaknya sendiri, dia tidak pernah membeda-bedakan mereka dengan anaknya sendiri. Kecuali Putri Jialin yang sejak kecil telah diasingkan oleh Kaisar sehingga dia jarang melihatnya.

Permaisuri sangat akrab dengan Putra Mahkota dibandingkan dengan Pangeran Kedua. Karena sejak kecil Pangeran Kedua selalu mencoba untuk bermain dengan Putri Jialin walaupun sudah dilarang Kaisar. Permaisuri pernah mencoba akrab dengan Pangeran Kedua namun pangeran sendiri malah menghindarinya dan dia menyerah.

Dan untuk Putri Jialin pernah dia memohon pada Kaisar untuk membebaskan pengasingan Putri Jialin namun dia tak berdaya melawan perintah Kaisar.

"Bagaimana kabarmu Jing-er?" Permaisuri tersenyum dan bertanya pada Putra Mahkota.

"Aku baik-baik saja bibi, bibi tidak perlu khawatir."

"Syukurlah kamu baik-baik saja." Permaisuri lega mendengarnya dan meletakan sulamannya kemudian menggenggam tangan Putra Mahkota. "Bagaimana dengan Lin-er? Bibi dengar sejak hilang ingatan dia sangat berubah."

Putra Mahkota mengerutkan dahinya ketika mengingat Jialin yang sangat berubah, dia tidak menyangka hilang ingatan akan membuatnya menjadi gadis liar.

"Aku benar-benar tidak mengenalnya bibi, dia sangat berubah sejak hilang ingatan aku tidak bisa mengenalinya lagi." Putra Mahkota menghelas nafas mengingat Jialin yang sangat berubah.

"Apakah separah itu? Bibi dengar dia semakin berani sejak hilang ingatan, bukannya itu bagus dia tidak

mudah ditindas lagi dan Kaisar mulai memperhatikannya"."

Entah mengapa Permaisuri bersukur jika Putri Jialin hilang ingatan, karena dia semakin pemberani dan tidak mudah

ditindas lagi. Selama ini dia mengkhawatirkan Jialin dan dia sudah mencoba segala cara membantunya namun selalu ketahuan Kaisar.

"Bibi kamu terlalu baik, menurutku hilang ingatannya Jialin malah berdampak buruk,dia semakin berani hingga sangat keterlaluan kepada semua orang, dia melupakan sopan santun yang ada dan sangat lancang bahkan padaku kakak kandungnya sendiri." Walaupun benci mengakuinya Putra Mahkota tetaplah kakak kandung dari Jialin.

"Kamu tidak boleh bicara begitu Jing-er walaupun dia tidak lemah lembut seperti dulu,dia tetaplah Putri Kekaisaran ini jadi wajar jika dia sedikit berani. Ini berdampak baik agar Jialin mendapatkan rasa hormat dari orang lain." Permaisuri segera menegur Putra Mahkota yang tidak mendukung perubahan yang terjadi pada Putri Jialin.

"Tapi tetap saja bibi di-"

"Mahou"

(Mahou = Ibu kekaisaran)

Sebelum Putra Mahkota selesai bicara, tiba-tiba suara Putri Kedua Rong Bailin terdengar. Mereka menoleh dan melihat Putri Bailin yang berjalan mendekati mereka.

"Astaga anda disini Putra Mahkota maaf ketidak sopaan saya" Putri Bailin segera memberi salam kepada Putra Mahkota dia tidak menyangka bahwa Putra Mahkota ada dikediaman Permaisuri.

"Tidak perlu terlalu sopan meimei kita adalah saudara jadi bersikaplah biasa saja." Putra Mahkota senang sedang sikap Bailin yang memberi salam padanya. Seperti inilah sikap seorangPutri yang seharusnya bukannya seperti Jialin yang liar.

(Meimei = adik perempuan)

"Putra Mahkota anda tahu sendiri protokol di istana aku juga harus melaksanakannya walaupun aku benci melakukannya pada saudaraku sendiri."

"Astaga lihatlah kamu mirip sekali dengan Jing-er bahkan kata-kata kalian juga mirip dasar kalian ya" Permaisuri menggelengkan kepala melihat sikap mereka yang mirip.

"Hahahaha..." Mereka saling berpandangan dan tertawa kecil.

"Duduklah disamping Mahou Bailin, darimana kamu hingga baru mengunjungi Mahou." Permaisuri menepuk kursi disampingnya dan menayai perihal Putri Bailin lama mengunjunginya.

"Aku sedang mencari hadiah untuk Jialin-jie ulang tahunnya yang akan diadakan 2 minggu lagi, aku dan Baozi tadi sedang memilih hadiah yang cocok untuk jiejie." Putri Bailin mengungkapkan alasannya yang membuatnya terlambat.

(Jiejie = Kakak perempuan)

"Oh ya gege apa kamu sudah menyiapkan hadiah untuk Jialin jiejie?"

(Gege = Kakak laki-laki)

Putra Mahkota mengangkat alisnya, dia tidak menyangka ulang tahun Jialin akan diadakan 2 minggu lagi. Selama

ulang tahunnya dia tidak pernah memberikanhadiah yang baik untuk Jialin. Namun sekarang berbeda karena Jialin sudah berubah dan Kaisar mulai memperhatikannya

"Hadiah apa yang akan aku berikan?"

-TBC-