"Zichen! Bibi sedang membicarakan Zichen!" kata Lu Man.
"Bibi..." Pei Zichen mendengus dan memalingkan wajahnya.
"Zichen marah?" Lu Man mengangkat alisnya.
Pei Zichen mendengus.
"Sudahlah, segera kembali ke kamar. Kalau tidak tidur, Zichen tidak bisa tumbuh tinggi." Lu Man tidak menggodanya lagi.
"Zichen tidak mau mendengarkan kata-kata Bibi!" Pei Zichen melawan.
"Baiklah! Kalau begitu, Zichen tinggal di sini dan temani Bibi. Bibi sangat takut tinggal sendirian di sini!"
"Baiklah, Zichen akan tinggal di sini. Zichen tidak akan takut seperti Bibi!" Pei Zichen berkata dengan sombong.
Lu Man tercengang, 'Mengapa anak ini mau tinggal di sini?'
Bukankah Pei Zichen membencinya?
"Zichen, cepat kembali tidur!"
Pei Zichen tidak beranjak dari sana. Anak itu malah berlutut tidak jauh dari Lu Man.
Lu Man tercengang, 'Bagaimana bisa sifat Pei Xiuyuan dan Pei Zichen semirip ini?'
"Mengapa Zichen berlutut? Zichen sedang menghukum diri sendiri?"
"Zichen memohon pada leluhur agar Bibi segera keluar dari Keluarga Pei!" Pei Zichen adalah anak yang sangat berbakti. Dia benar-benar menyesal melihat nenek buyutnya marah seperti tadi.
Dia memang menghukum dirinya sendiri, tapi dia tidak mau mengakuinya.
"Mengapa Zichen ingin mengusir Bibi? Kalau Zichen mengusir Bibi, nanti juga ada ibu tiri lain yang masuk ke keluarga ini. Mungkinkah mereka lebih baik daripada Bibi?"
"Zichen akan segera menemukan ibu Zichen! Ketika ibu Zichen kembali, tidak ada yang bisa menggoda Ayah!" Pei Zichen sangat percaya diri.
"Ibu Zichen..." Lu Man ingin mengatakan bahwa ibu kandungnya sudah meninggal. Tapi, ketika melihat mata Zichen penuh dengan harapan, dia menahan diri dan tidak mengatakan kenyataannya.
"Ini ibu Zichen. Cantik, kan!" Pei Zichen mengeluarkan foto dari sakunya. Dilihat dari sikapnya yang hati-hati saat mengambil foto itu, tampaknya ia sangat menghargai foto tersebut.
Saat Lu Man ingin mengambil dan melihat foto itu...
"Biar Zichen yang pegang." Pei Zichen tidak ingin Lu Man menyentuh foto ibunya!
Lu Man cemberut.
Di dalam foto itu, terdapat seorang wanita cantik dengan rambut panjang. Wanita itu mengenakan celemek dan memegang hidangan yang baru matang. Tampaknya sifat sosok itu sangat lembut. Lu Man bisa melihat betapa bahagianya senyuman wanita di foto itu.
"Iya, sangat cantik." Lu Man setuju.
"Tentu saja! Ibuku adalah ibu yang paling cantik di dunia ini!" Pei Zichen berkata dengan bangga.
Lu Man kembali cemberut.
Di setiap mata anak, ibunya adalah yang wanita paling cantik. Sama seperti Lu Man, dia juga berpikir bahwa ibunya adalah ibu yang paling cantik dan paling lembut di dunia.
Pei Zichen melirik foto tersebut sebentar, lalu memasukkannya dengan hati-hati ke dalam sakunya. Setelah itu, dia tiba-tiba mengerutkan alisnya, "Jangan bilang Ayah kalau Bibi pernah melihat foto ibuku!"
"Kenapa?"
"Bibi tidak perlu tahu alasannya. Pokoknya, Bibi tidak boleh mengatakannya!" Pei Zichen berkata dengan manja.
"Kalau Zichen tidak mengatakan alasannya, Bibi akan mengatakannya pada Ayah."
Pei Zichen menatapnya dengan marah, "Kenapa Bibi seperti ini!"
"Maaf, Bibi memang seperti ini." Lu Man tiba-tiba merasa dirinya sangat jahat, 'Mengapa aku menggoda anak kecil seperti ini?'
"Zichen diam-diam menyalin foto ini dari ruang kerja Ayah. Ayah tidak tahu, jadi Bibi tidak boleh memberitahu Ayah!"
"Kenapa Zichen diam-diam menyalinnya?" Lu Man bingung.
Pei Zichen berkata, "Ayah tidak pernah memberitahu Zichen tentang Ibu. Sekeras apa pun Zichen bertanya, Ayah tidak pernah menjawabnya. Suatu hari, ketika Ayah sedang sibuk, Zichen masuk ke ruang kerja. Zichen menemukan banyak foto Ibu di laci. Zichen ingin mengambil satu secara diam-diam, tapi Zichen takut kalau Ayah mengetahuinya. Jadi, Zichen mengambil foto dengan ponsel dan meminta Kakek pengurus rumah tangga mencuci foto itu untuk Zichen."
"Bagaimana Zichen tahu kalau dia adalah ibu kandung Zichen?"
"Saat melihat foto itu, raut wajah Kakek pengurus rumah tangga langsung berubah. Lalu, Kakek pengurus rumah tangga bertanya Zichen dapat foto ini dari mana, dan Zichen pun mengatakan yang sejujurnya. Kakek pengurus rumah tangga meminta Zichen menghapus foto-foto itu, tapi Zichen memohon untuk tetap menyimpannya. Lalu, Zichen bertanya apakah orang ini adalah ibu kandung Zichen, dan Kakek pengurus rumah tangga berkata iya."
"Apakah Kakek pengurus rumah tangga memberi tahu tentang ibu Zichen?" Sepertinya pengurus rumah tangga juga takut kalau Pei Zichen sedih, jadi tidak memberitahu bahwa ibunya telah meninggal.
"Zichen bertanya pada kakek itu, mengapa Ibu meninggalkan Zichen? Kakek itu mengatakan bahwa ibu Zichen terpaksa meninggalkan Zichen. Kakek juga mengatakan bahwa Nenek Buyut tidak boleh melihat foto ini. Sepertinya Ibu meninggalkan Zichen karena Nenek Buyut. Lalu, Zichen menanyakan tempat tinggal keluarga Ibu, tapi kata Kakek Ibu tidak punya keluarga. Akhirnya, Zichen membuat kesimpulan."
Lu Man penasaran, "Apa kesimpulan Zichen?"
"Pasti seperti drama di televisi. Ibu memiliki status yang berbeda dengan Ayah, jadi Nenek Buyut tidak menyetujui pernikahan mereka, dan akhirnya Ibu terpaksa pergi setelah melahirkan Zichen..."
Lu Man terdiam, 'Imajinasi anak-anak zaman sekarang benar-benar luar biasa!'
"Zichen tidak tahu di mana Ibu sekarang. Apakah Ibu bisa makan? Apakah Ibu punya tempat tidur? Apakah Ibu bekerja sebagai pencuci piring? Ketika Zichen berpikir tentang ini, Zichen terus menangis setiap malam... " Pei Zichen menahan tangisannya.
Lu Man sangat sedih melihat Pei Zichen merindukan ibunya...
"Kenapa Bibi menikah dengan Ayah? Ibuku sangat menyedihkan. Ibu terpaksa berpisah dengan orang yang ia sayangi, meninggalkan anaknya sendiri, dan menderita di luar sana. Zichen baru bisa menjemput Ibu kembali saat sudah dewasa nanti. Tapi, Bibi sekarang menempati posisi ibuku. Bagaimana ibu Zichen bisa kembali? "Pei Zichen memandang Lu Man dengan sorot mata yang penuh dendam.