Para petinggi dan para pengawal pribadi dari Kerajaan Rovan, Republik Munkan dan Negara Feodal Zinzam tengah berkumpul di aula Akademi Left Head Cerberus. Masing-masing dari mereka memasang wajah serius tanpa tersirat ada keramahan dari pihak manapun.
Orland yang ditemani kedua pengawalnya juga hadir di sana sebagai tuan rumah. Tapi tentu saja kehadiran Orland tidak mempengaruhi jalannya diskusi para penguasa Logard. Ia dituntut hadir di sana karena jabatannya sebagai Maestro, yang pada kesempatan itu juga bertindak sebagai tuan rumah.
"Jadi, mau tidak mau Munkan dan Zinzam harus memberi kontribusi besar pada kerajaan Rovan. Saat ini kami tengah dilanda kekurangan bahan pangan dan bahan baku lain karena Munkan mengurangi stok penjualan ke luar wilayahnya.
Ditambah, Zinzam hanya memendam kekayaan saja! Kalau terus seperti ini, terpaksa kami harus mengambil langkah keras! Kami akan merebut apa yang kalian miliki secara paksa!" Raja Rovan yang berwatak keras dan tegas mengucapkan kalimat itu dengan lantang. Suaranya begitu keras terdengar di Aula, seperti seekor singa lapar yang mengaum.
"Oh! Jadi, Raja yang Agung ini ingin menguasai seluruh daratan Logard. Itu, kan, maksud dan tujuan Rovan yang sebenarnya? Silahkan saja serang kami! Kami punya banyak harta. Kami bisa merekrut Cerberus, atau tentara-tentara bayaran lain untuk melindungi kami!" seorang pria yang memakai baju mewah khas bangsawan mewakili suara untuk Zinzam.
Lalu seorang pria tua berkacamata yang rambutnya sudah dipenuhi uban berdiri. "Kami terpaksa mengurangi jatah ekspor. Kami sendiri harus menyimpan cadangan, jaga-jaga kalau terpecah perang diantara kita. Kalau terjadi peperangan, tentu Munkan yang paling dirugikan.
Tapi bahan pangan, bahan baku, juga sumber energi ada di wilayah kami! Sampai mati akan kami pertahankan. Kami memang tidak punya pasukan yang kuat, tapi rakyat Munkan akan melindungi negara kami meski nyawa taruhannya!" Presiden Republik Munkan itu ikut membeberkan pendapatnya.
Pria bangsawan yang berasal dari Zinzam itu ikut berdiri. "Langsung saja ke inti permasalahan! Yang Mulia, kami mendapat kabar kalau Rovan akan melangsungkan invasi. Itulah yang membuat kami menyimpan semua kekayaan kami untuk persiapan perang!" ucap pria itu dengan lantang sembari menunjuk-nujuk ke arah sang Raja dari Rovan.
"Betul! Itu alasannya kami menyimpan semua!" Presiden Munkan menambahkan.
Raja Rovan terlihat murka mendengar tuduhan dari Bangsawan Zinzam dan Presiden Munkan. Dengan wajah merah padam, juga ubun-ubun bergetar, Raja Rovan berdiri lalu memukul meja di hadapannya dengan keras, menimbulkan suara bising di Aula. "SEENAKNYA KALIAN MENUDUH KAMI!!!" amukan sang Raja terdengar sangat keras, mendebarkan jantung setiap jiwa yang hadir di sana.
Suasana berubah tegang. Para pengawal sudah mengambil sikap siaga untuk berjaga-jaga.
Sedangkan Orland sudah benar-benar muak berada di sana. Kalau mengikuti keinginan pribadi, ia ingin segera hengkang. Tak peduli dengan para penguasa egois yang gila kekuasaan dan tahta.
Orland jadi merasa tidak sabar menunggu kehadiran Ain di sana. Ia sudah mendengar semua dari Irina, sehingga sang Maestro punya alasan meninggalkan Aula yang memberinya atmosfer tidak menyenangkan.
Seandainya semua berpikir untuk kebaikan Logard tanpa mengedepankan ego, tentu tidak akan terjadi permasalahan seperti itu. Rovan yang terkenal sebagai pemilik kekuatan militer terbesar bisa menjadi pelindung secara fisik untuk Logard. Munkan bisa menjadi pemasok kebutuhan sandang, papan dan pangan. Sedangkan Zinzam yang memiliki kebudayaan dan intelektual tinggi bisa berbagi ilmu mereka untuk dipergunakan secara baik dan benar untuk kemakmuran Logard.
Tapi sayangnya, itu hanyalah impian belaka kalau melihat dari perdebatan para penguasa yang ingin menang sendiri. Mereka malah menyimpan potensi-potensi dari wilayahnya untuk kepentingan sendiri.
Beruntung Riev dan Vabica tidak bertugas di sana. Jadi mereka tidak perlu mendengar pertengkaran para penguasa yang malah terlihat seperti anak kecil tengah berebut sarana bermain di taman.
[•X-Code•]
"Vabica, Vabica, halo, halo, halo, tes, tes-tes," dari dalam Trava, Riev berbicara menggunakan alat komunikasi yang disematkan di telinga pada Vabica yang berada di dalam Trava lain.
"Apaa lagiiii!" Vabica sedikit geram mendengar Riev yang sudah berulang kali menghubunginya, untuk sesuatu yang tidak penting.
"Di sana aman?" Tanya Riev dengan nada polos tak berdosa.
"Uh! Sudah 13 kali kakak nanya itu!!!" Vabica membuat beberapa pasukan Cerberus yang tengah bersamanya terkejut. Mereka tidak pernah melihat Vabica, yang terkenal cuek dan tenang, bersikap seperti itu.
"U-Uh...." Vabica membuang muka, menghindari kontak mata langsung dengan para pasukan Cerberus kelompoknya begitu ia menyadari tindakan spontannya mendadak jadi pusat perhatian.
Dari balik alat komunikasi miliknya terdengar Riev terkekeh puas. Namun tiba-tiba terdengar suara Riev memanggil Vabica dengan suara lantang.
"Vabica! Di depanmu!!" pekik Riev yang melihat ada benda asing, sebuah pesawat kecil berbentuk kapsul yang belum pernah ia lihat, melesat ke arah tempat Trava Vabica berada.
Secara spontan, Vabica beserta pasukannya segera menghujani pesawat itu dengan tembakan plasma yang ditembakan dari Trava. Namun begitu terkejutnya mereka setelah melihat tembakan-tembakan itu terpantul. Seperti ada pelindung khusus yang menyelubungi pesawat asing itu sehingga tidak ada satupun serangan yang berhasil mengenainya.
Situasi genting tengah terjadi di udara, agak jauh dari bangunan Left Head. Sebuah pesawat asing melesat cepat ke arah Left Head. Pesawat itu tidak mempan ditembak oleh senjata plasma mereka. Satu-satunya pilihan adalah dengan membenturkan Trava ke arah pesawat itu. Vabica siap menerima segala resiko demi menjalankan tugas sebaik-baiknya.
Sebenarnya semua bangunan Cerberus dikelilingi pelindung yang bisa menangkal berbagai serangan, termasuk hantaman dari benda asing. Tapi tetap akan menimbulkan efek getaran yang bisa terasa dari dalam bangunan. Tugas mereka kali itu bukan hanya menjaga pertemuan dari serangan, tapi juga menjaga keamanan dan ketentraman. Entah kepanikan seperti apa yang akan terjadi kalau sampai muncul getaran yang terasa seperti sebuah serangan.
Baru saja Vabica memegang kemudi, bersiap melesat untuk menabrakkan Trava-nya ke arah pesawat asing itu, dari arah kanan ia melihat Trava yang telah lebih dulu melesat. Trava itu adalah Trava yang dikendarai oleh Riev.
Tidak seperti Vabica yang bertugas berjaga di sekitar area akademi, Riev bertugas untuk berkeliling dengan cakupan wilayah yang cukup jauh. Makanya, di dalam Trava Riev hanya ada dirinya seorang supaya pembagian jumlah pasukan bisa lebih efisien.
Buuuum!!! Trava milik Riev berhasil menabrak hingga merubah rute pesawat itu. Trava Riev terpental jauh ke arah Utara, sedangkan pesawat berbentuk kapsul itu terpental ke arah sebaliknya. Riev berhasil melindungi Left Head, tapi malah membuatnya berada dalam situasi gawat.
Vabica hanya bisa berteriak memanggil nama Riev saat kejadian itu berlangsung.
[•X-Code•]
Pesawat berbentuk kapsul itu masih tetap melesat walau beberapa bagiannya hancur akibat benturan dengan Trava.
Walau tidak mengarah ke arah bangunan akademi, tapi kini pesawat itu mengarah ke arah Trava lain yang juga melesat dengan cepat.
Ain yang sudah berada dekat dengan Left Head Cerberus segera mencoba untuk mengendalikan Trava, berusaha menghindari benturan dengan pesawat asing yang sudah berada dekat sekali dengannya.
Namun Trava yang dikendarai Ain melesat sangat cepat akibat dari sistem Auto-Pilot yang ia atur dengan kecepatan maksimal, sehingga Ain tidak sempat untuk menghindar.
"Ain!!!" pekik Agna sambil terpejam seraya menutup rapat-rapat telinganya dengan panik.
Duaaaaar!! Tidak seperti sebelumnya saat bertabrakan dengan Trava Riev, kini pesawat itu terjatuh ke tanah.
Selubung yang melindungi pesawat asing itu sudah rusak terlebih dahulu begitu bertabrakan dengan Trava yang Riev kendarai. Sehingga kali ini, pesawat asing itu berputar jatuh ke daratan, seperti burung yang tertembak ketika tengah terbang bebas di angkasa.
Begitu pula dengan Trava milik Ain yang ikut terjatuh. Karena tidak ada lagi pelindung dari pesawat asing itu, Trava Ain tidak terpental seperti Trava yang dikendarai oleh Riev.
Trava Ain melesat jatuh, berdampingan dengan pesawat asing misterius yang baru pertama kali mereka lihat.