Chereads / BISAKAH KAU MENCINTAIKU LAGI / Chapter 17 - KESABARAN SHEREN

Chapter 17 - KESABARAN SHEREN

Setelah saling mencurahkan hati satu sama lain. Hati Sheren sedikit tenang dan beban perasaannya sedikit berkurang dengan kedatangan Shefa sahabat lamanya.

Hingga pada saatnya Shefa harus pulang keduanya saling berpelukan sangat berat untuk berpisah lagi.

"Dengarkan aku Sheren, tetaplah kamu seperti ini. Kamu harus kuat dan tetaplah bersabar menghadapi apa pun yang datang nanti. Ingat ada aku yang selalu ada untukmu. Dan pikirkan lagi tentang pekerjaan yang aku tawarkan. Kamu bisa bekerja di perusahaanku kapan pun kamu mau." ucap Shefa selain rindu dengan teman-temannya Shefa juga kembali ke Indonesia karena membuka cabang perusahaan baru dari Perusahaannya yang sudah maju di di Negara Singapura.

"Aku akan memikirkannya Fa, tapi untuk saat ini aku masih belum bisa. Aku masih harus menjaga Papa yang sakit." ucap Sheren tidak tega pada mertua perempuannya yang harus menjaga suaminya sendirian. Sedangkan adik-adiknya hanya bisa menjaga setelah selesai sekolah dan kuliah.

"Tidak masalah Ren, pintu perusahaanku akan terbuka kapan pun kamu datang. Hubungi saja aku saat kamu menginginkannya." ucap Shefa sambil melihat jam tangannya.

Sheren menganggukkan kepalanya dengan perasaan bahagia.

"Baiklah Ren, aku pulang ya?" ucap Shefa kembali memeluk Sheren dengan erat.

Dengan perasaan berat terpaksa Sheren mengantar kepergian Shefa sampai di pintu pagar.

"Jaga dirimu baik-baik ya Fa." ucap Sheren melepas pelukan Shefa.

"Kamu juga Ren, jaga kesehatan kamu itu yang terpenting. Aku akan menghubungimu setiap saat." ucap Shefa tidak akan membiarkan Sheren menderita sendirian.

"Terima kasih Fa, kamu seperti malaikat tanpa sayap datang padaku dengan tiba-tiba di saat aku mendapatkan ujian seperti ini." ucap Sheren dengan perasaan haru.

"Tuhan telah mempertemukan kita di waktu yang tepat Ren, Tuhan tidak ingin melihatmu menangis sendirian karena itu Tuhan mempertemukan kita kembali." ucap Shefa sambil mengusap wajah Sheren.

Sheren menganggukkan kepalanya menggenggam tangan Shefa.

"Terima kasih sekali lagi, hati-hati di jalan ya Fa." ucap Sheren dengan tersenyum merasa tenang setelah bertemu dengan Shefa.

Shefa menganggukkan kepalanya kemudian masuk ke dalam mobil mewahnya yang sudah menunggu.

Sheren melambaikan tangannya saat mobil Shefa bergerak pergi menjauh. Sambil melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sebelas siang segera Sheren masuk ke dalam rumah untuk mempersiapkan bekal makan siang Hayden.

Dengan sangat cekatan Sheren menghangatkan masakan yang di inginkan Hayden untuk makan siang. Setelah selesai menyiapkan makanan siang Hayden segera Sheren membersihkan badannya dan berganti pakaian yang sangat rapi dan anggun.

Sebagai istri Hayden yang masih menjadi pimpinan perusahaan, Sheren tidak ingin membuat Hayden malu karena itu Sheren berpenampilan cukup menarik dan anggun.

Sambil membawa bekal makan siang Hayden, Sheren naik taksi ke kantor Hayden.

Tidak memerlukan waktu lama Sheren sudah sampai di kantor Hayden. Sheren melihat banyak karyawan yang keluar dari kantor untuk makan siang di luar.

"Semoga saja pekerjaan Hayden sudah selesai dan bisa menikmati makan siangnya." ucap Sheren dalam hati sambil berjalan dengan tenang masuk ke dalam kantor Hayden.

"Permisi, apa Tuan Hayden ada?" tanya Sheren dengan sangat sopan pada satpam yang menjaga di area staff khusus termasuk Kantor pimpinan. Sheren juga menyebut suaminya dengan sebutan Tuan karena Sheren tidak ingin merasa malu kalau saja Satpam kantor tidak mengenalnya.

"Oh...apa anda Nyonya Hayden?? anda sudah di tunggu Tuan Hayden di dalam." ucap Satpam kantor tersebut dengan sangat hormat karena sudah mendapat pesan dari Hayden untuk menunggu kedatangan Sheren.

Sheren menganggukkan kepalanya dengan wajah sedikit memerah ternyata Hayden sudah menunggunya.

"Terima kasih Pak." ucap Sheren tidak bisa berkata apa-apa lagi selain mengikuti satpam yang mengantarnya ke kantor Hayden setelah mengambil alih bawaan makanan siang Hayden.

Sampai di depan pintu kantor Hayden, dengan cepat satpam itu membuka pintu dan mempersilahkan Sheren masuk sambil memberikan kembali bekal makan siang Hayden.

"Silahkan masuk Nyonya. Selamat makan siang." ucap Satpam dengan tersenyum hormat kemudian meninggalkan Sheren.

"Sheren?? akhirnya kamu datang juga." ucap Hayden segera bangun dari duduknya menyambut kedatangan Sheren.

Sheren mengusap tengkuk lehernya sambil menatap Hayden yang mendekatinya.

"Seharusnya kamu tidak perlu menyambutku seperti ini Hayd. Aku jadi tidak enak dengan Pak satpam." ucap Sheren mengikuti Hayden yang membawanya ke kursi sofa.

"Kenapa merasa tidak enak? bukankah wajar saja kalau seorang satpam menyambut istri pimpinan perusahaan?" ucap Hayden dengan tersenyum menyambut bekal makanan siangnya dari tangan Sheren.

"Mungkin wajar bagi kamu yang telah terbiasa dengan hal itu Hayd, tapi aku kan belum pernah. Jadi sangat wajar juga kalau aku jadi merasa malu. Apalagi bukan aku saja istri kamu kan?" ucap Sheren berharap Hayden mengerti dengan posisinya yang bukan siapa-siapa.

"Sheren, aku mohon jangan membahas orang lain di saat kita berdua. Kita bisa membahas apa pun, asal bukan musuh-musuhku." ucap Hayden dengan wajah suram, menganggap Viona adalah musuh bukan istrinya.

"Aku minta maaf, lupakan apa yang aku katakan." ucap Sheren seraya menggenggam tangan Hayden agar semangat kembali.

"Tidak apa-apa, aku tahu hati kamu baik pada semua orang. Tapi belum tentu orang juga baik padamu Sheren." ucap Hayden membalas genggaman tangan Sheren dengan tatapan sayang.

"Kita makan sekarang saja ya? aku tahu kamu pasti lapar." ucap Sheren dengan penuh perhatian membuka kotak makanan Hayden.

"Aku memang sangat lapar, aku sudah menunggumu dari tadi." ucap Hayden sedikit membungkuk punggungnya untuk melihat kotak makanan yang sudah di buka Sheren.

"Ceklek"

Terdengar suara pintu terbuka tanpa ada ketukan lebih dulu. Hayden dan Sheren menegakkan punggungnya melihat ke arah pintu.

"Viona?!! ada apa kamu ke sini?? apa kamu tidak bisa sebelum masuk mengetuk pintu dulu?" ucap Hayden dengan wajah merah padam.

"Kenapa aku harus mengetuk pintu, ini ruang kerja suamiku dan kebetulan aku pemilik perusahaan ini. Untuk apa aku harus mengetuk pintu? dan satu lagi sebaiknya satpam yang menjaga area sini kamu pecat sekarang juga! dia sudah menghalangi aku bertemu denganmu." ucap Viona dengan penuh kemarahan.

"Aku tidak akan memecatnya, aku memang yang memberi perintah untuk tidak satu pun orang yang mengganggu jam istirahatku." ucap Hayden berusaha untuk tenang saat Sheren menatapnya memberi isyarat padanya agar tidak marah.

"Tapi aku istrimu Hayden, kalau Sheren bisa ada di sini kenapa aku tidak bisa!!!" teriak Viona semakin berapi-api dengan kecemburuannya.

"Aku sudah membuat janji dengan Sheren untuk makan siang bersama di sini. Sebaiknya kamu pulang jangan membuat keributan di sini." ucap Hayden merasa kasihan pada Sheren yang bisa terkena imbas kemarahan Viona.

"Viona kalau kamu mau kita bisa makan bersama-sama di sini." ucap Sheren dengan penuh kesabaran.

"Tidak Sheren! aku dan Hayden ada undangan makan siang di kantor Ayah. Dan Hayden tidak bisa menolaknya! ini perintah Ayah!" ucap Viona mengatasnamakan Ayahnya agar Hayden bisa keluar dengannya dan meninggalkan Sheren.