Chereads / The King Ghost Wife / Chapter 9 - Chapter 8 - Pasir Berharga

Chapter 9 - Chapter 8 - Pasir Berharga

Gia mendekati pemusik jalanan itu dan berniat meminjam sitarnya. "Hei bolehkan aku meminjam sitarmu?"

Pemusik jalanan itu sedikit tersentak mendengar suara dari belakangnya, ia menoleh dan melihat gadis muda yang menyapanya. "Ya?"

Gia mengulangi pertanyaannya. "Bisakah aku meminjam sitarmu?"

Pemusik jalanan itu sedikit gugup menanggapi gadis muda yang berniat meminjam Sitarnya.

"Ten... tentu saja."

"Terimakasih." Gia tersenyum dan mengambil sitar miliknya."I...i..ya..." Dia semakin terpesona setelah melihat senyumnya.

Gia berjalan mencari tempat duduk yang nyaman dan mulai meletakan sitar dipangkuannya, Gia melemaskan otot jarinya dan memegang tali sitar, matanya tertutup mencoba mengingat melodi lagu diingatannya. Dia menarik nafas dalam-dalam dan mulai memainkan intro lagunya.

Hey yeah no oh oh yeah

Mmm dengar

Aku pernah tuk berpakaian seperti orang lain

Aku ingin berbaur

Mereka bilang tidak, terus aku mimpi di rendahkan

Bilang aku tidak pernah menang, ya

Aku suka menjadi yang berbeda

Menjaga pendapat, biarkan mereka

Menangis, ingin melihatku tenggelam

Seperti yang bahagia adalah suatu dosa, uh huh

Semua orang yang mendengar suaranya seketika menghentikan kegiatan mereka dan mencari asal suara indah yang terdengar, mereka mencoba mencarinya dan akhirnya melihat seorang gadis muda yang tengah bernyanyi sambil memainkan sitar.

Dan sekarang aku lebih tua, itu tidak pernah berakhir

Tak berhenti menghasutku, dunia terus mengujiku

Aku kembali ke jalur tuk kembali

Di hari yang buruk, aku hanya harus tinggal, tinggal, tinggal, tinggal

Beberapa orang mulai mendekati gadis itu agar bisa melihat dan mendengar suaranya dengan jelas. Sedangkan pemusik jalanan yang telah meminjamkan sitar pada Gia terbelalak kaget karena melihat penampilannya yang luar biasa, ia semakin dikejutkan dengan kumpulan orang yang mulai mengelilinginya. Dengan inisiatifnya, dia meletakan sebuah wadah agar orang-orang dapat meletakan uang setelah melihat penampilan gadis itu.

Aku tetap mendapatkan petunjuk dan aku siap

Untuk cinta yang baik dan hidup yang buruk

Petunjuk-petunjuk dan sekarang aku mengerti

Hanya buat yang terbaik dari apa yang kau miliki

Karena terkadang indah, terkadang terasa sakit

Terkadang matahari menyinari, terkadang hujan

Aku petunjuk dan sekarang aku mengerti

Hanya buat yang terbaik dari apa yang kau miliki

Petunjuk dan kini ku dapatkan

Hanya buat yang terbaik dari apa yang kau miliki

Gia membuka matanya dan melihat kumpulan orang yang tengah mengelilinya menikmati penampilannya. Matanya berbinar melihat semua orang dan membuatnya semakin bersemangat bernyanyi. Matanya tidak sengaja menangkap sebuah wadah yang diletakan didepannya dan berisi beberapa koin dari para penonton. Matanya menoleh kearah pemain musik jalanan itu dan melemparkan senyum kecil padanya.

Pemain musik jalanan yang melihat senyumnya menjadi salah tingkah dan menggaruk lehernya yang tidak gatal.

Sosok itu yang telah melihat semua kegiatan Gia seketika geram karena melihatnya melemparkan senyum pada pemusik jalanan yang menurutnya jelek jika dibandingkan dengannya. Dengan ayunan kecil tangannya ia mengirim angin kecil dan membuat pemusik jalanan itu sampai terjungkal kedepan.

Aku tidak akan pernah lari, jangan pernah lari dari pelajaran

Aku tidak akan pernah bersembunyi, tak kan pernah bersembunyi dari sekarang

Semua pahit manis, semua ini dan sekarang

Semua yang aku hadapi, tidak, itu tak pernah dilupakan

Karena setiap harilah kesempatanku tuk bisa berkembang

Semua pahit manis, ya aku tinggal sekarang, hey

Aku tinggal sekarang, ya, 1 2 3

Dengan semangat Gia mengajak semua orang untuk ikut bernyayi dengannya untuk memeriahkan suasana. Ia berdiri sambil menompang sitar ditangannya dan menari kecil sambil bernyanyi, terkadang ia mendekati salah satu penonton dan mengajaknya menari bersama, senyum dan tawa tak lepas dari wajah cantiknya ketika melakukan hal yang paling ia suka.

Sosok itu terus mengawasi Gia dan sesekali tersenyum melihatnya tertawa lepas sambil bernyanyi.

Aku tetap mendapat petunjuk dan aku siap

Untuk cinta yang baik dan hidup yang buruk

Petunjuk-petunjuk dan sekarang aku mengerti

Hanya buat yang terbaik dari apa yang kau miliki

Karena terkadang indah, terkadang terasa sakit

Terkadang matahari menyinari, terkadang hujan

Aku petunjuk dan sekarang aku mengerti

Hanya buat yang terbaik dari apa yang kau miliki

Petunjuk dan kini ku dapatkan

Hanya buat yang terbaik dari apa yang kau miliki

Indah, tapi terkadang terasa sakit

Terkadang matahari menyinari, terkadang hujan

(Little Mix - Clued Up*)

Semua orang bertepuk tangan meriah setelah Gia menyelesaikan penampilannya yang menakjubkan, mereka saling melemparkan pujian untuk mengomentari penampilannya tak lupa mereka melemparkan uang koin ke wadah yang telah disediakan, tak tanggung-tanggung mereka ikhlas mengeluarkan uang koin yang banyak karena mereka sangat puas melihat penampilannya.

"Wow permainan yang sangat bagus."

"Kau benar, dia menyanyikan lagu tersebut dengan baik, apalagi dia bernyanyi sambil menari menambah nilai plus pada penampilannya."

"Aku tidak menyangka ada pemain musik jalanan dapat bermain sebagus ini."

"Hei! Kurasa dia bukan pemusik jalanan, lihatlah pakaiannya! Walupun tidak sebagus pakaian para bangsawan namun pakaiannya terlihat lebih baik daripada kita."

"Eh kau benar, apakah dia seorang bangsawan yang menyamar?"

"Tidak mungkin! Keluarga bangsawan mana yang mau bernyanyi untuk mendapatkan uang bukankah mereka sudah memiliki banyak uang."

"Benar juga, tapi..."

Gia tidak memperdulikan pendapat mereka dan mulai mengumpulkan uang yang tercecer karena tidak muat dalam wadah yang disediakan.

"Terimakasih atas perhatian kalian, selama tinggal semua sampai bertemu lagi." Gia melambaikan tangannya dan mulai mengemasi barang-barangnya dan meninggalkan tempat itu.

Seketika semua orang kecewa melihat kepergiannya, mereka seakan tidak puas dan ingin melihat permainannya lagi.

Ketika melewati pemain musik jalanan itu Gia mengembalikan sitarnya dan memberikan satu tael perak kepadanya sebagai tanda terimakasih.

Pemusik jalanan itu masih terpesona akan penampilannya dan akhirnya sadar karena gadis itu memberikan sebuah koin ditangannya, ia melihat sebuah tael perak ditangannya, matanya melebar karena selama ia menjadi pemain musik jalanan dia tidak pernah menerima uang tael perak.

"Astaga terimakasih dermawan terhomat." Pemain itu membungkuk untuk berterimakasih dan Gia membalasnya dengan ancungan jempol.

"Tidak rugi aku mengikutinya, akhirnya aku bisa mendengar suara yang indah itu"

***

Gia sangat senang telah menghasilkan uang dari kegiatan yang dia sukai, ia tidak menyangka keantusiasan penonton sangat besar, padahal jika ia biasanya tampil didunianya respon para penonton biasa saja sebab mereka sudah sering melihat penampilan penyanyi yang lebih baik darinya.

Gia mencari tempat yang aman untuk menghitung uang yang ia hasilkan, ia tidak sabar melihat hasil jeri payahnya.

Setelah menemukan tempat yang aman Gia mengeluarkan kantong uangnya dan menebarkannya ke tanah dan mulai menghitung satu persatu koin.

Selesai berhitung Gia tersenyum lebar karena tidak menyangka akan mendapatkan uang yang banyak. "Hari ini aku mendapatkan uang yang banyak, aku tidak menyangka akan mendapatkan 6 tael perak dan 2543 wen, kurasa uang ini akan cukup untuk membeli keperluan yang kubutuhkan."

Gia mulai mengemasi barang-barangnya dan melanjutkan perjalanannya untuk mencari bahan-bahan yang dia perlukan.

Sosok itu terus mengikuti Gia tanpa disadarinya, dia ingin tahu hal unik apalagi yang akan ia lakukan.

Gia berjalan menyusuri hutan karena bahan yang diabutuhkan ada didalam hutan, ia dengan teliti memandangi bagian hutan untuk menemukan bahan yang ia perlukan. Ketika melewati sebuah pertambangan pasir, ia melihat penambang pasir yang keluar dari pertambangan dengan wajah kecewa. Gia sangat penasaran dan mencoba mendekati mereka.

"Paman kenapa kalian keluar dari pertambangan dengan wajah suram?" Gia bertanya pada salah satu dari mereka.

Dengan wajah lesu penambang itu menjawab. "Kami sangat kecewa karena menggali pasir jinyu yang tidak berharga, padahal kami sangat mengharapkan mendapatkan pasir rouye yang sangat cocok untuk bangunan."

Mereka sangat kecewa ketika mendapati bahwa pasir jinyu yang mereka dapatkan padahal mereka mengira akan mendapatkan pasir rouye yang sangat cocok untuk bangunan. Pasir jinyu dan pasir rouye secara fisik memang terlihat sama namun teksur mereka sangat berbeda, pasir jinyu bersifat halus dan ringan sehingga tidak cocok untuk bangunan.

Mata Gia berkedut mendengar jawaban mereka, dia tidak tahu apakah mereka akan memukul kepala mereka jika mengetahui pasir jinyu sangat berguna jika diolah dengan benar, apalagi bisa menghasilkan cermin yang indah. Dari buku sejarah yang ia baca ia menyimpulkan beberapa sumber daya alam didunia ini memiliki kemiripan seperti didunianya, dan ia mendapati pasir jinyu yang memiliki sifat yang mirip dengan pasir silika didunianya, bahan utama yang ia cari.

Bahan yang ia kira akan sulit ia dapatkan ternyata sangat mudah, ia tidak menyangka akan menemukan pertambangan pasir silika yang ditinggalkan orang karena menganggapnya tidak berguna. Padahal jika diolah dengan benar pasir ini dapat menghasilkan sebuah cermin yang indah mengalahkan cermin terbaik didunia ini sebab yang ia tahu ternyata dunia ini menggunakan kuningan dan perak sebagai cermin dan itu tidak merefleksikan bayangan dengan jelas.

Gia ingin menangis tapi tidak memilik air mata.

"Oh seperti itu, aku doakan agar paman dan rekan-rekan dapat menemukan pasir rouye secepatnya." Ia tersenyum hingga matanya menyipit. 'Dan jangan kembali mengambil pasir berhargaku.' Ia menyeringai dan melambaikan tangan kepada penambang pasir yang meninggalkannya.

Setelah memastikan mereka telah pergi, Gia melompat senang dan berjalan mendekati tambang sambil bernyanyi ceria. Ia mengeluarkan kantong yang besar dan mulai mengumpulkan pasir silika sebanyak yang bisa dia dapat.

"Apa yang dilakukan gadis itu dengan pasir jinyi?" Sosok itu mengerutkan dahinya heran melihat Gia mengumpulkan pasir yang tak berharga di matanya.

-TBC-