"Si penagih hutang datang, dasar preman kampung, hanya berani menindas kaum bawah, dasar lintah darat,"
Bu Sekar keluar dengan langkah pasti untuk pertama kalinya, sebelumnya ia hanya mampu bersembunyi di balik pintu atau kabur melalui pintu belakang tapi kali ini dia berani menunjukkan batang hidungnya pada si dua preman bertubuh besar, yang sudah siap menghajarnya dan melukainya dengan tanpa ampun.
"Mau apa kalian," tanya wajah mendongak itu,
"Haha, akhirnya kau menampakan diri juga Sekar, bayar hutang mu beserta anak-anaknya." suara itu terdengar berat dan kasar.
"Huh, berapa semua totalnya?" Sahut Bu Sekar dengan menantang balik kedua preman yang telah hampir mencekik lehernya.
"Jangan bertele-tele, bayar sekarang." mata besar itu sudah terpelotot juga otot-otot besar kaku itu sudah nampak menyergap.
"Ku bilang berapa totalnya? Cepat." suara Bu Sekar tak kalah membentak.
"Sombong sekali wanita ini, awas saja jika kau tak mampu melunasinya, ku cekik kau."