Chereads / The King Ghost Wife / Chapter 4 - Chapter 3 - Masih Ada yang Menyayanginya

Chapter 4 - Chapter 3 - Masih Ada yang Menyayanginya

Setelah kepergian Kaisar dan Putra Mahkota, Gia berdiam diri di kamarnya sambil duduk didekat jendela. Dia dihukum selama sebulan oleh Kaisar agar tidak meninggalkan kediamannya sebagai hukuman karena tidak sopan terhadap Kaisar dan Putra Mahkota. Saat itu Gia diam saja tidak menanggapi, sebab apapun yang ingin ia lakukan tidak ada siapapun yang bisa menghentikannya, bahkan Kaisar sekalipun.

Gia menghela nafas sambil melihat pemandangan dari jendelanya, pikirannya berkelana ke dunianya dan Straley Company. Dia tidak menyangka perusahaan itu melakukan penelitian mustahil kepada manusia dan hampir menyelesaikannya, hanya tinggal sedikit lagi. Namun setidaknya ia berhasil memperlambat kemajuan penelitian tersebut dengan menghapus beberapa data penting yang tersimpan dengan resiko keberadaannya terdeteksi, oleh sebab itu ada seorang pembunuh yang dikirim untuk membunuhnya.

Dan Gia bersikap lengah karena tidak dapat menghindari tabrakan dengan mobil itu, ketika ia ingin menghindari tabrakan itu dia merasa kakinya tertempel sangat kuat ditanah seolah mencegahnya menghindar dan ingin membuatnya mati. Padahal biasanya dia bisa menghindarinya semudah melompati bangunan.

Gia mengacak-acak rambutnya bingung menghadapi berbagai masalah yang menimpanya, masalah Straley Company belum selesai sekarang dia malah bertransmigrasi kedunia lain yang tidak ia mengerti. Dia sangat mengkhawatirkan proyek penelitian Straley Company jika itu berhasil terwujud, walaupun dia berhasil menghapus beberapa data namun tetap saja mereka pasti akan berusaha memulihkannya walaupun itu memakan waktu yang lama.

'Ah sudahlah, itu bukan urusanku lagi.' Desah Gia dalam hati.

'Aku memiliki hal penting yang harus kupikirkan, yaitu bertahan didunia ini.' Gia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju ranjang untuk merebahkan tubuh lelahnya. Gia memejamkan matanya dan memanggil Junzhi yang berada di luar.

"Junzhi apakah kau diluar? Tolong bawakan cermin ke kamarku."

"Baik Tuan Putri."

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Junzhi membawakan sebuah cermin dan meletakkannya di atas meja, Gia segera berjalan menuju cermin untuk melihat wajah dari tubuh barunya.

"Astaga!!! Bagaimana bisa?!?!" Dia tersentak kaget mendapati bayangan yang tercermin di depannya begitu mirip dengan wajahnya di kehidupan sebelumnya namun memiliki kulit yang lebih halus dan cerah.

"Ada apa Tuan Putri?" Junzhi bertanya bingung ketika melihat Putri Jialin yang kaget melihat bayangannya wajahnya sendiri.

"Oh tidak apa-apa Junzhi, kau bisa meninggalkan kamar ini, aku ingin sendiri." Gia segera mengabaikan Junzhi dan menyuruhnya untuk meninggalkannya sendiri.

"Baik Tuan Putri." Junzhi segera meninggalkan kamar Sang Putri dengan tatapan khawatir.

Setelah memastikan ia sendiri di kamar, Gia mencubit wajahnya frustasi melihat bayangannya sendiri di cermin.

"Tidak mungkin bagaimana bisa wajahnya mirip denganku, seharusnya tidak mirip sama sekali. Dan bagaimana bisa aku menggunakan tubuh ini secara bebas seolah-olah ini adalah tubuhku sendiri?"

o0o

Diruang belajar Kaisar.

Kaisar dan Putra Mahkota saling duduk berhadapan dan dibatasi oleh meja kecil diantara mereka.

"Fuhuang putramu yakin bahwa dia bukan Putri Jialin." Putra Mahkota segera menyuarakan pendapatnya dihadapan Kaisar. Ia semakin yakin dengan pendapatnya setelah melihat Jialin.

(Fuhuang = Ayah Kekaisaran)

Kaisar menggelengkan kepalanya. "Tidak Putra Mahkota dia adalah Jialin yang asli, aku melihat segel dari teknik 'itu' dilehernya ketika dia menoleh" Kaisar yakin dia adalah Jialin yang asli karena terdapat tanda segel yang unik di lehernya. Karena hanya dialah yang memiliki tanda segel seperti itu."

Putra Mahkota masih kukuh dengan pendapatnya. "Fuhuang bisa saja itu palsu, tanda segel tersebut mudah dilihat dan pasti musuh menirunya agar seperti aslinya."

"Diam Putra Mahkota! Kau juga tahu bahwa tanda segel itu spesial dan tidak bisa ditiru, hanya dengan menggunakan teknik 'itu' agar bisa terbentuk. Tapi kau juga tahu bahwa teknik 'itu' sudah hilang dan hanya Ibumu lah yang bisa menggunakannya selama ini." Kaisar marah dengan Putra Mahkota yang selalu mempertanyakan Jialin. Dia benar-benar yakin bahwa dia Jialin yang asli.

Putra Mahkota diam dan mengingat bahwa tanda segel tersebut sangatlah spesial dan orang lain tidak bisa menirunya.

Kaisar menghela nafas tak berdaya. "Mungkin dia benar bahwa selama ini kita tidak tahu apa-apa tentang Jialin, kita selalu menutup mata atas penderitaan Jialin selama ini. Mungkin inilah Jialin yang sebenarnya yang terpendam dalam sikap lembutnya. Jialin yang sekarang sudah berbeda, kita tidak bisa perlakukan dia seperti dulu"

o0o

Disebuah ruangan remang-remang orang itu menyesap tehnya sambil menunggu kabar dari salah satu anak buahnya yang ia berikan sebuah misi, mulutnya menyeringai dalam kegelapan ketika membayangkan keberhasilan misi, itu akan menjadi kabar terbaik selama hidupnya.

Tiba-tiba sebuah bayangan gelap memasuki kamar tersebut dalam diam dan segera berlutut dihadapan tuannya.

"Bagaimana misimu?"

Bawahan itu menunduk menyesal. "Ampun tuan kami gagal membunuh Putri Jialin."

Plakkk~~~

Suara tamparan keras memenuhi kamar tersebut.

"Dasar tidak berguna! Membunuh gadis sampah seperti itu kalian gagal melakukannya, untuk apa aku melatih kalian? Lebih baik kalian mati saja!"

Bawahan itu gemetar ketakutan dan bersujud dengan rendah."Ampun tuan, penjaga kekaisaran datang terlalu cepat dan membuat kami gagal melaksanakan misi."

"Omong kosong! Kalianlah yang tak becus." Dengan penuh amarah dia mengeluarkan pisau yang tersembunyi dibawah bantalnya dan akan menebas leher bawahan tak becusnya.

"Tolong tunggu tuan saya memiliki kabar lain mengenai Putri Jialin."

Bawahan itu segera menghentikan pisau yang akan menebas lehernya.

Masih dengan tatapan marah dia bertanya. "Kabar apa?"

"Putri Jialin telah kehilangan semua ingatannya."

"Apa?!?!"

o0o

"Hei Junzhi bisakah kamu nyalakan lampu." Gia yang sedang bermalas-malasan diranjangannya berguling mendekati Junzhi yang duduk di samping ranjangnya.

Junzhi menaikan alisnya bingung. "Lampu? Apa itu lampu Tuan Putri?" Dengan bingung Junzhi menanyakan perintah Gia karena dia tidak tahu apa itu lampu.

Gia menepuk dahinya dan meruntuki dirinya. "Sial aku lupa dunia ini seperti zaman kuno pasti tidak ada lampu."

"Maksudku nyalakan lentera atau lilin, kamar ini mulai gelap karena malam." Dengan cepat Gia mengoreksi perintahnya.

"Baik Tuan Putri." Junzhi segera melaksanakan perintah Putri Jialin dan melupakan pertanyaannya tentang lampu.

Setelah pergi beberapa saat Junzhi kembali dan membawa beberapa lilin untuk menerangi kamar Sang Putri, kemudian dia menyalakannya dan meletakannya di beberapa tempat agar kamarnya menjadi terang.

"Nah sekarang kamu bisa menceritakan siapa aku yang kamu ketahui selama ini." Gia mengatur posisi duduknya agar nyaman saat mendengar cerita Putri Jialin dari Junzhi.

"Baik Tuan Putri, nubi akan menceritakan siapa anda yang nubi ketahui selama ini. Tapi nubi bingung harus dimulai dari mana." Junzhi dengan patuh akan menceritakan kisah Putri Jialin dulu.

(Nubi = Cara pelayan wanita memanggil dirinya sendiri a.k.a aku)

"Kau bisa mulai bagaimana aku terlahir dan bagaimana bisa aku menyebabkan kematian Permaisuri Zhang Junda."

Gia masih penasaran bagaimana Jialin bisa menyebabkan kematian Permaisuri. Karena bila dipikirkan lagi seharusnya jika mendiang Permaisuri berhasil melahirkan Baojia dengan selamat pasti dia masih kuat untuk melahirkan Jialin juga, dan walaupun dia tidak kuat setidaknya dia masih bisa bertahan hingga ajalnya menjemput. Namun, dari tatapan Kaisar dan Putra Mahkota sangat mencerminkan kebencian pada Jialin seolah-olah Jialin sendirilah yang membunuh mendiang Permaisuri.

"Itu nubi kurang mengerti Tuan Putri, nubi bekerja di istana ketika berumur 10 tahun dan saat itu anda berumur 9 tahun. Namun nubi mendengar..." Junzhi dengan ragu-ragu menjawab pertanyaan Putri Jialin.

"Mendengar apa? Cepat katakan!" Gia terus mendesak Junzhi untuk mengatakannya.

"Desas-desus mengatakan bahwa sebenarnya ketika anda dilahirkan anda hanya hidup beberapa saat kemudian meninggal. Namun, mendiang Permaisuri menggunakan teknik terlarang yang menggunakan nyawanya sendiri sebagai korban untuk menghidupkkan anda kembali." Junzhi segera menjawab hal sebenarnya yang ia dengar dari para pelayan lain, karena semua orang juga sudah mengetahui cerita ini.

"Apa? Dia mengorbankan nyawanya untuk...ku?" Gia masih tidak percaya ada seseorang yang rela mengorbankan nyawanya untuk orang lain, itu sangat bertentangan dengan kehidupan di dunianya yang saling membunuh satu sama lain.

"Iya Tuan Putri, setelah mendiang Permaisuri menggunakan teknik itu beliau segera meninggal tepat disamping anda. Ketika Kaisar kembali dari pertemuan penjabat beliau sangat marah dan memerintahkan semua pelayan disana untuk di bunuh. Dan untuk anda, Kaisar memerintahkan untuk mengasingkan anda di paviliun terjauh dari pusat istana dan hanya meninggalkan sedikit pelayan." Dengan sedih Junzhi menceritakan masa lalu Putri Jialin yang disalahkan atas kematian mendiang Permaisuri.

"Dan bagaimana saudara-saudaraku?" Gia memejamkan mata menahan tangis yang seakan tumpah, dia seolah-olah merasakan semua penderitaan yang dialami Putri Jialin selama ini.

"Putra Mahkota membenci dan menjauhi anda karena menganggap telah membunuh mendiang Permaisuri dan untuk Pangeran Kedua, Rong Baojia saudara kembar anda, beliau selalu mencoba menemani anda sejak dulu walaupun sering kali dimarahi Kaisar, Pangeran kedua tidak pernah menyerah dan selalu menemui anda." Junzhi tersenyum ketika mengingat sosok Pangeran Kedua yang penuh perhatian terhadap saudara kembarnya.

Gia melebarkan matanya mendengar ia memiliki saudara yang menyayanginya, didunianya dulu dia adalah anak yatim piatu tunggal dan sangat mengharapkan memiliki seorang saudara, namun rasa takutlah membuatnya sulit mendekati orang lain. "Benarkah? Tapi dimana sekarang dia? Kenapa tidak menemui ku bila dia sayang padaku." Gia mengerutkan dahinya tidak senang karena ketidakhadiran saudaranya itu setelah insiden pembunuhan Putri Jialin.

Junzhi tersenyum melihat ketidaksenangan Sang Putri. "Ketika Pangeran berumur 9 tahun beliau bertemu Master yang hebat yang merekrutnya menjadi muridnya. Sekarang Pangeran masih dalam pelatihan bersama Masternya." Junzhi segera mengatakan perihal tidak hadirnya Pangeran Kedua sekarang.

"Apa dia pernah kembali?"

"Pangeran pernah sekali kembali saat ulang tahun kalian yang ke empat belas tahun. Lihat gelang yang melingkar ditangan anda, itu adalah hadiah dari Pangeran Kedua." Junzhi menunjuk pada gelang yang dipakai Putri Jialin pergelangan tangannya.

Gia tersenyum melihat gelang yang berpola unik dan indah dipergelangan tangannya.

"Dan apakah Tuan Putri ingat kata yang ditinggalkan Pangeran Kedua untuk anda?"

Gia menggelengkan kepalanya.

"Pangeran berkata, ketika dia kembali lagi dia akan menjadi kuat untuk melindungi anda dan selalu disamping anda"

"Hei Jialin dengar kau memiliki orang yang masih menyayangimu"

-TBC-