"Tapi aku tidak mau pulang, aku harus melupakan kesedihanku. Dengan bekerja aku bisa melupakan kesedihanku itu." ucap Sheren sambil mengusap air matanya.
"Tidak Sheren, kamu harus pulang. Tenanglah aku akan menemani kamu sampai keadaan kamu baik-baik saja." ucap Shefa sambil menyelipkan anak rambut Sheren di telinganya.
Sheren menganggukkan kepalanya kemudian bangun dari duduknya menurut saja dengan ucapan Shefa.
Melihat Sheren menurut apa katanya, Shefa memutuskan untuk mengantar Sheren pulang dengan mobilnya. Dia tidak mengizinkan Sheren untuk pulang sendiri, apalagi membawa mobil dengan keadaan seperti itu.
Bahkan untuk memastikan keadaan Sheren baik-baik saja, Shefa ikut ke rumah Sheren.
Sheren duduk di kursi penumpang yang berada disamping Shefa. Dia tertidur lelap karena kedua matanya yang terus saja menangis.
Sambil menjalankan mobilnya Shefa menghubungi Frans yang masih di Singapura.