Ada beberapa kata yang disebutkan Cattarina di dalam setiap mimpi buruknya yang mengganggu.
"Jangan.. bunuh.. aku. Aku.. mohon.."
Entah siapa yang berniat mencelakanya. Belhart berjanji, di hari pertama ia mengetahui mimpi buruk itu. Ia akan menghajar siapapun orang yang akan mencoba mencelakakan istrinya apapun yang terjadi.
Tak peduli jika dia itu adalah orang penting dalam kekaisaran. Ataupun orang yang berkedudukan tinggi. Jika sampai dia berani melakukan itu. Maka Belhart akan menjamin, memenggal kepala orang itu akan memberikannya pada kumpulan anjing-anjing untuk dijadikan makanan.
Ya. Karena itu, selama ini Belhart bersikap sangat tenang pada Cattarina. Ia tidak ingin mengusik ketenangan Cattarina untuk dirinya sendiri, dan juga mendorongnya.
Tapi jangankan mendapat secercah harapan akan bisa diperhatikan oleh Cattarina, Belhart justru mendapat tatapan mual dari Cattarina pada saat pesta dansa??
Hah! Sungguh 'harapan yang sangat tidak bersambut'! Mungkinkah ini karma yang harus ia tanggung?
Belhart yang dulu adalah Belhart yang sangat dikenal sebagai pria yang dingin dan tidak punya perasaan. Karena itu, ayahnya, Baginda Kaisar, ingin sekali ia menikah dengan cepat bersama seseorang dan kemudian berubah.
Lalu, perubahan yang bagai berevolusi inikah, yang diinginkan oleh ayahnya?
Menjadi pria yang tidak bisa melakukan apapun untuk orang yang ia kasihi. Dan menjadi pria yang begitu pengecut untuk mengakui perasaannya sendiri. Mungkinkah itu yang diharapkan oleh Ayahnya?
Jujur, jika Belhart bisa memilih. Ia ingin tetap menjadi dirinya yang dulu. Dingin dan bagai batu yang berjalan. Sehingga dengan begitu, ia tidak perlu lagi memusingkan segala kesehariannya yang melelahkan. Kekecewaan yang terus ia rasakan, setiap kali ia melihat Cattarina. Dan kegelisahan akut yang terus menggerogotinya setiap kali ia ingin mendekatinya.
Mungkinkah semua itu akan segera berakhir?
Atau malah, mungkinkah keputusannya untuk menikah dengan Cattarina adalah sebuah kesalahan? Itu sebabnya Cattarina yang dulu begitu ingin menolak pernikahannya dengan Belhart bagaimanapun caranya, namun gagal?
Hati Belhart seolah terkoyak. Ia tahu, terlalu berlebihan jika ia mengharapkan perhatian Cattarina kembali padanya. Tapi, haruskah ia terus diperlakukan dengan tidak adil seperti ini?
Di saat seorang pengawal dan dokter istana diberikan kesempatan untuk bisa minum teh bersama dengan Cattarina, Belhart justru harus mendapatkan kesempatan itu dengan niat dan usahanya sendiri tanpa inisiatif dari sang istri?
Jika bukan karena keinginannya sendiri, dan kepura-puraannya berkeliaran ke sana kemari saat acara minum teh Cattarina dengan Neil berlangsung, Belhart pasti sudah sangat mendendam pada Neil dan juga Alliesia sepanjang umurnya.
Apalagi setelah melihat bagaimana Cattarina begitu terkejut melihatnya saat itu. Cattarina seolah melihat seseorang tamu yang tidak pernah diundangnya dan diharapkannya akan hadir untuk datang berkunjung.
Wanita itu, bagai boneka bergerak yang cantik dan kosong untuk beberapa saat karena tidak kuasa menghadapi apa yang baru saja ia lihat.
Sebegitu tidak terduganyakah kehadiran Belhart di taman miliknya sendiri?
"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Belhart dengan sengaja, ketika ia melihat Cattarina dan Neil melihatnya secara bersamaan.
Belhart bahkan bisa melihat Cattarina spontan menjadi gugup dan kewalahan.
"Yang Mulia..?!! Saya tidak tahu Anda akan berkunjung kemari. Apa.. Anda membutuhkan sesuatu?" tanya Cattarina dengan wajah super bingung.
Belhart menatap Cattarina sampai ke manik matanya yang terdalam untuk sejenak. Kemudian melirik Neil dengan satu kali pandangan. Lalu, setelah dengan cepat mengerti maksud Belhart, Neil segera berdiri dan memberi hormat, kemudian juga beralasan.
"Yang Mulia. Karena ada hal penting yang harus saja kerjakan, saya undur diri dulu untuk sementara waktu. Saya akan kembali setelah urusan saya sudah selesai. Permisi," seru Neil cepat, lalu kemudian pergi.
Ia meninggalkan Cattarina dan Belhart dalam keheningan waktu yang cukup lama tanpa bisa mereka cegah karena merasa canggung untuk satu sama lainnya.
Sungguh situasi yang tak hanya membuat Cattarina merasa sangat canggung. Tapi juga Belhart yang kala itu ikut bingung bagaimana ia akan memulai pembicaraan mereka ini dengan lebih baik. Sampai sebuah ucapan yang sedikit menggoyahkan muncul dari mulut Cattarina.
"Anda ingin secangkir teh?" tawar Cattarina mengangkat teko teh miliknya.
Belhart langsung tersenyum tipis dan mengangguk.
"Ini adalah teh khusus yang dibuatkan Lily untukku. Entah apakah rasanya cocok ataupun tidak, saya harap Anda akan menyukainya. Jika ada yang kurang, saya akan meminta seseorang untuk menggantinya." Ungkap Cattarina menjelaskan dengan baik sampai Belhart terus menatapnya.
"Teh aroma melati?" seru Belhart begitu ia mencicipi minumannya.
Cattarina mengangguk.
"Itu adalah teh favorit saya," ujar Cattarina pendek kata. Sepertinya, Cattarina cukup cemas jika rasa teh favoritnya akan dibenci Belhart.
Tapi Belhart yang kini telah berubah jelas akan menyukai apapun yang wanita itu sukai. Untuk itu, ia tersenyum dan meresapi minumannya kembali dengan nyaman.
Hingga momen berharga ini diusik tidak sengaja oleh orang lain.
"Maaf, Yang Mulia.. saya tidak tahu kalau sedang bersama dengan Yang Mulia Pangeran Dominic. Jika saya tahu, saya.."
Alliesia masuk ke tengah pertemuan mereka dan meminta maaf. Belhart sebetulnya akan sangat bersyukur jika Alliesia langsung menyadari situasinya dan pergi meninggalkan mereka berdua. Tapi terlepas hanya merasa dirinya mengganggu, wanita itu tidak juga kunjung menghilang di saat itu juga.
Sehingga dengan segala keramahan yang entah berasal darimana, Cattarina mempersilahkan Alliesia untuk bergabung bersama dengan mereka.
Sungguh situasi yang membuat tidak hanya Alliesia menatap Cattarina dengan terkejut dan bingung. Tapi juga Belhart yang sudah menatapnya dengan sangat takjub dan tidak percaya.
***