Alliesia sang tokoh utama memang adalah wanita yang sedikit cerewet dan juga ceplas-ceplos. Tak heran jika terkadang, Monna suka tertawa sekali-kali saat membaca novel tentang dunia ini dimana ada dialog Alliesia di dalamnya.
Sangat berbeda dengan Cattarina yang sangat pelit berbicara jika tidak sedang marah atau bersama dengan orang dianggapnya. Bahkan saat bersama dengan putra mahkota pun, Cattarina tidak pernah bisa banyak bicara panjang dan lebar dengannya karena putra mahkota terus mengabaikannya.
Alhasil, keduanya bagai dua musim yang berbeda. Satu musim semi untuk Alliesia. Dan satu lagi musim panas yang menyebalkan untuk Cattarina.
"Aku ikut senang jika Yang Mulia Putra Mahkota tidak mempersulitmu. Dan aku doakan kau bisa bertahan menghadapi semua kesulitanmu itu. Untuk membantumu, bagaimana kau aku menyediakan gaun untukmu?" tawar Monna.
Alliesia langsung menatap Cattarina dengan matanya yang bulat dan besar.
"Yang Mulia, saya mana mungkin berani meminta itu. Anda sudah mau menganggap saya sebagai orang terdekat Anda saja, saya sudah merasa senang. Bagaimana mungkin saya bisa meminta hal itu dari Anda," balas Alliesia merasa tidak enak.
Monna tersenyum membalasnya.
"Kau tidak memintanya Alliesia. Aku yang ingin memberikannya padamu. Kau harus tampil cantik. Karena itu, aku akan membantumu." Monna mengungkapkan keyakinannya.
Setelah pengangkatan Alliesia menjadi dokter resmi istana dan usaha pendekatan Monna padanya berlangsung selama beberapa waktu. Monna berhasil mengajak Alliesia menjadi teman minum tehnya bersama, selain pengawalnya, Barron Neil.
Keduanya punya ciri khas mereka masing-masing dalam berbicara dan berargumen. Sehingga setiap kali Monna mengisi kekosongan waktunya dengan bersama mereka, Monna jadi bisa menemukan hal-hal yang baru dan menarik.
"Tapi, Yang Mulia.."
Seperti sifat asli para tokoh protagonis pada umumnya, Alliesia memiliki sifat yang lembut dan tidak tamak. Tentu saja Alliesia akan menolak bantuan ini beberapa kali. Tapi bukan Monna namanya jika ia tidak berhasil membujuk.
"Bukankah acara ini dikhususkan untuk seluruh pekerja yang ada di istana? Demi untuk menghargai kerja keras kalian, acara ini sengaja dibuat untuk merelaksasikan diri kalian agar lebih bersemangat kembali dalam bekerja. Lantas, mengapa kau perlu khawatir?" bujuk Monna.
"Tenang saja. Aku bahkan juga sudah menyiapkan sebuah pakaian yang lengkap untuk pengawalku Neil, pengasuhku Lily dan Dessie, serta beberapa pekerja lain yang bekerja padaku. Aku yakin kau akan menyukai gaunnya. Aku jamin," tambah Monna dengan sumringah.
Alliesia mau tidak mau menerimanya.
Ketika waktu minum teh mereka berakhir dan Alliesia sudah kembali ke tempatnya untuk bekerja, Monna ditemani oleh Neil kembali menuju ke kamarnya untuk beristirahat.
Sepanjang perjalanan, Monna beberapa kali membuka pembicaraan dengan Neil.
"Apa kau sudah mencoba pakaian yang aku berikan?" tanya Monna mengisi keheningan mereka.
Neil terdiam sejenak. Kemudian mengangguk.
"Kau menyukainya?" tanya Monna.
Neil mengangguk.
Tidak peduli apakah itu adalah sebuah kejujuran atau hanya kesopanannya semata. Selama Neil tidak berniat menolaknya dan akan mengembalikannya, Monna akan menganggap jawaban Neil itu sebagai bentuk kepuasan pada apa yang ia berikan.
Terlepas apakah dia suka ataupun tidak. Selama ia masih menyimpan pakaian itu untuknya dan berniat akan memakainya, Monna yakin Neil pasti sudah bisa merasakan sedikit saja perhatian Cattarina padanya.
Seperti kata pepatah, lebih baik memupuk banyak teman dari pada mengoleksi banyak musuh. Lebih baik hidup dengan damai, daripada hidup dengan berselisih. Dan.. lebih baik banyak memberi daripada banyak menerima.
Bukankah pepatah itu sangat bagus?
Tapi yang menjadi masalahnya setelahnya adalah, apa yang harus dilakukan Monna pada Belhart ketika secara mendadak Belhart tiba-tiba saja meminta sesuatu yang mengejutkannya.
"Kau menyiapkan banyak pakaian untuk para pekerjamu. Tapi kau tidak menyiapkan satu pun untukku?" tanya Belhart pada Cattarina dengan sikapnya yang mendikte dan paten.
Monna menatapnya bingung.
"Bukankah biasanya penjahit istana sudah mempersiapkannya untukmu?" tanya Monna beralasan.
Mengapa ia harus repot mengurusi urusan pakaian Putra Mahkota? Apa itu juga adalah bagian dari tugasnya?
Lagipula, bukankah selama ini, tidak maksud Monna.. selama mereka pernah menikah di kehidupannya yang dulu, Belhart tidak pernah suka jika Cattarina menyentuh atau bahkan mengurusi segala barang miliknya?
Lantas mengapa Putra Mahkota terlihat marah padanya sekarang? Apa kali ini Cattarina juga telah melakukan kesalahan? Kesalahan yang ia sendiri bingung itu apa?
Belhart menatap Cattarina dengan matanya yang dingin.
"Kau bahkan bisa membuatkan baju untuk Neil secara khusus. Tapi untukku, kau tidak membuat apapun?" Belhart berkata dengan suasana hati yang tidak senang.
Monna spontan menjadi khawatir.
"Apa aku perlu juga merancangkan satu baju untukmu, Yang Mulia?" tanya Monna takut-takut, "Jika begitu, Aku akan meminta Nyonya Woodoft untuk membantuku."
Nyonya Woodoft adalah perancang terkenal langganan istana yang biasa membuatkan baju penting para Kaisar dan Putra Mahkota.
"Tidak perlu!" tolak Belhart.
"Pakaianku sudah jadi. Dan kau tidak perlu repot-repot sekarang," balas Belhart dengan sangat tajam.
Monna tertegun.
Apa suasana hatinya sedang buruk karena sesuatu? Tapi kenapa? Apa ada masalah pada pekerjaannya? Atau, apa mungkin dia sedang berselisih paham dengan seseorang?
Entahlah. Sekalipun Monna terus mencoba menebaknya, tak satu pun alasan yang berhasil ia temukan.
Hingga hari Festival yang ditunggu-tunggu tiba, semua orang bersorak dengan gembira.
Setelah meletakkan lilin mengapung pertama kali di sungai Musoo untuk memanjatkan doa. Cattarina melepaskan harapannya yang besar untuk cinta dan keselamatan keluarganya di sungai itu.
Lalu, ketika lilin miliknya telah mengapung hingga beberapa meter darinya, seluruh wanita di negeri Geraldy melayangkan lilin mengapung mereka masing-masing di pinggiran sungai Musoo mengikuti aba-abanya.
Tradisi yang sudah diikuti oleh negeri Geraldy selama bertahun ke tahun.
***