Satu bulan kemudian...
Sudah satu bulan berlalu, dan Sheren mulai terbiasa untuk menutupi kesedihannya dengan pekerjaan yang ia lakukan bersama dengan Shefa. Apalagi dia sudah mulai aktif bekerja, dan ada tanggung jawab yang dibebankan olehnya.
Meskipun perasaannya masih sedih karena Hayden tidak pernah menghubunginya. Tapi Sheren masih mampu menunjukkan kalau dia baik-baik saja.
Dia sedang berada didalam ruang kerjanya, sebuah telepon kantor menempel erat pada telinga kanan Sheren yang ia apit pada pundaknya, sedangkan tangan Sheren sedang memegangi sebuah laporan pekerjaan.
"Ya, aku butuh pengiriman untuk besok pagi. Apa bapak bisa membuat jadwal untuk besok?" tanya Sheren berbicara kepada salah satu supplier.
"Sungguh? Syukurlah, terimakasih dan maaf karena ini sangat mendadak," ucap Sheren dan menutup teleponnya.