Chereads / Love Me or Leave Me (Indonesia) / Chapter 18 - Pertunangan

Chapter 18 - Pertunangan

Azmya melajukan mobilnya tanpa tujuan dengan pikirannya yang kemana mana. Sudah seminggu ini papihnya mengenalkan tiga lelaki. Tapi tak satu pun yang bisa membuat Azmya suka.

Ya meski dia yang meminta dijodohkan, tapi dia juga ingin dijodohkan dengan lelaki yang pas dengannya. Dia juga tidak mau menikah dengan sembarangan lelaki yang tidak memahaminya. Untuk visual, Azmya tidak memiliki standar yang tinggi. Lagipula ketiga laki-laki yang dikenalkan papihnya itu cukup tampan dan kharismatik. Tapi Azmya tidak suka kepribadian mereka.

Sejenak Azmya pun merasa kalau dia memang belum sepenuhnya melepas bayangan Jun. Tapi dia juga tidak mau terus terusan di dalam jurang kesepian dan belenggu kerinduan seorang laki-laki di hidupnya.

Azmya tidak sadar kalau dia mengendarai mobilnya sampai di tempat ini. Danau Cinta. Tempat dimana dia dan Jun pernah kesini. Kenapa dia nekat kesini. Hatinya yang menuntun ke tempat ini lagi.

Azmya turun dari mobil dan perlahan menuju jalan menuju danau itu. Danau itu belum banyak berubah setelah sembilan tahun lebih.

Azmya pun mendapati sebuah kursi yang menghadap ke danau. Kursi yang dulu pernah dia duduki bersama Jun kini sudah berganti dengan kursi yang terbuat besi. Azmya pun duduk dengan perasaan hancur. Dia kembali lagi teringat dengan Jun.

Bagaimana kabar Jun, apakah dia baik baik saja. Apakah terjadi sesuatu setelah Hyo Jin bunuh diri. Azmya tidak berani membuka portal berita online maupun televisi. Dia tak tahan kalau mendengar berita tentang Jun.

Ada sesuatu mengalir hangat yang jatuh dari iris matanya. Azmya menangis tanpa suara. Hatinya merasa masih sakit karena Jun sudah membohonginya dan tidak pernah mencoba menghubunginya sama sekali. Dan sesal juga dia tidak meminta langsung nomor Jun waktu itu. Dia begitu yakin kalau Jun akan menghubunginya. Mengingat kebodohannya itu dada Azmya semakin sesak.

Tiba-tiba ada seseorang yang duduk disampingnya dan memberinya sebuah sapu tangan. Azmya menoleh ke samping. Seorang laki-laki memberinya sapu tangan berwarna abu-abu dan menyodorkannya tepat di wajah Azmya. Azmya tidak kenal dengan lelaki itu.

Tapi dia buru-buru menghapus air matanya dengan jari jari tangannya. Merasa diabaikan bantuannya. Laki-laki itu kemudian memegang tangan kiri Azmya dan meletakkan sapu tangannya ke tangan Azmya. Azmya merasa malu dia terciduk menangis di tempat umum dan di depan seorang laki laki pula.

"Pakai sapu tangan, ini bersih kok baru dapat nyuci Bi Inah",kata laki-laki itu sambil tersenyum ramah.

Azmya ragu menerimanya, mana mungkin dia menerima itu.

"Oh ya, kamu kesini pasti sendiri?"tanya laki laki itu tanpa memedulikan wajah Azmya yang keheranan dengan kedatangan laki-laki itu.

"Aku Sena, kebetulan aku lagi survey tempat ini dan lihat seorang cewek cantik duduk sendirian sambil akting nangis, kamu pasti artis yang sedang latihan adegan nangis ya disini?" laki laki itu panjang lebar bicara tanpa melihat situasi Azmya yang salah tingkah.

Mendengar omongan laki-laki itu yang menyebutnya sedang akting. Azmya paham dan mengerti kalau laki-laki itu tidak mau melukai harga dirinya dengan menyebutnya dengan menangis sungguhan. Baru mendengar perkataan itu, Azmya berpraduga kalau laki-laki itu adalah laki laki yang baik dan ramah.

Azmya pun langsung mengambil sapu tangan itu dan mengusap sisa sisa airmatanya di pipi. Kemudian laki-laki itu berdiri dan berjalan ke tepi danau. Kedua tangannya dia lipat di belakang punggungnya yang panjang dan lebar.

Nampaknya dia sedang memeriksa sesuatu di danau ini dengan serius. Kemudian dia berbalik dan menyisiri sekitaran tempat duduk Azmya seperti sedang mempertimbangkan sesuatu. Azmya hanya memperhatikan gerak gerik laki laki itu yang mengaku bernama Sena itu.

Siapa dia? Apa yang dia lakukan di tempat ini? Dari penampilan dan gerak gerik dia, sepertinya dia survey tempat. Hal itu sih yang sempat dia katakan kalau tadi sedang survey tempat.

"Menurut kamu, tempat ini cocok nggak kalau dibangun real estate?"tanya Sena.

"Apa?"tanya Azmya heran juga kenapa orang itu malah minta pendapatnya.

"Real estate, komplek mewah."

"Ya aku tahu, tapi kenapa kamu tanya pendapat aku?"tanya Azmya ketus.

"Hmmm, iya juga sih, hehe, spontan aja sih aku tanya."jawab Sena sambil menggaruk garuk kepalanya.

****

Ternyata pertemuannya dengan Sena di danau tempo itu ternyata bukan yang pertama dan terakhir. Betapa terkejutnya dia ketika dia harus menemui calon jodoh yang dipilih papihnya.

Kali ini dia menemui laki laki yang dipilih papihnya ternyata Sena. Tentu saja Azmya kaget, karena Sena adalah masih anak dari kolega bisnis papihnya. Sena yang juga tidak menyangka kalau gadis yang harus dia temui adalah gadis yang pernah dia temui menangis di danau.

"Kalau orang bilang, pertemua pertama adalah kebetulan, tapi yang kedua muingkin takdir," ucap Sena sambil tersenyum lebar.

Azmya melihat senyum itu cukup manis.

Namun Azmya tidak mau begitu menanggapinya. Tetap saja dia harus menguji laki laki ini seperti yang sudah sudah dia lakukan sebelumnya.

"Oh ya, kamu mau pesan apa?"tanya Sena.

"Apa saja yang penting enak dimakan?"jawab Azmya cuek.

"Oke aku pesenin makanan favorit aku disini."

"Emang kamu sering mampir ke Bandung?"tanya Azmya.

"Seringlah, apalagi kayaknya aku bakal sering mondar mandir Jakarta-Bandung," goda Sena.

"Apa sih." Azmya merasa Sena sedikit menggodanya.

Sena kemudian memanggil seorang pramusaji restoran itu. Setelah bercakap-cakap mengenai pesanannya Sena kemudian melihat Azmya yang terlihat sedih menatap ke luar jendela. Sena pun mencari tahu apa yang Azmya lihat dan apa yang sedang dipikirkan Azmya. Sepertinya dia tidak fokus padanya.

Sena membaca gerakan bibir mungil Azmya yang menatap ke depan restoran yang banyak orang lalu lalang. Lama juga Sena memperhatikannya. Bahkan saaat pesanan mereka datang Azmya masih memandang ke luar. Sena pun mencoba menebak isi pikiran Azmya.

"Kamu lagi ngitung orang yang lewat ya?"tanya Sena membuat Azmya langsung terhentak. Bagaimana dia bisa tahu.

"Udah dapat berapa tuh itungannya, aku tebak pasti udah nyampe dua puluhan," sambungnya lagi.

"Kok kamu bisa tahu?"tanya Azmya takjub.

"Ya taulah, aku liat bibir kamu komat kamit sambil ngeliat ke luar jendela, apalagi kalau bukan lagi ngitung orang lewat, eh- eh, tapi beneran tebakanku bener?"tanya Sena merasa kaget juga. Padahal dia asal asalan juga nebak. Dia pikir dia hanya random aja nebak eh tahunya beneran.

"Oh jadi kamu asal nebak aja?"tanya Azmya mulai fokus berbincang dengan Sena.

"Sudahlah nggak penting juga, mending kita makan dulu yuu, kalau keburu dingin jadi nggak enak!"kata Sena kemudian mencoba memberikan sendok dan garpu ke tangan Azmya.

Azmya pun mengangguk pelan. Sepertinya Sena lulus ujiannya kali ini. Tapi kenapa Azmya malah merasa terbebani. Padahal seharusnya dia senang, kalau kali ini pilihan papihnya lebih baik dari yang kemarin.

Sepertinya Sena tipe lelaki yang menyenangkan dan menghibur. Dan dia juga sepertinya tidak begitu penasaran tentang masalahnya. Seharusnya dia mungkin sudah bertanya kenapa dia pernah menangis di danau. Dan dia juga tidak banyak bertanya kenapa Azmya malah sibuk menghitung jumlah orang yang lewat daripada ngobrol santai dengannya menceritakan dirinya masing masing.

****

Azmya pulang ke rumah dengan hati yang penuh dengan dilemma. Pertemuannya dengan Sena tadi berjalan lancar sesuai yang dia harapkan. Tapi kenapa hatinya seperti mendapatkan beban yang begitu berat.

"Bagaimana pertemuan dengan Sena?"tanya papih langsung mengintrogasinya yang baru menghempaskannya badannya di sofa ruang keluarga.

"Lancar pih", jawab Azmya pendek.

"Terus gimana, kamu cocok nggak sama dia?"tanya mamih ikut-ikutan.

"Hemm",jawab Azmya ragu sambil memejamkan matanya yang lelah.

"Kok hemm doang sih, bagaimana?"tanya papih ingin mempertegas jawaban Azmya.

"Azmya suka sih pih-"

"Berarti sisanya papih tinggal bicara dengan keluarga Sena untuk segera mempersiapkan kalian tunangan."

"Apa pih, tunangan?"tanya Azmya kaget. Ternyata papih langsung gerak cepat. Membuat Azmya merasa belum siap sepenuhnya.

"Azmya, kamu nggak usah terburu-buru dulu dong buat langsung menikah, semua ada tahapannya!"kata papihnya salah menanggapi.

"Bukan begitu pih, Azmy malah belum siap tunangan."

"Lho, bukannya kemarin-kemarin kamu malah ngebet pengen cepat cepat dapat calon suami?"tanya mamih.

"Iya sih."

Azmya hanya memilin kedua tangannya di pangkuannya. Dia bingung mesti menjawab apa. Karena memang awalnya dia yang meminta dicarikan calon suami. Tapi setelah dia mendapatkan yang cocok. Hatinya mulai ragu kembali. Apakah keputusan untuk bertunangan adalah pilihan yang benar saat ini.

****

Azmya galau dan dilema. Karena menurut cerita papihnya kalau keluarga Sena minggu depan mau melamar Azmya sekaligus tunangan. Di saat seperti ini, dia butuh seseorang untuk tempat dia bercerita. Malam itu Azmya memutuskan untuk menghubungi Akira.

"Azmya, apa kabar kamu?"pekik Akira kegirangan mendapat panggilan telepon Azmya.

"Kamu sudah pulang kerja?"tanya Azmya.

"Ya sudah, aku baru aja mau siap siap tidur, kemana saja kamu, aku mau duluan telepon, takut situasi kamu sedang tidak mau diganggu."

"Ya maaf, aku juga takut kalau aku juga malah menganggu kamu."

"Tidak aku malah senang, oh ya minggu depan aku ke Jakarta, ada event Konami Grup di sana, nanti kita ketemuan yaa,"ujar Akira sangat senang memberikan kabar itu.

"Benarkah itu?"tanya Azmya tidak percaya.

'Benar, aku kangen banget sama kamu, aku punya banyak cerita yang harus aku sampaikan sejak kamu resign dari kantor!"ungkap Akira.

"Oh ya, baiklah aku tunggu kamu di Indonesia."

"Oh ya, ada apa tiba-tiba kamu telepon, pasti ada sesuatu?"tanya Akira baru menyadari sesuatu. Saking senangnya dia mendapat telepon dan bersemangat sekali sampai dia lupa kalau ada sesuatu yang mau disampaikan Azmya di tengah malam seperti ini.

"Hmm, eng-, aku minggu depan mau bertunangan", ucap Azmya pelan dan hampir tidak terdengar.

"Apa, tunangan, sama siapa?"tanya Akira.

"Yang pasti sama lelaki lah."

"Oh." Terdengar seperti ada suara kecewa dari Akira.

"Aku harap kamu kesini sebelum aku tunangan!"

"Azmy, kamu sudah bertemu dengan dia?"tanya Akira tiba-tiba.

"Dia siapa?"tanya Azmya heran.

"Rjun."

"Belum sama sekali, kenapa, dan aku mohon kamu jangan ungkit-ungkit tentang Rjun lagi ya!"

"Baiklah, tapi…"

"Aku tidak mau dengar lagi tentang Jun, aku ingin melupakan Jun."

"Tapi , Jun tidak bisa melupakanmu!"pekik Akira membuat Azmya kaget mendengar nada tinggi Akira.

"Dia tidak pernah sedikit pun melupakanmu, selama ini dia hanya bisa menahan rasa bersalahnya sama kamu, dia hanya…."

Sudahlah aku tak perlu menjelaskannya padamu, biar Jun sendiri yang menjelaskannya nanti padamu, dan yang jelas aku merasa kasihan pada Jun."

Azmya tidak memahami maksud perkataan Akira. Apa yang dia tidak ketahui selama ini tentang Jun. Dan kenapa Akira merasa kasihan pada Jun.

"Apa kamu tahu kabar Jun?"tanya Azmya sedikit menelan ludahnya sendiri. Karena tetap saja mulutnya lebih tidak bisa diajak kompromi.

"Apa kamu tidak tahu berita Rjun?"tanya Akira.

"Yang terakhir aku lihat berita, kalau Hyo Jin bunuh diri dan Rjun sempat dikaitkan

dengan itu."

"Itu benar, Hyo Jin bunuh diri di apartemennya, tapi sekarang kasus itu sudah ditetapkan sebagai kasus bunuh diri karena depresi, dan Rjun sebenarnya tidak berkaitan dengan itu, karena Rjun bukan kekasih sesungguhnya."

"Apa!"pekik Azmya terkejut.

"Makanya biar jelas, biar Jun sendiri yang menjelaskannya padamu!"

"Tapi Jun sama sekali tidak pernah mencoba menghubungiku sejak itu, jadi aku pikir aku hanya penghalang buat hubungannya dengan Hyo Jin."

"Sebenarnya Jun pernah meneleponmu, tapi tidak kamu angkat."

"Tidak pernah, aku tidak pernah tahu kalau Jun meneleponku."

"Saat kakek mu meninggal, Rjun berapa kali mencoba menghubungimu."

Azmya menangis sesenggukan mendengar itu. Jadi Jun pernah mencoba menghubunginya. Hanya saja dia tidak tahu kalau ada nomor baru yang meneleponnya. Karena tidak sempat memeriksa riwayat panggilan teleponnya saat dia dalam suasana duka.

"Dia merasa sedih, saat tahu kamu ke Indonesia, selama ini aku dan Rjun beberapa kali bertukar pesan tanpa kamu tahu, karena Rjun berpesan agar kamu tidak usah tahu, karena dia ingin tetap kamu menganggapnya sebagai pengkhianat daripada kamu tahu yang sebenarnya. Katanya dia tahu kalau kamu orangnya seperti apa.

Kamu pasti bertindak gila sama seperti waktu SMA, begitu katanya, tapi saat aku tahu kamu akan bertunangan dengan orang lain, aku pikir ini tidak adil bagi dia."

Azmya mencoba mencerna sebaik mungkin apa yang Akira barusan katakan.

"Halo!"Akira memanggil.

"Ya aku masih dengar, tapi kenapa Jun sampai saat ini tidak mencoba lagi menghubungiku?"tanya Azmya.

"Aku juga tidak tahu, tapi apa kamu sudah dengar juga kalau Rjun keluar dari Seven-F?"tanya Akira.

"Aku, aku tidak tahu itu, kenapa, apa yang terjadi?"tanya Azmya mencecar Akira.

"Hmm,aku belum sempat menanyakan itu padanya, tapi semenjak Do Hwa Wamil, memang kekompakan Seven-F sedikit merenggang."

"Terus kamu tahu sekarang Rjun dimana, apa dia masih di Korea?"tanya Azmya.

"Katanya sih dia sekarang di Amerika Serikat."

"Apa,jadi dia sudah tidak di Korea," gumam Azmya.

"Kamu mau nomor teleponnya?"tanya Akira.

"Apa, ah-, ngg, tidak tidak!"jawab Azmya gagap. Tidak mungkin dia mencoba menghubungi Jun saat Jun pun tidak berusaha menghubunginya lagi selama ini.

"Baiklah,kalau begitu, kita sudahi dulu obrolan kita, minggu depan kita harus ketemu pokoknya," ucap Akira.

"Oke,nice to talk with you, good night".

Azmya malam ini makin bertambah galau. Karena dia mendapatkan realita tentang Jun selama ini dari Akira. Tapi apa yang harus dia lakukan sekarang.

Sampai saat ini pun dia tidak tahu bagaimana perasaaan Jun padanya dengan jelas. Mungkin memang terlalu banyak rintangan dan penghalang buat cintanya pada Jun.