Chapter 21 - Usaha

" Gazz.. " panggilan Langit membuat Gaza melepas kacamata dan menoleh pada teman sebangkunya, didapati wajah resah Langit yang membuat Gaza bingung

" kenapa ? " tanya Gaza singkat

" apa kau punya impian ? " tanya Langut dengan air wajah serius

" cita cita ? " Gaza balik mengeryit heran, Langit mengangguk, semacam itulah

" ada dong ! aku ingin menjadi dokter hebat, ingin mempelajari suspect virus baru yang kemungkinan timbul dalam masyarakat kita, pola hdup dan alam yang berubah begitupun dengan virus dan anti bodi.. " Langit mencengangkan mukanya, dia hanya ingin tahu impian atau cita cita Gaza tapi temannya ini membalas dengan uraian panjang yang semakin membuat wajah Langit bingung

" maksud mu kau mau jadi dokter ? " potong Langit, dia mau mempersingkat omongan Gaza, temannya itu mengangguk cepat

" iya ! dokter ! " seru Gaza bersemangat

" ck " lidah Langit berdecak

" kau semangat sekali saat membahas tentang masa depan mu " sinis Langit

" tentu saja ! kau pikir kenapa aku belajar giat seperti ini, demi masa depan ku lah ! " ketus Gaza membalas omongan sinis Langit

" memangnya kau.. " Gaza kini yang memasang wajah sinis, mendapati lirikan sinis Gaza, Langit tak bisa menerima saja

" kenapa dengan ku ? " tantang Langit tak mengerti

" kau mana ada impian, malas belajar, sering membolos, membelanjakan uang untuk hal tak penting, santai.. " Langit mengangkat tangannya kesal hendak memukul sobatnya itu, Gaza segera menghindar jelas sekali wajah Langit kesal mendengar penuturan jujur dari bibir Gaza

Langit melirik lagi dengan sinis, walau kalinat Gaza membuatnya kesal tapi apa yang diucapkan temannya itu juga tidak salah, Langit terlihat berpikir, dia teringat akan sesuatu di dalam tasnya, dengan segera Langit membuka tas bya dan mengambil selembar kertas dan sebuah buku

Dengan cepat Langit menjatuhkan diri di kursi, dia segera membuka bukunya dan mulai memegang pensil, dia hendak menuliskan sesuatu tapi terlihat ragu

" dia kenapa sih ! " dengus Gaza melirik tingkah aneh Langit, temannya itu segera menoleh dan menatap Gaza serius, mendapati sorot tajam seperti itu Gaza pun sedikit takut

" Gazz.. bantu aku membuat puisi pleeeasee.. " mohon Langit membuat wajah Gaza seketika membeku

****

Bumi membaca hasil tulisannya sekali lagi, wajahnya yang serius sekali kali tersenyum kecil, Bumi sepertinya merasa puas dengan tulisannya kali ini setelah melalui banyak revisi, dia melangkah dan menyerahkan tulisannya kepada guru pembimbing yang sedari tadi menunggunya dengan sabar

" aku yakin dengan kemampuan mu, kau pasti berhasil " ucap bu guru menyemangati, Bumi membalas senyum mengembang dari gurunya, dia pun ikut senang telah berhasil menyelesaikan karya nya ini, untuk untuk pertama kali mereka akan mencoba dalam bentuk karya cetak masal, Bumi sudah lama menunggu saat saat ini, hasil tulisannya kali inipun akan menentukan jalannya di masa depan, membuka pintu kehidupan yang lebih baik, semoga !

🌎🌎🌎

Langit menatap lama santapannya, mama dan papa memperhatikan wajah gusar anak satu satunya itu, mereka saling bertukar pandang heran

Mama menyodorkan makanan langit, pemuda itu menoleh sebentar lalu mulai mengambil dikit sedikit bagian makanan mewahnya, entah kenapa dia teringat akan Bumi dan adik adik nya saat ini

" apa mereka makan dengan baik ? " tanya Langit pelan, pemuda itu memperhatikan potongan daging di depan matanya, dia tak bisa menikmati makanan lezatnya kali ini dengan lahap

" sayang, ada apa ? " tanya mama heran dengan tingkah diam Langit

Mendapati wajah cemas kedua orang tuanya Langit segera mengukir senyuman, dia tak bisa membuat kedua orangtuanya itu khawatir, lagipula momen makan bersama saat ini sangatlah langkah

" maah.. pah.. ada yang Langit inginkan.. " ucap Langit serius menatap kedua wajah di depannya, mereka terlibat obrolan serius

🌎🌎🌎

Langit menatap layar lebar di depan matanya, jarinya dengan lincah memainkan tuts stik di tangannya, dia menang lagi kali ini ! pemuda itu berteriak histeris

" yeess !!! Lancelot memang dabest !! " teriak Langit girang

Setelah menyelesaikan beberapa sesi Langit sepertinya puas dengan permainannya kali ini, dia memutar mutar jagoannya, memperhatikan figure tampan di layar komputernya itu, dia menatap sword Lancelot yang berkilau dan tajam

Langit teringat akan kisah legenda jagoannya, bagaimana si pangeran tampan menjadi sombong dan lupa akan jati dirinya karena kehebatan yang dia punya, entah mengapa Langit merasa kehidupannya yang baik juga membuat dia lupa, Lancelot berubah jadi baik setelah terjatuh dan menemukan cinta sejati ! ah kisah menarik jagoannya seperti menghentak dada pemuda santai itu, Langit segera bangkit dari kursinya, dia mencari sebuah benda di lemari kayu jati di sudut kamarnya

Sebuah kotak besar dia keluarkan, dua benda tajam terlihat disana, Langit meraih dan membersihkan debu yang menempel, masih mengkilat mengartikan benda itu masih tajam, jari Langit mulai menelusuri gagang logam itu, dia mulai mebggenggam erat, pemuda itu bangkit dari duduknya dan mengacuhkan benda tajam itu, dia memasang kuda kuda siaga, Langit kembali ke impiannya saat kecil

kenapa Langit begitu mengagumi jagoan mobile legend nya, dia sempat snagat jatuh cinta pada seni beladiri mahal itu, kenapa dia bisa lupa itu ! ah.. jika mimpi maka itulah impiannya dulu, impian yang sempat dia lupakan dan dia tinggalkan, haruskah dia memulai lagi kini ? bukankah Bumi bilang akan bertemu lagi ketika dia sudah menemukan impiannya, Langit tersenyum lebar

" yaass !! aku sepertinya tau impian ku !! " teriaknya girang, membuat orang di luar kamarnya melonjak kaget

penuda itu mulai mengangkat pedang lamanya yang dulu terasa berat dan terlalu panjang, tapi kini malah terasa panjang dan semakin pendek, apa karena dia sudah tumbuh dengan cepat ? tentu saja, Langit merasa semangatnya kembali lagi kini, dia akhirnya mempunyai keinginan dan impian kini, entah mengapa perasaan ini membuat Langit sedikit bangga

" pa aku melihat dua orang saling mengacuhkan pedang dengan berani ! " seru Langit kecil mengikuti adegan di depan televisi, mengganggu fokus papanya yang menyaksikan pertandingan anggar antar negara

" aku juga ingin seperti itu, jika ada yang mengganggu keluarga ku, aku akan mengacuhkan pedang padanya, hap ! " Langit mengarahkan remote tv ke arah depan dengan serius, kedua orang tuanya tertawa lucu melihat tingkah Langit keci, saat itu dia masih berusia lima tahun, karena ocehannya yang serius kedua orang tua Langit mendaftarkannya pada seni bela diri itu, bermain pedang dari kayu hingga dia bisa menggunakan pedang asli, itulah Langit kecil yang penuh semangat

***

saat tertidur itu bermimpi, saat tersadar itu impian, terserah kau ingin mewujudkannya dalam bentuk usaha atau rebahan saja ! - Langit dan Bumi -

bantu like, votee votee voteee komen !!