"Hai Zivana, apa kabar? boleh aku bertemu dengan kedua orangtuamu?" tanya laki-laki yang sekarang ada di hadapannya. Laki-laki itu tampak rapi dengan kemeja warna coklat dan celana bahan warna hitam, tanpa alas kaki.
Zivana spontan mundur perlahan saat laki-laki yang berjambang tipis itu mendekatinya.
"Kenapa, Zi? aku ke sini datang baik-baik. Aku sudah penuhi janjiku kan? kalau aku akan melamarmu langsung di depan orangtuamu." laki-laki itu tersenyum smirk, berdiri diam di tempatnya.
"Ngapain kamu ke sini? aku sudah tidak ada urusan lagi sama kamu, kan? aku memaafkanmu bukan berarti kamu bisa ngelunjak ya." bentak Zivana tapi dengan mengeratkan kedua giginya. Dia tidak ingin kedua orangtuanya sampai mendengar suaranya.
"Aku kan sudah bilang, aku ke sini mau melamarmu. Aku mau bertemu dengan kedua orangtuamu. Koq kamu malah marah-marah?" Bukannya pergi, laki-laki itu malah mencari tempat duduk lalu duduk santai di sana.