Aliya menatap kamar yang sekarang ini menjadi kamarnya dan Devano. Beberapa kali masih terbayang saat dulu dia pertama kali diajak oleh Devano ke sebuah hotel dan akhirnya terjadilah. Semua karena kebodohannya. Bukan hanya Devano yang disalahkan. Tapi dirinya juga sama salahnya. Dan kini dia harus menerima laki-laki itu ke dalam hidupnya lagi. Semua karena anak semata wayangnya.
Di depan meja rias yang disediakan khusus untuknya, kini dia berada. Menatap pantulan wajahnya yang masih belum bersih benar dari makeup saat pernikahannya tadi. Satu kenyataan pahit yang dia terima hari ini. Bima pergi menjauh darinya. Entah sengaja atau tidak, yang jelas Bima besok pagi akan pergi.
Krek.. bunyi pintu terbuka. Seorang laki-laki yang menggunakan kruk itu berjalan pelan-pelan masuk ke dalam kamar menghampiri dirinya. Wajahnya tampak lelah apalagi seharian dia lebih banyak berdiri, padahal kakinya masih sakit saat ini.
