Semua yang terjadi di fanfic ini
Murni dari hasil pemikiran Author sendiri.
Jika terdapat kesamaan nama, tempat, latar dan kejadian.
Tidak lain karena faktor ketidaksengajaan.
Happy reading readers~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
The Fighter
"SIAL!! BAKAL TERLAMBAT GUEE!!"
Teriak seorang namja dengan berlari keluar dari rumahnya tak lupa menggaet kunci motor matic kebanggaannya. Bahkan ia beri nama honey. Jangan tanya kenapa ia beri nama motor matic itu dengan nama yang err- sampai teman-temannya juga heran.
Apa dia memiliki jones akut?
Entahlah.
Dengan mengambil jalan pintas ia dan honey melaju di gang-gang sempit. Tak terhindar dari semprotan ibu-ibu disana.
"YAK JUNE! PELANKAN LAJU MOTORMU. dasar anak nakal" kesal salah satu ibu yang hampir ia tabrak.
"MAAF BU HWASA~" Teriak June agar terdengar oleh ibu Hwasa.
.
.
.
Sekarang June sudah sampai di depan gerbang yang masih terbuka? Apakah Dewi keberuntungan sekarang bersama June? Ia pun mematikan mesin motornya agar tak terdengar sedikit menyeret motornya biar berjalan, setelah melewati gerbang yang terbuka penglihatan June mengarah ke pos satpam pak Jaehwan yang lagi menyeruput kopi hitam yang baru ia beli dengan tenang. Hingga-
"BAPAK JAEHWAN, JUNE PERGI DULU YE? TENGKIU PAK" teriak june
Sang korban teriakan June itu pun tersedak kopi panasnya.
"A-AAWW aish panaas.. IYE SAMA-SAMA, HATI-HATI JUN-e....-
YAK JUNE!! KEMARI KAU HEI!! DASAR BOCAH KURANG AJAR. AWAS SAJA KAU!!"
mendengar suara melengking pak Jaehwan langsung June menghidupkan mesin motornya secepat kilat menuju arah parkiran.
.
.
.
.
.
Tapi perjalanan June tak sampai di situ. Ketika sampai di kelasnya ada berita yang begitu membuatnya bersyukur untuk hari ini.
Memang ini adalah hari untuk seorang June mendapatkan keberuntungan berlipat. Saat ia masuk ke kelas 12-3. Guru killer yang biasa mengajar pagi ini tidak ada di kelas.
"BENERAN LU PAK DONGHO GA MASUK?!" teriak June tak main-main.
"Bukan ga masuk dodol. Guru lagi rapat di ruangan. Selain mulut lu kayak toa telinga lu budek ya" koreksi Suga.
"Ya sama aja elah, Sug. Tetap ga masuk, horeeeeey~" riang June
"Serah" malas Suga.
Risih dia dekat-dekat June yang gak bisa diem + suka teriak-teriak gak jelas. Mendingan dia tidur dengan menyumbatkan telinganya dengan earphone.
"HEH!! JUNE!"teriak yeoja di belakang nya.
bulu kuduk June tiba-tiba merinding.
"E-eh Suga. Lu denger suara cewek manggil gue kagak?" Merinding June
Sementara yang di panggil tak menanggapi. Mungkin sudah tidur?
"June~" panggil wanita itu lagi.
Glup
June menelan liurnya susah payah. Dengan dahi berkeringat yang sebesar biji jagung. Sebenarnya June takut dengan hal-hal semacam ini.
"Eh, June. Itu si Hayi manggil lu dari tadi pe'a" ucap seseorang yang melihat June seperti ketakutan.
"Eoh?-"
"June-aa~"
"To-tolongin gue Bobby. Bob heh bob-"
Yang di panggil terlihat tak acuh lalu berlalu pergi keluar kelas.
"Lu ga bisa kabur dari gue lagi June~"
Tak lama setelah itu terdengar teriakan June memenuhi lorong kelas 12 yang lari terbirit-birit menjauhi Hayi a.k.a Lee Hi.
"HEH JUNE BAYAR DUIT KAS WOY! UDAH SEBULAN NUNGGAK KAMPRET. BERENTI KAGAK LU, JUNEE!!" teriak Hayi.
"KAGAK, GUE GAK PUNYA DUIT BUAT GITUAN" bela June.
June cabut kata-kata keberuntungannya hari. Ia lupa jika ada malaikat maut penagih duit kas di kelasnya.
Orang-orang di sekitaran lorong kelas 12 memperhatikan mereka berdua menggelengkan kepala maklum. Karena bukan sekali hal ini terjadi.
.
.
.
.
.
"Gue males sumpah, Lia. Masa kita sekolah cuma kayak orang terdampar gini sih?! Mending kita belajar? Ke perpus gitu Lia, woni, Yuk! Nanti aku panggil hanyeong deh kan lagi ke toilet" Ajak salah seorang yeoja kepada kedua temannya.
"Ya ampun Ryujin. Tolong deh pinter lo tuh bisa di rem dikit napa? Jangan mikir belajar dulu, jin. Bukannya enak sekolahan damai kek gini?" Balas Lia
"Iya, jin. Otak lu tuh udah pinter. Gak baik pinter berlebihan. Kata Eomma wony sesuatu yang berlebihan tu gak baik, hm!" Sambung Wonyoung
"Wah, baru liat gue temen sendiri ngajak temennya bodoh, Ryujin. Gak salah pilih teman lu? Hahaha" ucap namja yang datang ke meja trio sahabat ini.
"Ya, gak lah Lucas. Mereka kan soulmate gue. Jauh lu, lu kayak kulkas yang gak pernah di hidupin. Bau" ucap Ryujin menutup hidungnya.
"Wah, ngajak berantem nih anak. SIAPA YANG ELU BILANG BODOH HA?! KULKAS SONGONG, SINI LU!" teriak Lia
Dan berakhirlah kejar-kejaran dengan sang yeoja memegang sapu di tangannya.
"Mereka kenapa Ryujin?" Tanya seorang namja datang ke meja Ryujin.
"E-eh itu.. biasalah Yeonjun. PDKT-an kali hehe" balas Ryujin seadanya
Yang di tuju hanya ber-oh ria.
"Kenapa Yeonjun kesini? Ada masalah?" Tanya Ryujin.
"Sebenarnya.. Wony, bisa ikut gue bentar?" Tanya Yeonjun ragu.
"Eh? mmm.. nanti yujin sendiri? Ga deh" tolak Wonyoung
"Ha? Paan si lu. Gak papa kali, kali aja penting. Jangan mikirin gue, sana-sana hus~" usir Ryujin
"Tapi kan yujin-"
"Gak papa, gue bukan sendiri di kelas wony."
"Tap-"
"Yeonjun, mending lu bawa ni anak deh. Pusing gue lama-lama" ucap Ryujin. Entah kenapa dalam dirinya ada perasaan sakit?
"Hehe, gue pinjem wony dulu ya Ryujin. Yuk wony" ucap Yeonjun.
Dengan pelan Yeonjun menarik lengan wonyoung keluar kelas. Entah kemana. Namun setelah kepergian namja-yeoja terakhir itu entah kenapa perasaan Ryujin begitu sesak?
.
.
.
.
.
.
"Jadi bagaimana pak Dongho? Berita ini yang awalnya hanya rumor tiba-tiba menjadi nyata dalam sekejap" ucap salah satu guru dalam ruangan.
"Tolong tenang Bu Eunbi, kita harus berpikir tenang. Mari minum dulu" ucap guru wanita lain.
"Terima kasih Bu Wendy" ucap Bu Eunbi.
"Haah.. mustahil kita membiarkan anak-anak pulang dalam keadaan genting ini. Apa tidak masalah jika mereka tetap di sekolah pak?" Tanya seorang guru laki-laki.
"Bukankah itu terlalu mengekang pak Namjoon? jika kita mengekang murid disini tidakkah itu juga sulit bagi kita? Secara kita tidak bisa mengontrol semua siswa hanya dengan radio sekolah" terang guru lainnya
"Kau benar Haknyeon, cara seperti apa yang bisa kita lakukan untuk melindungi mereka?" Ucap pak Namjoon
Ah
"Pak Dongho?" Ucap Namjoon lagi
"Ya, Namjoon?" Jawab Dongho
"Bisakah kita membawa para murid dengan bus sekolah. Sekolah kita memiliki 5 bus sekolah besar di parkiran. Setidaknya mereka bisa merasa aman jika sudah di distrik C. Bukankah ada bala bantuan di sana? Kita bisa berjalan dengan itu pak walaupun dengan 2 atau 3 kali angkutan" ujar Namjoon.
"Ah, benar juga kenapa tidak terpikirkan?" Ucap Haknyeon
"Benar juga pak, setidaknya para murid bisa aman. Dan menurut berita yang ku baca distrik Y belum begitu terjamah oleh para zombie jadi kita bisa leluasa untuk sekarang" ucap Wendy.
"Baiklah, kita harus bicara dengan murid tentang hal ini. Dan aku butuh kalian semua untuk itu"
.
.
.
.
.
.
.
"Aarggh.. s-sakit.. to-TOLOOONG.. ARghhh.."
Terdengar suara orang di lorong menuju kamar mandi. Seseorang kesakitan menahan sesuatu.
Seorang yeoja mendengarnya pun langsung bergerak mencari keberadaan orang tersebut.
"Siapa? Hallo.." yeoja itu sedikit berteriak memanggil seseorang yang tak ada di depannya.
"to-TOLOOONG ARghhh..."
"Nugu-ya?"
Yeoja itu bergerak sedikit demi sedikit ke arah toilet wanita. Terdengar kuat dari sana. Saat yeoja ini membuka bilik terakhir toilet tersebut. Terlihat yeoja lain yang mengenakan seragam yang sama dengannya yang meringkuk di dekat toilet. Dengan nafas tersengal-sengal.
"Pe-permisi.."
Hendak tangan yeoja itu memegang bahu yeoja lain yang masih diam sedari tadi.
"Perhatian, kepada seluruh siswa-siswi BYS high school. Karena pihak sekolah telah menerima kabar dari pemerintah bahwa keadaan di distrik Y hampir terinfeksi dengan keberadaan para zombie di sekitaran distrik. Jadi tidak di harapkan para siswa-siswi untuk keluar dari jangkauan sekolah. Kami harap dengan sangat untuk para siswa-siswi mematuhi apa yang telah kami informasikan. Untuk tahap selanjutnya kami harapkan untuk setiap ketua kelas berkumpul di aula 1. Segera!-
Deg
Tiba-tiba tangan yeoja yang ingin menyentuh tubuh yeoja di depannya ini kaku tak bergerak.
'a-apa?! Zo-zombie?"
-jika ada teman kalian atau siapapun
terlihat aneh
keadaan fisiknya
TOLONG!
JAUHI DIA!"
Tiit
Tepat setelah bunyi radio sekolah mati. Jantung dari yeoja ini pun serasa mati pula. Dengan gerakan kaku. Tangannya ia turunkan pelan-pelan. Kakinya ia bawa mundur dengan gerakan kaku.
Jantungnya berdebar bukan main. Ketika sorot mati berwarna putih seluruhnya itu menatapnya lebar.
Yeoja ini pun berusaha mengembalikan kesadarannya. Dengan gerakan pelan, ia langkahkan kakinya menjauh sedikit demi sedikit.
Sorot mata yang menatapnya tadi perlahan menghilang di balik bilik toilet.
'dia tidak bisa me-melihatku?!'
Sedikit lega.
Ia balikkan tubuhnya pergi keluar toilet dengan sangat hati-hati.
Setelah keluar dari toilet. Ia pun berniat menutup pintu toilet pelan.
Sedikit lagi tertutup.
"eh? HAYEONG APA YANG KAU LAKUKAN?!" teriak yeoja lain di koridor
"ARghhh... Raaaghhh" saut seseor- ralat makhluk yang sudah berubah di dalam toilet.
"HAYEONG?! KAU TIDAK MENDENGAR KU?! YAK!!" teriak yeoja itu lagi.
"RAAGHHHH... ARRGHHHH...RAAAAHH"
'ga-gawat. Ia peka dengan suara'
Hayeong menatap temannya lalu berisyarat dengan mengarahkan jari telunjuknya di depan mulut.
"kenapa dia wony?" Tanya seorang namja yang datang menghampiri wonyoung.
"Ga tau tu Yeonjun, aku panggil dari tadi tapi dia bilang diam. Menyebalkan. Huft" sebal wonyoung.
'lucu.
Tapi tunggu.
Kenapa hayeong berisyarat seperti itu? Aneh. Eh-!' Inner Yeonjun
Terlihat dari jauh gerak-gerik Hayeon menutup pelan pintu toilet wanita sangat hati-hati. Hingga-
"HAYEONG! SETIDAKNYA JAWAB AK-" mulut wonyoung cepat di tutup oleh Yeonjun dengan tangannya. Yeonjun sepertinya tahu apa yang ingin hayeong maksud.
BRUK
BRUK
BRUK
"Ga-gawat. Wony Lari!!" Teriak Yeonjun pada wonyoung.
Mereka berlari. Namun
"AAAAAARGGGHHHHH-
BRUK
RAAAAAAGHHHHHHH.. AAAAAARRRHHHH
BRAK
BRAK
"HAYEON!!!/HAYEON!!!" teriak keduanya.
TBC