"Maaf, Zichen..." Kehadirannya benar-benar menyakitkan hati Pei Zichen.
"Maukah Bibi meninggalkan Ayah? Kalau Bibi ingin uang, Zichen bisa memberikan semua uang Zichen. Tolong jangan menempati posisi Ibu. Ayah sangat mencintai Ibu, dan Zichen juga mencintai Ibu..." Pei Zichen memohon.
Melihat ekspresi itu, Lu Man hampir mengangguk dan mengiyakannya.
Tiba-tiba, Lu Man ingat bahwa ibu Zichen sudah meninggal, jadi dia tidak mungkin bercerai dengan Pei Xiuyuan.
"Zichen, bagaimana kalau begini..."
"Apa?"
"Bukankah Zichen belum menemukan ibu Zichen? Zichen juga tidak tahu kapan baru bisa menemukan Ibu, kan?"
"Sekarang Zichen memang belum menemukan Ibu, tapi mungkin Zichen bisa menemukannya besok!"
"Tidak mungkin!"
"Bagaimana Bibi tahu kalau itu tidak mungkin?" Pei Zichen sedikit kesal, 'Bagaimana dia bisa begitu yakin!'
"Zichen sudah sangat lama mencari Ibu, tapi belum ketemu juga. Mungkin Ibu berada di luar negeri, jadi Zichen tidak mungkin bisa menemukan Ibu besok."
Pei Zichen sependapat dengan Lu Man, "Benar juga."
"Zichen tidak tahu kapan bisa menemukan Ibu. Sebelum berhasil menemukan Ibu, walaupun Zichen mengusir Bibi, pasti ada bibi lain yang menikah dengan Ayah. Zichen mau mengusir mereka satu per satu atau membuat kesepakatan dengan Bibi? "
"Kesepakatan apa?" Pei Zichen bertanya dengan berhati-hati.
"Bagaimana kalau kita hidup bersama dengan damai sampai ibu Zichen kembali?" Lu Man tidak ingin Pei Zichen selalu menentangnya.
"Maukah Bibi pergi saat ibu Zichen kembali?" Pei Zichen berpikir bahwa tawaran Lu Man sangat bagus.
"Ya." Lu Man merasa bersalah karena dia tahu bahwa ibunya tidak akan kembali, tapi dia masih membuat kesepakatan dengan Pei Zichen. Tapi dia tidak tega mengatakan kenyataannya pada Pei Zichen.
Lu Man akan mengatakan yang sebenarnya saat Pei Zichen sudah lebih dewasa!
Pei Zichen sangat senang, tapi ia bertanya, "Bagaimana Zichen bisa percaya pada Bibi?"
"Yakinlah pada Bibi."
"Bibi selalu mengganggu Paman, bagaimana Zichen bisa yakin?" kata Pei Zichen.
"Siapa bilang kalau Bibi mengganggu Paman?"
"Kata bibiku!"
"Zichen percaya kata-kata Bibi Wang Yunxi?"
"Dia adalah bibiku yang paling dekat denganku. Tentu saja Zichen percaya padi Bibi Wang Yunxi. Bibi Wang Yunxi juga tidak pernah berbohong pada Zichen!" Pei Zichen percaya pada bibinya sendiri.
"Kalau begitu, Bibi akan bertanya. Menurut Zichen, yang lebih tampan Ayah atau Paman?"
"Tentu saja Ayah lebih tampan!" Pei Zichen menjawab tanpa ragu.
"Siapa yang lebih baik? Ayah atau Paman?"
"Tentu saja Ayah lebih baik! Ayah Zichen adalah ayah yang terbaik di dunia ini!"
"Nah, betul sekali! Bibi menikah dengan Ayah yang tampan dan begitu baik, mengapa Bibi harus mengganggu Paman yang tidak sebaik Ayah Zichen?"
Ketika Pei Zichen mendengar ini, dia merasa bahwa ini masuk akal. Ayahnya sangat baik, tidak mungkin ada yang tidak menginginkan ayahnya dan lebih memilih pamannya!
"Kenapa Bibi Zichen berkata begitu?" Pei Zichen bingung.
"Bibi Wang Yunxi mengalami delusi yang cukup parah!"
"Sepertinya kemungkinan ini sangat besar!" Pei Zichen mengangguk setuju.
"Jelas!"
"Sepertinya Bibi tidak berbohong. Kali ini Zichen akan mempercayai Bibi! Tapi kalau Bibi tidak menepati janji, Zichen tidak akan mengampuni Bibi!"
"Percayalah pada Bibi, tidak akan ada masalah!"
"Baiklah." Pei Zichen mempercayainya.
"Semoga kita bisa hidup damai dan bahagia!" Lu Man mengulurkan tangannya.
"Zichen tidak berpikir untuk mengusir Bibi, tapi Zichen akan tetap menghancurkan hubungan Bibi dengan Ayah! Kita masih bermusuhan!" kata Pei Zichen dengan sombong. Dia tidak boleh membiarkan Lu Man memiliki hubungan yang baik dengan ayahnya, karena dia takut ayahnya akan jatuh cinta pada Lu Man. Dengan begitu, saat ibunya kembali, ayahnya akan membiarkan Lu Man pergi!
"Iya! Kita adalah musuh, namun kita akan hidup damai bersama!" Lu Man sangat gemas pada Pei Zichen!
Pei Zichen berjabat tangan dengannya dengan puas.
"Karena kita telah membuat kesepakatan yang bagus, Zichen juga harus kembali tidur."
"Zichen tidak akan pergi. Tempat ini bukan milik Bibi, mengapa Bibi mengusir Zichen!"
"Kalau begitu, Zichen berlututlah! Menyenangkan sekali ada Zichen yang menemani Bibi!" Lu Man tidak membujuknya lagi. Dia ingin tahu berapa lama Pei Zichen bisa bertahan!
"Apakah Bibi merasa terhormat karena Zichen menemani Bibi?" Setelah hening sejenak, Pei Zichen merasa suasana begitu sunyi dan membosankan.
"Bibi tidak hanya merasa terhormat, Bibi bahkan merasa ada yang melindungi!"
"Melindungi apa?"
"Dengan adanya pewaris cucu di sini, leluhur Zichen tidak berani keluar untuk menakut-nakuti Bibi. Bukankah Zichen sedang melindungi Bibi?" Lu Man ingin menakuti dia agar pergi dari sana.
Tapi ternyata Pei Zichen tidak takut. Dia malah berkata dengan sombong, "Itu adalah suatu keharusan!"
Lu Man terdiam.
Lu Man saja sebenarnya tidak tahan berlutut di sini, apalagi Pei Zichen, anak kecil yang sombong itu. Seharusnya dia tidak akan bisa tahan selama sepuluh menit, "Kaki Bibi tidak sakit?"
"Tidak sakit." Lu Man menggelengkan kepalanya.
"Tidak mungkin!" Pei Zichen merasa kakinya sakit setelah berlutut sebentar.
"Bibi tidak benar-benar merasa sakit. Kaki Bibi sudah mati rasa. Kalau Bibi berlutut terus seperti ini, mungkin kaki Bibi tidak bisa bergerak karena kekurangan darah..." Lu Man khawatir.
Setelah mendengar ini, Pei Zichen segera berdiri.