Chereads / Semasa Hidupku / Chapter 55 - Percakapan Antara Ibu dan Anak

Chapter 55 - Percakapan Antara Ibu dan Anak

"Aku tidak menyalahkanmu. Ini karena kecerobohanku, dan aku harus dihukum!" Justru Lu Man akan merasa bersalah kalau ia tidak menjalankan hukuman ini. Bagaimanapun juga, dialah yang membuat Nenek Pei jatuh sakit. 

"Aku bilang itu hanya sebuah kecelakaan. Jangan salahkan dirimu sendiri."

Lu Man cemberut. "Aku yang berbuat salah. Wajar jika aku menyalahkan diriku sendiri."

Pei Xiuyuan tidak menjawab perkataan Lu Man. Suasana di aula itu hening sejenak.

"Apakah kau tidak suka kehidupanmu yang sekarang?" tanya Pei Xiuyuan.

"Kenapa tiba-tiba kau menanyakan ini?" Setelah mendengar pertanyaan Pei Xiuyuan, Lu Man tiba-tiba menyadari sesuatu.

Lu Man merasa bahwa dia harus menjelaskan sesuatu, tapi dia tidak tahu bagaimana menjelaskannya.

"Kau terpaksa menikah denganku, tapi apakah kehidupanmu yang sekarang membuatmu merasa tersiksa?" Pei Xiuyuan menutupi emosinya.

Lu Man langsung menjawab, "Bukan, bukan begitu!"

"Jadi, apa maksudmu?"

"Maksudku, aku memang tidak pernah berpikir untuk menikahimu dan aku tidak pernah menginginkan kehidupan seperti ini! Tapi aku tidak merasa menderita menjalani kehidupanku yang sekarang ini!" 

"Jadi, kau menginginkan kehidupan seperti apa?"

"Kehidupan yang sangat sederhana seperti kehidupan orang biasa."

"Bukankah kita sekarang sedang menjalani kehidupan orang biasa?" Pei Xiuyuan pikir kehidupan mereka sekarang tidak berbeda dengan kehidupan orang biasa.

Lu Man terdiam. 'Orang biasa mana yang menjalani kehidupan seperti ini?' 

Kini, Lu Man harus bertemu dengan orang yang tidak ia sukai dan mantan tunangannya. Bahkan mereka akan tinggal bersama di satu rumah. Tiba-tiba ia juga menjadi ibu tiri, dan yang terpenting, ada seorang nenek yang membuatnya sangat ketakutan. 

Ia tidak mau kehidupan yang begitu rumit ini.

"Lu Man, apakah ada sesuatu yang ingin kau lakukan?" Pei Xiuyuan tiba-tiba bertanya.

"Ada."

"Lalu, apakah kau sudah berhasil melakukannya?"

"Sudah." Sebelumnya, Lu Man ingin melunasi hutang Keluarga Mu. Ia tidak ingin hidup di bawah tekanan Keluarga Mu karena harus membayar hutang setiap hari. Setelah melunasi hutang, ia menjalani kehidupan yang stabil seperti yang diinginkannya.

"Lalu, apakah kau senang?"

Lu Man tidak tahu mengapa Pei Xiuyuan mengajukan pertanyaan seperti ini, tapi dia menjawab dengan jujur, "Aku sangat senang, tapi tidak sesenang yang aku bayangkan."

"Benar, terkadang hal yang telah dicapai tidak seindah yang kita bayangkan."

Lu Man mengerti apa yang dia bicarakan.

Pei Xiuyuan mengatakan bahwa kehidupan yang dia inginkan mungkin tidak seindah yang dia bayangkan. Xiuyuan meminta Lu Man untuk menerima dan menyukai kehidupannya yang sekarang.

"Aku tahu, walaupun kehidupan ini bukanlah yang kuinginkan, tapi kehidupanku sekarang juga tidak buruk. Aku akan menghargainya!"

Ketika Pei Xiuyuan ingin mengatakan sesuatu, pengurus rumah tangga mendorong membuka pintu aula dan masuk.

"Presiden Pei, Nenek Pei terus mengigau dan memanggil-manggil nama Anda."

"Iya, aku tahu."

Setelah melapor, pengurus rumah tangga pun pergi.

"Cepat pergilah!" desak Lu Man.

Pei Xiuyuan memperhatikannya dan diam sejenak, "Tunggu aku."

"Iya."

….

Sekarang sudah larut malam. Pei Zichen sedang berbaring di tempat tidurnya, tapi dia tidak bisa tidur. Akhirnya dia mengenakan pakaiannya dan pergi ke aula leluhur. 

Lu Man mendengar suara pintu terbuka. Ia pikir itu adalah Pei Xiuyuan. "Cepat sekali?"

Lu Man mendongak dan melihat bahwa ternyata itu adalah Pei Zichen!

Lu Man tertegun, "Apa yang Zichen lakukan di sini? Sekarang sudah larut malam, mengapa Zichen belum tidur?"

"Aku ingin melihat Bibi." Pei Zichen merasa tidak nyaman ketika melihat Lu Man berlutut di sana. 

"Zichen baik sekali. Bibi sangat tersentuh!" Lu Man tertawa bahagia ketika tahu bahwa Pei Zichen memedulikannya.

Perasaan Pei Zichen bercampur aduk. "Bibi sangat bodoh! Zichen telah menipu Bibi, tapi sekarang Bibi malah berterima kasih pada Zichen! Zichen datang ke sini untuk melihat Bibi menderita!"

"Zichen telah menipu Bibi?"

"Bibi masih tidak mengerti mengapa Zichen meminta Bibi untuk mengambil bola itu? Mengapa vas itu bisa jatuh? Padahal kan Bibi hanya memegang vas itu dengan pelan?" Bodoh! Mungkinkah orang bodoh ini jahat?

Lu Man tidak sebodoh itu. Dia memang memikirkan kemungkinan ini, tapi dia tidak menyangka bahwa Pei Zichen akan datang ke sini dan mengakuinya.

"Mengapa Zichen mengatakan ini kepada Bibi? Zichen tidak takut Bibi mengadukannya pada Ayah?" Lu Man mengangkat alisnya.

"Kalau Bibi ingin mengadu, mengadu saja! Zichen adalah putra Ayah, jadi Ayah tidak akan menghukum Zichen! Nenek Buyut juga sangat menyayangi Zichen. Nenek Buyut juga tidak akan menghukum Zichen!" Pei Zichen tidak peduli dan bertingkah seperti tuan kecil yang sangat manja.

"Bibi tidak akan mengadukannya. Kalau Zichen ingin mengakuinya, Zichen ceritakan saja semuanya di depan Ayah. Bibi percaya, selama Zichen berani mengakui kesalahan, Ayah dan Nenek Buyut tidak akan menyalahkan Zichen." Pei Zichen tidak jahat, hanya saja dia tidak menyukai Lu Man. Wajar jika seorang anak kecil tidak menyukai ibu tirinya. 

"Siapa yang mau mengakuinya! Bibi sendiri kan yang bilang ingin mengadu! Kalau Bibi mau mengadu, mengadu saja! Tapi Bibi harus tahu, kalau Bibi mengadukannya, Ayah dan Nenek Buyut tidak akan mempercayai kata-kata Bibi!" Pei Zichen mendengus. 

"Bibi tidak akan mengadu." Lu Man tersenyum.

"Kenapa? Padahal Ayah begitu mencintai Bibi. Kalau Bibi mengatakan yang sebenarnya, Ayah pasti akan memberitahu Nenek Buyut, dan Bibi tidak akan dihukum lagi?" Pei Zichen tidak mengerti.

Lu Man tertawa keras, 'Dasar anak kecil. Tadi mengatakan begitu, dan sekarang mengatakan begini.'

"Apa yang Bibi tertawakan!"

"Memangnya kenapa? Apakah Bibi harus meminta izin Zichen?" 

Pei Zichen memelototinya. "Bibi benar-benar jahat!"

"Bibi jahat? Rasa tanggung jawab Zichen terlalu rendah!" Lu Man menghina.

"Apa yang Bibi bicarakan! Siapa yang memiliki rasa tanggung jawab yang rendah!" Pei Zichen berkata dengan sombong.