Gia tersenyum lebar melihat gambar desainnya yang telah ia selesaikan. "Akhirnya selesai juga." Gia mengemasi semua desainnya di tas selempangnya dan merapikan peralatan gambarnya, ia pergi menuju lemari pakaiannya untuk mencari pakaian yang cocok untuk keluar.
"Junzhi." Gia memanggil Junzhi yang berada diluar.
"Ada apa Tuan Putri?" Junzhi segera memasuki kamar ketika mendengar ia dipanggil.
Masih merapikan pakaiannya Gia bertanya lokasi gerbang istana terdekat dari kediamannya. "Dimana gerbang istana terdekat dari sini?" Tak lupa ia memasukan beberapa uang yang menjadi uang tunjangan dari istana.
"Anda ingin pergi Tuan Putri? Kemana anda akan pergi? Nubi akan menemani anda." Junzhi sangat mengkhawatirkan Sang Putri yang telah hilang ingatan
(Nubi = Cara pelayan wanita memanggil dirinya sendiri a.k.a aku)
"Aku hanya pergi kepasar dan melihat lihat mungkin ada yang menarik mataku, kamu tidak perlu ikut Junzhi." Setelah mengikat pinggangnya Gia meraih tas selempangnya.
"Ta..tapi... Tuan Putri anda baru saja mengalami usaha pembunuhan ba..bagaimana nubi membiaran anda pergi sendiri." Dengan wajah khawatir ia mencoba menghentikan Sang Putri agar tidak pergi sendiri.
"Nubi akan memanggil pengawal kekaisaran untuk menemani anda, ja... jadi anda tunggu sebentar." Junzhi secepat mungkin pergi memanggil pengawal kekaisaran tanpa menghiraukan Sang Putri yang mencoba menghentikannya.
"Tunggu! Junzhi kamu tidak perlu memanggil mereka." Sudah terlambat sekarang Gia tidak bisa menghentikan Junzhi.
Gia memutar matanya melihat Junzhi yang telah menghilang dari gerbang.
"Dasar gadis parno." Gia mengedikan bahunya. "Lebih baik aku tanya pelayan lain saja."
Tanpa menunggu Junzhi beserta pengawal istana datang, Gia segera menanyakan letak gerbang istana terdekat pada pelayan lain dan segera pergi ke sana.
Gia tidak tahu bahwa perbuatannya itu akan berdampak pada Junzhi yang sangat mengkhawatirkannya. Dari sana dia akan belajar kasih sayang yang tidak pernah ia rasakan.
Dan dia tidak akan kesepian lagi.
o0o
Setelah tiba di gerbang yang ditunjukan pelayan, Gia melihat empat penjaga istana tengah menjaga gerbang barat dengan malas malasan. Dia lihat sepertinya mereka bermain kartu judi diwaktu kerja, jika Kaisar melihat mereka pasti dia akan menghukum dan memecat mereka.
"Pantas saja sosok itu dengan mudah melewati penjaga istana." Matanya memandang rendah mereka. "Jika semua penjaga istana seperti mereka, aku yakin istana ini akan runtuh dengan cepat."
Gia berjalan mendekati mereka dan mengeluarkan giok identitasnya sebagai Putri Kekaisaran. "Aku adalah Putri Jialin, aku memerintahkan kalian untuk membuka gerbang istana."
Keempat penjaga itu menghentikan permainan kartu mereka dan menoleh ke asal suara, mereka saling pandang ketika menyadari siapa dihadapan mereka.
"Hahahahahahahah....."
Gia mengerutkan dahinya melihat keempat penjaga istana itu tertawa.
"Hahahaha... kukira suara siapa itu, ternyata itu adalah putri yang terkenal itu."
"Aku juga tidak menyangkan akan bertemu."
"Reputasinya sangat terkenal mengalahkan kedua saudara kandungnya."
"Hahahahaha.... kau benar reputasinya sebagai 'sampah' sangat terkenal."
Mereka tertawa terbahak-bahak tanpa memperdulikan orang yang mereka ejek, mereka terus mengolok-olok Gia tanpa mengingat posisi mereka sebagai penjaga istana.
Gia menggepalkan tangannya dan menggertakkan giginya melihat mereka masih asyik menertawakannya, dengan dingin dia menatap keempat penjaga itu dan mengeluarkan cambuk. Cambuknya berbeda dengan cambuk yang digunakan Junzhi untuk mencambuk Kasim Cao, cambuknya memiliki gerigi tajam yang dapat menyebakan luka gores yang parah.
Keempat penjaga itu yang melihat Sang Putri mengeluarkan cambuknya bukannya khawatir malah semakin tertawa, salah satu penjaga yang menjadi pemimpin maju mendekati Gia dan mengejeknya didepannya langsung.
"Putri kecil apakah kau ingin bermain? Bagaimana jika bermain dengan paman ini? Paman akan menemanimu sampai puas." Dengan wajah vulgar ia menggoda Sang Putri.
Dengan menundukkan kepalanya Gia berkata dengan suara rendah. "Benarkah?"
"Tentu saja."
Gia tersenyum hingga matanya menyipit. "Kalau begitu tolong buat aku puas paman."
Gia mengeluarkan cambuknya dan melilit leher pemimpin penjaga yang cabul itu hingga membuatnya sulit bernafas, ditambah dengan gerigi tajam menyelimuti cambuknya menambah rasa sakit si penjaga itu.
"Si..sialan kamu." Dia merintih kesakitan merasakan lehernya terkoyak, dia mencoba menarik pedangnya dan memotong cambuk yang melilit lehernya.
Tak membiarkan itu terjadi, Gia segera menendang pedangnya dan membuatnya terlempar jauh. Gia menarik cambuknya dan membuat penjaga itu maju, Gia menendang dan menggunakan tubuhnya sebagai tumpuan kemudian memukul wajahnya dengan keras hingga membuatnya pingsan.
Ketiga penjaga itu sangat terkejut melihat pimpinan mereka dengan mudah dikalahkan oleh sampah yang terkenal tanpa bisa membalas sekalipun!
"Kau... kau.. berani sekali melawan pemimpin kami." Dengan dipimpinya kedua rekannya maju mencoba menyerang Gia.
"Dia adalah pemimpin kalian? Pantas saja, dengan pemimpin seperti itu hanya menghasilkan anak buah yang rusak." Dengan lidahnya yang tajam Gia mengejek mereka.
"Diam kau!" Matanya memerah memandang Sang Putri. "Kawan-kawan mari kita beri pelajaran pada sampah ini!"
"Baik."
Gia memicingkan matanya melihat mereka hendak menyerangnya. "Berani sekali kalian menyerang Putri Kekaisaran." Gia menggulung cambuknya dan meletakkan di pinggangnya. "Let's dance." Dengan kuda-kuda beladiri modern Gia siap menyerang mereka dengan tangan kosong.
"Serang!"
Gia hanya mendengus melihat serangan mereka yang penuh celah, ia maju dan merebut tombak yang hendak menyerangnya, dengan ahli ia memutar tombak itu dan menyerang sang pemilik tombak.
Splassshhh
Gia dengan cepat membungkuk dan menghindari serangan pedang yang akan menebasnya, ia dengan cepat meninju perutnya dan menyikut dagunya dengan keras.
Dugggg
Tak berhenti sampai situ Gia menendang bagian 'privasinya' dan membuatnya membungkuk melindungi bagian 'privasinya' yang berdenyut sakit merasakan tendangan yang sangat kuat.
Satu penjaga tersisa terteguh melihat rekan-rekannya berhasil dikalahkan oleh 'sampah' yang terkenal, dia gemetar ketakutan dan berlutut memohon ampun.
"To... tolong... maaf... maafkan... kami Putri Jialin kami memiliki mata tapi tidak mengenali gunung tai, kami sangat menyesal telah menghina anda."
(Memiliki mata tapi tidak mengenali gunung tai = Tidak dapat mengenali hal hebat)
"Cih..." Gia hanya mendengus melihatnya, mereka hanyalah penjaga yang menggertak orang lemah dan taku dengan orang kuat, sekelompok pecundang yang tak memiliki harga diri, bagaimana bisa mereka menjadi penjaga istana.
Tanpa menghiraukannya Gia melangkah mendekati gerbang istana dan keluar dari istana.
"Hmmm... sungguh menarik" Dengan seringaian nakal dia itu bergerak mengikutinya, ia ingin tahu hal ajaib apa yang akan ia lakukan, seorang putri yang terkenal sebagai 'sampah' dalam sekejap berubah drastis, ia ingin tahu rahasia yang ia miliki.
o0o
Gia berjalan menuju pasar yang diberitahu oleh pelayan yang ia tanya, mirip dengan pasar didunianya tempat ini selalu ramai akan pedagang dan pembeli yang saling bertransaksi setiap harinya. Gia tersenyum melihat pemandangan yang mengingatkannya akan dunianya.
Gia menghentikan salah satu penjalan kaki dan menanyakannya letak toko yang menjual tanaman herbal. Penjalan kaki itu dengan ramah memberitahunya dimana letaknya, Gia membalasnya dengan senyum sebagai tanda terima kasih.
Setelah itu Gia berjalan 50 meter dan berbelok kekanan berjarak 60 meter, dia melihat sebuah tugu dan disampingnya ada sebuah toko.
Gia memasuki toko itu dan terdengan suara lonceng ketika ia membuka pintu.
"Selamat datang pelanggan terhormat." Pegawai toko dengan ramah menyapa pelanggan yang datang.
Gia mengangguk dan tersenyum. "Apakah tokomu memiliki semua bahan-bahan ini?" Gia menyerahkan kertas ditangannya.
Pegawai itu menerima daftarnya dan mengeceknya. "Kami memiliki semua bahan yang anda inginkan, namun untuk akar salvia dan biji dodder kami hanya memiliki sedikit."
Gia mengangguk mengerti, akar salvia dan biji dodder memang agak langka jadi umum jika tokonya memiliki sedikit. "Tidak apa-apa."
"Baiklah tolong tunggu sebentar pelanggan terhormat."
Gia mengangguk dan duduk ditempat duduk yang telah disediakan, ia mengeluarkan kertas dari tasnya dan mengecek lagi daftar hal-hal yang ingin ia cari.
Setelah menunggu akhirnya pegawai toko datang membawa semua pesanan Gia dan mulai menghitu semua harganya. "Semuanya 5 perak 10 wen."
(1 perak = 1000 wen, 1 perak = 100 perak)
"Uh... mahal sekali." Gia sedikit terkejut mendengarnya, uang yang ia bawa kurang untuk ia bayar.
Pegawai toko menghela nafas dan menjelaskan. "Akar salvia dan biji dodder sulit ditemukan karena ini bukan musimnya, sehingga harga setiap jinnya adalah 1 perak 500 wen."
(1 Jin = 0,5 kg)
"Baiklah aku mengerti." Gia mengeluarkan kantong uangnya. "Aku hanya memiliki 3 tael perak, tunggu sebentar aku akan mengambil sisanya." Ia menghela nafas. "Aku titip barang-barangku."
"Baik pelanggan terhormat." Si pegawai menggangguk mengerti dan menerima uangnya.
Gia keluar dari toko dan berpikir cara mendapatkan uang dengan cepat, ia melihat sekeliling mencoba mencari hal yang dapat menghasilkan uang dengan cepat.
Matanya berbinar ketika melihat pemusik jalanan yang tengah bermain musik untuk mendapatkan uang. "Kurasa aku memiliki ide."
-TBC-